32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Sang Dukun Kenakan Rp5 Juta, Sudah 10 Kali Aborsi Bayi

Foto: Hulman/PM Kasat Reskrim Polres Deli Serdang, AKP Martuasah Tobing SIk (kiri), memaparkan penangkapan para pelaku penelantaran bayi. Wanita di tengah adalah Hermina Wati boru Sipayung, bidan PTT ibu si bayi yang gagal aborsi. Di kiri dan kanannya adalah bidan yang membantunya aborsi, tapi gagal.
Foto: Hulman/PM
Kasat Reskrim Polres Deli Serdang, AKP Martuasah Tobing SIk (kiri), memaparkan penangkapan para pelaku penelantaran bayi. Wanita di tengah adalah Hermina Wati boru Sipayung, bidan PTT ibu si bayi yang gagal aborsi. Di kiri dan kanannya adalah bidan yang membantunya aborsi, tapi gagal.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski hanya tamat SLTA, bukanlah menjadi pekerjaan yang sulit bagi Maizar untuk membantu persalinan para wanita untuk aborsi kandungannya.

Berbekal pengalaman saat membantu ibunya yang tamatan bidan saat membantu persalinan wanita yang akan melahirkan, Maizar tak canggung ketika Hermina Wati boru Sipayung (23), bidan PTT yang hamil di luar nikah, datang diantar ayahnya untuk aborsi janinnya berusia 7 bulan. Maizar membanderol setiap aborsi dengan biaya sebesar Rp5 juta.

Agar praktek ilegalnya itu berjalan mulus, Maizar pun menghubungi Lisnawati. Tak berapa lama, Lisnawati tiba di rumah Maizar yang baru setahun mengontrak di Tanjung Morawa. Lalu, Maizar memberikan obat agar perut Hermina Wati mules dan sakit.

Beberapa saat setelah meminum obat, perut Hermina Wati pun mules dan aborsi pun berjalan lancar. Hanya saja niat untuk membunuh bayi Hermina Wati gagal. Sebab, bayi berjenis kelamin perempuan itu masih dalam kondisi hidup, hingga Maizar pun memandikannya dan mengantarkannya ke Rumah Sakit Grand Medistra bersama Lisnawati, Hermina Wati dan ayahnya serta sopir rental.

“Bayi itu kami antar ke rumah sakit karena menderita sesak nafas. Aku baru setahun di Tanjung Morawa, sebelumnya aku tinggal di Padangsidimpuan. Selama setahun belakangan, aku sudah 10 kali membantu aborsi tapi hanya dua yang meninggal dunia. Seluruh bayi yang hidup maupun yang meninggal dunia dibawa oleh orangtua si bayi. Aku tidak tahu alamat pasien yang dating untuk minta digugurkan kandungannya. Uang hasil membantu melakukan aborsi itu ku gunakan untuk biaya hidup ku. Aku dapat Rp4 juta dan sisanya Rp 1 juta sama Lisnawati,” beber Maizar.

Lisnawati kepada wartawan mengaku, baru pertama kali bersama Maizar melakukan aborsi. Lisnawati pun mengaku bodoh mengapa mau saat diajak oleh Maizar. “Tidak ada tempat khusus yang dijadikan tempat aborsi. Proses melahirkan 12 jam lamanya,” ujarnya. (man/pmg/han)

Foto: Hulman/PM Kasat Reskrim Polres Deli Serdang, AKP Martuasah Tobing SIk (kiri), memaparkan penangkapan para pelaku penelantaran bayi. Wanita di tengah adalah Hermina Wati boru Sipayung, bidan PTT ibu si bayi yang gagal aborsi. Di kiri dan kanannya adalah bidan yang membantunya aborsi, tapi gagal.
Foto: Hulman/PM
Kasat Reskrim Polres Deli Serdang, AKP Martuasah Tobing SIk (kiri), memaparkan penangkapan para pelaku penelantaran bayi. Wanita di tengah adalah Hermina Wati boru Sipayung, bidan PTT ibu si bayi yang gagal aborsi. Di kiri dan kanannya adalah bidan yang membantunya aborsi, tapi gagal.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski hanya tamat SLTA, bukanlah menjadi pekerjaan yang sulit bagi Maizar untuk membantu persalinan para wanita untuk aborsi kandungannya.

Berbekal pengalaman saat membantu ibunya yang tamatan bidan saat membantu persalinan wanita yang akan melahirkan, Maizar tak canggung ketika Hermina Wati boru Sipayung (23), bidan PTT yang hamil di luar nikah, datang diantar ayahnya untuk aborsi janinnya berusia 7 bulan. Maizar membanderol setiap aborsi dengan biaya sebesar Rp5 juta.

Agar praktek ilegalnya itu berjalan mulus, Maizar pun menghubungi Lisnawati. Tak berapa lama, Lisnawati tiba di rumah Maizar yang baru setahun mengontrak di Tanjung Morawa. Lalu, Maizar memberikan obat agar perut Hermina Wati mules dan sakit.

Beberapa saat setelah meminum obat, perut Hermina Wati pun mules dan aborsi pun berjalan lancar. Hanya saja niat untuk membunuh bayi Hermina Wati gagal. Sebab, bayi berjenis kelamin perempuan itu masih dalam kondisi hidup, hingga Maizar pun memandikannya dan mengantarkannya ke Rumah Sakit Grand Medistra bersama Lisnawati, Hermina Wati dan ayahnya serta sopir rental.

“Bayi itu kami antar ke rumah sakit karena menderita sesak nafas. Aku baru setahun di Tanjung Morawa, sebelumnya aku tinggal di Padangsidimpuan. Selama setahun belakangan, aku sudah 10 kali membantu aborsi tapi hanya dua yang meninggal dunia. Seluruh bayi yang hidup maupun yang meninggal dunia dibawa oleh orangtua si bayi. Aku tidak tahu alamat pasien yang dating untuk minta digugurkan kandungannya. Uang hasil membantu melakukan aborsi itu ku gunakan untuk biaya hidup ku. Aku dapat Rp4 juta dan sisanya Rp 1 juta sama Lisnawati,” beber Maizar.

Lisnawati kepada wartawan mengaku, baru pertama kali bersama Maizar melakukan aborsi. Lisnawati pun mengaku bodoh mengapa mau saat diajak oleh Maizar. “Tidak ada tempat khusus yang dijadikan tempat aborsi. Proses melahirkan 12 jam lamanya,” ujarnya. (man/pmg/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/