30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Keluarga Korban Enggan Melapor

TANJUNG MORAWA, SUMUTPOS.CO – Meski tak terima, tapi pihak keluarga enggan melaporkan 5 personel Polres Deliserdang yang diduga menganiaya Amir Dalimunte (30), warga  Dusun II, Desa Tanjung Mulia, Kec. Tanjung Morawa hingga tewas, Senin (17/2) malam. Selain malas berurusan dengan hukum, keluarga korban juga menganggap laporan mereka akan sia-sia.

“Percuma saja melapor, ujungnya kasusnya tak jelas juga. Taulah, lawan mereka polisi, yang memproses kasusnya pun polisi juga. Mana mungkin menang. Makanya keluarga korban enggan melapor. Padahal, sudah jelas si Amir itu tewas karena dianiaya lima polisi itu,” celoteh warga yang datang melayat ke rumah duka, Selasa (18/2) siang.

Pantauan kru koran ini, puluhan pelayat masih memadati rumah duka. Sementara Dewi Astuti (30), istri Amir yang tengah hamil 7 bulan itu tampak syok dan tak hentinya mengucurkan air mata. Sangkin terpukulnya, Dewi belum bisa diwawancarai kru koran ini. Ditanya apakah keluarga korban akan melaporkan kasus itu? Sahban Dalimunte (50), abang tertua korban hanya diam seribu bahasa. Setelah beberapa menit menenangkan diri, warga Percut Sei Tuan itu mengaku pihaknya tidak akan melaporkan kasus itu. “Sahban menegaskan pihak keluarga sudah pasrah dan ikhlas dengan kejadian itu,” katanya dengan nada datar.

Selain tak mau beru-urusan dengan hukum, pihak keluarga juga tak mau jenazah korban diotopsi. “Sudahlah, kami tak tega jasad Amir diotopsi. Nggak tega kami melihat jenazah Amir dibelah. Toh, hasilnya nanti juga tak ada. Yasudahlah, kami pihak keluarga pasrah dan ikhlas saja dengan meninggalnya korban dan tidak akan melapor,” ungkap Sahban dengan mata berkaca-kaca. Tak berapa lama, Kepala Desa Tanjung Mulia Abdul Rasyid pun menemui sejumlah wartawan di salah satu warung sekitar rumah korban. Menurut Abdul, saat polisi menggerebek Amir dan teman-temannya  Sabtu (17/2) malam, saat penggerebekan Amir dan beberapa temannya yang sedang asyik main judi domino itu, ia sedang ada acara tahjiah di rumah salah satu warga.

Ia sendiri mengetahui peristiwa itu setelah diberitau warga. “Saat ada penggerebekan, aku sedang mengikuti acara tahjia di salah satu rumah warga. Bahkan minumanku pun masih baru dituang ke gelas dan masih panas,” ungkapnya. Mendapat laporan itu, Abdul langsung mendatangi lokasi yang sudah ramai. Di sana, Abdul mendapati Amir sudah terkapar dipukuli ke lima orang polisi itu. Tapi saat ditanya apakah ia mengenal anggota Polres DS itu? Abdul mengaku tak kenal. “Keputusan tetap ada di tangan keluarga korban,” tandasnya.

Sekedar mengingatkan, kasus ini bermula saat lima personel Polres DS menggerebek lapak judi di pinggir Sungai Batu Gingging, Desa Tanjung Mulia, Tanjung Morawa, Sabtu (15/2) malam. Kedatangan polisi sontak mengagetkan Amir dan teman-temannya yang tengah asik main domino. Tak ingin ditangkap, dengan gerak cepat Amir Cs pun berusaha melarikan diri. Tak mau kehilangan buruan, polisi mengejar Amir yang kabur ke arah pinggir sungai.

Tapi sial,setiba di pinggir sungai, leher dan punggung Amir tiba-tiba dipukul polisi yang mengejar dari belakang. Hantaman itu mengakibatkan Amir jatuh ke sungai sedalam 4 meter itu. Mirisnya lagi, melihat Amir tenggelam, petugas tak langsung menolong. Sebaliknya, polisi justru berkali-kali membenamkan kepala korban ke air. Bukan hanya itu, saat ditarik ke permukaan, polisi yang kesal masih sempat mengeroyok Amir hingga pingsan. Melihat korban tak berdaya, salah seorang warga yang tak tega bernama Gentung langsung teriak minta tolong, hingga puluhan warga lain mendatangi lokasi.

Melihat kerumunan warga, petugas pun berlalu begitu saja meninggalkan Amir yang terkapar. Oleh warga, Amir lantas dibawa ke rumahnya yang tak jauh dari lokasi. Tak berapa lama, keluarganya pun memanggil perawat dari Klinik Bidan Suriyani untuk mengobati Amir. Meski kala itu Amir masih bisa bicara, tapi bagian pinggang hingga kakinya tak bisa bergerak alias mati rasa. Bahkan saat salah seorang warga menyulutkan api rokok, Amir tak merasakan panas pada kakinya. Melihat kondisi Amir makin parah, Minggu (16/2) sekira pukul 14.30 WIB, korban pun dilarikan keluarganya ke RS Grand Medistra Lubukpakam. Tapi naas, beberapa jam dirawat di ruang ICU, Senin (17/2) sekira pukul 15.00 WIB, anak bungsu dari 12 bersaudara itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. (cr-2/deo)

TANJUNG MORAWA, SUMUTPOS.CO – Meski tak terima, tapi pihak keluarga enggan melaporkan 5 personel Polres Deliserdang yang diduga menganiaya Amir Dalimunte (30), warga  Dusun II, Desa Tanjung Mulia, Kec. Tanjung Morawa hingga tewas, Senin (17/2) malam. Selain malas berurusan dengan hukum, keluarga korban juga menganggap laporan mereka akan sia-sia.

“Percuma saja melapor, ujungnya kasusnya tak jelas juga. Taulah, lawan mereka polisi, yang memproses kasusnya pun polisi juga. Mana mungkin menang. Makanya keluarga korban enggan melapor. Padahal, sudah jelas si Amir itu tewas karena dianiaya lima polisi itu,” celoteh warga yang datang melayat ke rumah duka, Selasa (18/2) siang.

Pantauan kru koran ini, puluhan pelayat masih memadati rumah duka. Sementara Dewi Astuti (30), istri Amir yang tengah hamil 7 bulan itu tampak syok dan tak hentinya mengucurkan air mata. Sangkin terpukulnya, Dewi belum bisa diwawancarai kru koran ini. Ditanya apakah keluarga korban akan melaporkan kasus itu? Sahban Dalimunte (50), abang tertua korban hanya diam seribu bahasa. Setelah beberapa menit menenangkan diri, warga Percut Sei Tuan itu mengaku pihaknya tidak akan melaporkan kasus itu. “Sahban menegaskan pihak keluarga sudah pasrah dan ikhlas dengan kejadian itu,” katanya dengan nada datar.

Selain tak mau beru-urusan dengan hukum, pihak keluarga juga tak mau jenazah korban diotopsi. “Sudahlah, kami tak tega jasad Amir diotopsi. Nggak tega kami melihat jenazah Amir dibelah. Toh, hasilnya nanti juga tak ada. Yasudahlah, kami pihak keluarga pasrah dan ikhlas saja dengan meninggalnya korban dan tidak akan melapor,” ungkap Sahban dengan mata berkaca-kaca. Tak berapa lama, Kepala Desa Tanjung Mulia Abdul Rasyid pun menemui sejumlah wartawan di salah satu warung sekitar rumah korban. Menurut Abdul, saat polisi menggerebek Amir dan teman-temannya  Sabtu (17/2) malam, saat penggerebekan Amir dan beberapa temannya yang sedang asyik main judi domino itu, ia sedang ada acara tahjiah di rumah salah satu warga.

Ia sendiri mengetahui peristiwa itu setelah diberitau warga. “Saat ada penggerebekan, aku sedang mengikuti acara tahjia di salah satu rumah warga. Bahkan minumanku pun masih baru dituang ke gelas dan masih panas,” ungkapnya. Mendapat laporan itu, Abdul langsung mendatangi lokasi yang sudah ramai. Di sana, Abdul mendapati Amir sudah terkapar dipukuli ke lima orang polisi itu. Tapi saat ditanya apakah ia mengenal anggota Polres DS itu? Abdul mengaku tak kenal. “Keputusan tetap ada di tangan keluarga korban,” tandasnya.

Sekedar mengingatkan, kasus ini bermula saat lima personel Polres DS menggerebek lapak judi di pinggir Sungai Batu Gingging, Desa Tanjung Mulia, Tanjung Morawa, Sabtu (15/2) malam. Kedatangan polisi sontak mengagetkan Amir dan teman-temannya yang tengah asik main domino. Tak ingin ditangkap, dengan gerak cepat Amir Cs pun berusaha melarikan diri. Tak mau kehilangan buruan, polisi mengejar Amir yang kabur ke arah pinggir sungai.

Tapi sial,setiba di pinggir sungai, leher dan punggung Amir tiba-tiba dipukul polisi yang mengejar dari belakang. Hantaman itu mengakibatkan Amir jatuh ke sungai sedalam 4 meter itu. Mirisnya lagi, melihat Amir tenggelam, petugas tak langsung menolong. Sebaliknya, polisi justru berkali-kali membenamkan kepala korban ke air. Bukan hanya itu, saat ditarik ke permukaan, polisi yang kesal masih sempat mengeroyok Amir hingga pingsan. Melihat korban tak berdaya, salah seorang warga yang tak tega bernama Gentung langsung teriak minta tolong, hingga puluhan warga lain mendatangi lokasi.

Melihat kerumunan warga, petugas pun berlalu begitu saja meninggalkan Amir yang terkapar. Oleh warga, Amir lantas dibawa ke rumahnya yang tak jauh dari lokasi. Tak berapa lama, keluarganya pun memanggil perawat dari Klinik Bidan Suriyani untuk mengobati Amir. Meski kala itu Amir masih bisa bicara, tapi bagian pinggang hingga kakinya tak bisa bergerak alias mati rasa. Bahkan saat salah seorang warga menyulutkan api rokok, Amir tak merasakan panas pada kakinya. Melihat kondisi Amir makin parah, Minggu (16/2) sekira pukul 14.30 WIB, korban pun dilarikan keluarganya ke RS Grand Medistra Lubukpakam. Tapi naas, beberapa jam dirawat di ruang ICU, Senin (17/2) sekira pukul 15.00 WIB, anak bungsu dari 12 bersaudara itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. (cr-2/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/