MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sindikat perampok sadis yang mengumpankan seorang cewek cantik, digulung personel Polsek Percut Sei Tuan, kemarin (18/11) sekitar pukul 01.00 dari kontrakan di Pasar 11 Lau Dendang. Sangkin seringnya, ke-6 pelaku yang mayoritas masih di bawah umur, tak ingat lagi berapa kali merampok.
Keenamnya adalah Ganda Syahputra Sitorus alias Putra (24) warga Jalan Perhubungan Desa Lau Dendang, Sania Lubis (16) warga Jalan Besar Tembung Gg. Pendidikan, Robi Nopiah (19) dan Ananda Parditya alias Nanda yang keduanya warga Jalan Pengabdian Tanah Garapan serta Juanidi (19) warga Jalan Satya Mitra Desa Lau Dendang, lalu Walfredy Martua Pardede (18) warga Pasar 5 Blok C Desa Medan Estate.
Penangkapan sindikat ini berawal dari 2 aksi terakhir mereka. Komplotan ini merampok Riki (19) warga Jalan Letda Sudjono. Riki terluka usai dibacok dan Scoopy miliknya dilarikan, di Jalan Selamat Ketaren, Kec. Percut Sei Tuan pada 3 November 2014 lalu. Dua hari kemudian (5/11), mereka beraksi lagi dan berhasil menggasak Satria FU milik Putra (17) warga Jalan Letda Sudjono di Desa Lau Dendang.
Kebetulan, Riki, korban yang kena bacok, mengenali Sania Lubis. Sebab, sebelum dirampok, Riki dan Sania sudah berkenalan dan kerap berkomunikasi via hp. Bermodal ponsel itulah polisi mengendus keberadaan Sania lewat GPS. Beruntung pula, saat dilacak, Sania lagi bersama teman-temannya. Tak mau gegabah, meski sudah mengetahui posisi Sani dan komplotannya di sebuah rumah, polisi juga mengirim informan untuk memastikan. Akhirnya polisi bergerak setelah memastikan orang dalam rumah itu, adalah Sania Cs.
Para pelaku ditangkap tanpa perlawanan dan polisi berhasil mengamankan dua sepeda motor hasil rampokan. Yakni Yamaha Fino BK 3316 AEU dan Honda Beat tanpa plat. Turut diamankan samurai dan klewang serta beberapa kunci T. Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Ronald Sipayung SIK. SH. MH mengaku penangkapan Sania Cs berkat laporan Riki.
“Modusnya korban diajak kenalan melalui Hp oleh si Sania Lubis atas perintah dari Ananda. Korban diajak bertemu di lokasi sepi. Korban pun datang bersama kawannya. Sampai di lokasi, korban sudah ditampung para pelaku dan terjadi kegaduhan hingga akhirnya korban terluka. Dari situ kita bergerak atas laporan korban hingga akhirnya pelaku kita ringkus,” ujarnya.
Para pelaku mengaku sudah merampok sejak 2 tahun belakangan. “Hasilnya buat tambahan uang jajan aja Bang,” ujar Robi diamini pelaku lain. Dibebernya, mereka berenam memiliki peran masing-masing. Ananda sebagai gembong rampok. Dialah yang menugaskan kawan-kawanya untuk merampok para korban.
Biasanya Nanda mencari korban dengan cara gabung di komunitas sepeda motor mahal. Atau gabung dengan anak anak bengkel penyuka otomotif. Dari situlah Nanda meminta nomor hp korban atau bertanya dari teman ke teman soal nomor hp calon korban. Berangkat dari situ Nanda pun memerintahkan Sania untuk mengganggu calon korban dengan cara menelpon, pura-pura salah sambung. Bila sudah terjerat, korban pun diajak ketemuan.
Selanjutnya Junaidi, Putra, Robi sudah menunggu bersama Sania dan selanjutnya mengeksekusi korban dan merebut sepeda motornya. Kereta curian itu kemudian dijual Nanda kepada penadah bernama Dwi (40) di Desa Bagan, “Kami jual ke Dwi Rp2,5 juta per unit,” ujar Nanda.
Sangkin seringnya, Nanda sampai lupa sudah berapa kali beraksi. “Udah sering Bang, lupa udah berapa kali,” terangnya. Tapi, berdasarkan catatan kepolisian dan hasil peneylidikan, sedikitnya ada 15 laporan warga ke Polsek Percut Sei Tuan, dengan modus yang dilakoni Nanda dan teman-temannya.
“Saat ini kita masih mengembangkan soal korban rampok tewas di Pasar 2 Desa Saentis beberapa bulan yang lalu, karena ada kemiripan dengan para pelaku. “Pelaku ini belum mengaku, masih kita kembangkan,” ujar Kanit Reskrim Polsek Percut Sei Tuan, Iptu Bambang Gunanti SH.MH. (mri/trg)