30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Duh, Dua Ibu Tewas Sepulang Partangiangan

Jenazah-ilustrasi
Jenazah-ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hotnida boru Sipahutar (54) dan Seriatun boru Butar-Butar (52) ditemukan tewas mengenaskan di Jalan Namora Lontung, atau 400 meter dari kediaman keduanya di perumahan Oma Deli, Dusun II, Desa Marendal II, Kecamatan Patumbak, Kelurahan Marendal II, Kamis (16/4) sekira pukul 23.00 WIB. Meski belum pasti, tapi kuat dugaan keduanya adalah korban tabrak lari.

Info dihimpun, malam itu kedua korban yang dikenal sangat akrab itu baru saja selesai mengkuti ibadah mingguan (partangiangan). Menurut H. Harianja (54), suami Seriatun, malam itu dirinya yang berada di rumah syok mendapat telepon dari warga sekitar yang menyebutkan istrinya kecelakaan.

“Ada tetangga yang mengabarin aku, katanya istriku kecelakaan di depan komplek,” ungkap Harianja saatditemui kru koran ini di instalasi jenazah RSUD dr Pirngadi Medan.

Masih kata ayah satu anak ini, ketika dapat kabar itu, dirinya langsung bergegas ke depan komplek. Namun setiba di sana, ia tidak menemukan istrinya. Di sana, Harianja hanya melihat jenazah Hotnida terkapar di parit dan dikerumuni warga. Setelah tanya sana sini, Harianja baru mengetahui kalau istrinya sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat.

“Karena dapat kabar kayak gitu ya langsung aku melihat, ternyata betul, tapi gak ada lagi istriku di lokasi. Kata warga sana, waktu itu istriku masih bernafas, jadi tetangga langsung membawanya ke rumah sakit Nur Saadah,” kenangnya.

Tapi takdir berkata lain, di tengah perjalanan istrinya sudah menghembuskan nafas terakhirnya. “Sampai di sana ku tanya sama tetanggaku, katanya sampai di rumah sakit dokter bilang istriku sudah tak bernyawa lagi,” lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Mendengar kabar tersebut, dirinya seperti tak percaya. Namun, kenyataan pahit ini harus diterimanya karena ini sudah suratan takdir yang maha kuasa. Harianja mengatakan, sebelum kejadian Hotnida yang mengendarai sepeda motor Yamaha Jupiter Z BK 4924 CI datang menjemput istrinya yang kebetulan tinggal di komplek yang sama tapi blok berbeda. Kala itu, keduanya sama-sama pergi menuju lokasi partangiangan.

“Kakak itu datang ke rumah menjemput istriku untuk pergi bersama ke partangiangan,” ungkapnya. Harianja mengatakan, dirinya tidak menyangka istrinya harus mengalami kejadian tersebut dan harus pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. “Kenapalah kejadian ini menimpamu dek, padahal kita tadi di rumah masih bercanda-canda,” ratapnya sembari mengelus kepala istrinya. Menurutnya, istri tercintanya tersebut merupakan orang yang periang, suka bercanda dan sangat sayang kepada suami dan anaknya.

“Tak ada lagi lah tawa canda mu menghiasi rumah kita,” ujarnya yang terus menatap jenazah istrinya. Sementara itu, menurut Boru Harianja (49), adik kandung suami Seriatun Butar-Butar, dirinya tidak percaya jika kakak iparnya tersebut harus pergi secepat ini. “Gak kuat aku melihatnya, cepat kali kakak pergi,” ujarnya.

Perempuan berambut pendek yang merupakan warga Jalan Marendal ini mengatakan, dirinya mendapat kabar dari abang kandungnya tersebut.

“Aku dapat kabar dari abang kalau kakak meninggal, langsung aku ke rumah sakit Nur Saadah untuk melihat,” ungkapnya. Menurutnya, dia sangat menyayangkan sikap pihak sopir ambulance rumah sakit Nur Saadah yang sengaja memanfaatkan kejadian tersebut untuk mendapatkan keuntungan. “Mau dibawalah jenazah kakak ku ini ke Pirngadi biar divisum, kan perlu ambulance, kami minta antarkan mereka malah minta uang Rp 250 ribu untuk biaya ongkosnya, tapi cuma Rp200 ribu aja kukasih, baru mereka mau bekerja,” ungkapnya kesal.

Ketika disinggung tentang kenangan manis yang pernah dilewati bersama mendiang, Boru Arianja mengatakan dirinya tak kan pernah lupa saat mereka makan bersama sambil tertawa riang. “Kami pernah makan bersama, karena kakak ini orangnya periang, jadi suasana pun ikut riang karena canda tawanya,” kenangnya. Menurutnya, keluarga dari Hotnida belum ada yang datang karena suami mendiang pingsan ketika mendapat kabar duka ini.

Menurut salah satu petugas kepolisian Polsek Patumbak, saat petugas tiba di lokasi, ditemukan jenazah Hotnida di dalam parit. Sementara korban Seriatun sudah dilarikan warga ke rumah sakit.

Menurut petugas yang tak ingin namanya dicantumkan, mengatakan diduga kedua korban tersebut menjadi korban tabrak lari, karena kereta yang dikendarai korban rusak di bagian depan. Stangnya juga bengkok ke belakang. Akibat kejadian ini, Hotnida mengalami luka robek di bagian kepala belakang. Sementara Seriatun mengeluarkan darah dari mulutnya, diduga korban tewas karena luka dalam.

Jenazah-ilustrasi
Jenazah-ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hotnida boru Sipahutar (54) dan Seriatun boru Butar-Butar (52) ditemukan tewas mengenaskan di Jalan Namora Lontung, atau 400 meter dari kediaman keduanya di perumahan Oma Deli, Dusun II, Desa Marendal II, Kecamatan Patumbak, Kelurahan Marendal II, Kamis (16/4) sekira pukul 23.00 WIB. Meski belum pasti, tapi kuat dugaan keduanya adalah korban tabrak lari.

Info dihimpun, malam itu kedua korban yang dikenal sangat akrab itu baru saja selesai mengkuti ibadah mingguan (partangiangan). Menurut H. Harianja (54), suami Seriatun, malam itu dirinya yang berada di rumah syok mendapat telepon dari warga sekitar yang menyebutkan istrinya kecelakaan.

“Ada tetangga yang mengabarin aku, katanya istriku kecelakaan di depan komplek,” ungkap Harianja saatditemui kru koran ini di instalasi jenazah RSUD dr Pirngadi Medan.

Masih kata ayah satu anak ini, ketika dapat kabar itu, dirinya langsung bergegas ke depan komplek. Namun setiba di sana, ia tidak menemukan istrinya. Di sana, Harianja hanya melihat jenazah Hotnida terkapar di parit dan dikerumuni warga. Setelah tanya sana sini, Harianja baru mengetahui kalau istrinya sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat.

“Karena dapat kabar kayak gitu ya langsung aku melihat, ternyata betul, tapi gak ada lagi istriku di lokasi. Kata warga sana, waktu itu istriku masih bernafas, jadi tetangga langsung membawanya ke rumah sakit Nur Saadah,” kenangnya.

Tapi takdir berkata lain, di tengah perjalanan istrinya sudah menghembuskan nafas terakhirnya. “Sampai di sana ku tanya sama tetanggaku, katanya sampai di rumah sakit dokter bilang istriku sudah tak bernyawa lagi,” lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Mendengar kabar tersebut, dirinya seperti tak percaya. Namun, kenyataan pahit ini harus diterimanya karena ini sudah suratan takdir yang maha kuasa. Harianja mengatakan, sebelum kejadian Hotnida yang mengendarai sepeda motor Yamaha Jupiter Z BK 4924 CI datang menjemput istrinya yang kebetulan tinggal di komplek yang sama tapi blok berbeda. Kala itu, keduanya sama-sama pergi menuju lokasi partangiangan.

“Kakak itu datang ke rumah menjemput istriku untuk pergi bersama ke partangiangan,” ungkapnya. Harianja mengatakan, dirinya tidak menyangka istrinya harus mengalami kejadian tersebut dan harus pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. “Kenapalah kejadian ini menimpamu dek, padahal kita tadi di rumah masih bercanda-canda,” ratapnya sembari mengelus kepala istrinya. Menurutnya, istri tercintanya tersebut merupakan orang yang periang, suka bercanda dan sangat sayang kepada suami dan anaknya.

“Tak ada lagi lah tawa canda mu menghiasi rumah kita,” ujarnya yang terus menatap jenazah istrinya. Sementara itu, menurut Boru Harianja (49), adik kandung suami Seriatun Butar-Butar, dirinya tidak percaya jika kakak iparnya tersebut harus pergi secepat ini. “Gak kuat aku melihatnya, cepat kali kakak pergi,” ujarnya.

Perempuan berambut pendek yang merupakan warga Jalan Marendal ini mengatakan, dirinya mendapat kabar dari abang kandungnya tersebut.

“Aku dapat kabar dari abang kalau kakak meninggal, langsung aku ke rumah sakit Nur Saadah untuk melihat,” ungkapnya. Menurutnya, dia sangat menyayangkan sikap pihak sopir ambulance rumah sakit Nur Saadah yang sengaja memanfaatkan kejadian tersebut untuk mendapatkan keuntungan. “Mau dibawalah jenazah kakak ku ini ke Pirngadi biar divisum, kan perlu ambulance, kami minta antarkan mereka malah minta uang Rp 250 ribu untuk biaya ongkosnya, tapi cuma Rp200 ribu aja kukasih, baru mereka mau bekerja,” ungkapnya kesal.

Ketika disinggung tentang kenangan manis yang pernah dilewati bersama mendiang, Boru Arianja mengatakan dirinya tak kan pernah lupa saat mereka makan bersama sambil tertawa riang. “Kami pernah makan bersama, karena kakak ini orangnya periang, jadi suasana pun ikut riang karena canda tawanya,” kenangnya. Menurutnya, keluarga dari Hotnida belum ada yang datang karena suami mendiang pingsan ketika mendapat kabar duka ini.

Menurut salah satu petugas kepolisian Polsek Patumbak, saat petugas tiba di lokasi, ditemukan jenazah Hotnida di dalam parit. Sementara korban Seriatun sudah dilarikan warga ke rumah sakit.

Menurut petugas yang tak ingin namanya dicantumkan, mengatakan diduga kedua korban tersebut menjadi korban tabrak lari, karena kereta yang dikendarai korban rusak di bagian depan. Stangnya juga bengkok ke belakang. Akibat kejadian ini, Hotnida mengalami luka robek di bagian kepala belakang. Sementara Seriatun mengeluarkan darah dari mulutnya, diduga korban tewas karena luka dalam.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/