28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Polisi: Diperkosa atau Tidak, Lastelma Sempat Melawan

Foto: Vona/PM Anak menangis temukan ibunya, Lastelma Br Latumahena (53), tewas dibacok di ladang dekat rumah, Rabu (17/12).
Foto: Vona/PM
Anak menangis temukan ibunya, Lastelma Br Latumahena (53), tewas dibacok di ladang dekat rumah, Rabu (17/12).

NAMORAMBE, SUMUTPOS.CO – “Gak pernah Mamak merasakan senang selama hidup Maaakk..,” jerit anak perempuan Lastelma br Latumahena, begitu jenazah ibu 7 anak yang tewas dibantai itu, tiba di rumah duka, kemarin (18/12) sekitar pukul 13.00 WIB. Tak hanya dia, sejumlah tetangga dan kerabat juga tak kuasa menahan tangis begitu ambulans tiba.

Peti jenazah lalu digotong warga dan diletakkan di rumah semi permanen yang kondisinya memprihatinkan. Begitu tutupnya dibuka, anak perempuan korban langsung memeluk peti. Dia meraung sembari meratapi kepergian ibunya yang selama ini tak kenal lelah kerja demi keluarga.

“Gak pernah Mamak merasakan senang selama hidup Mak..Oh Mak Eeee..” ratapnya. Jelas saja pelayat yang ada di sana, ikut meratapi kepergian Lastelma. Ya, selama hidup, Lastelma memang dikenal baik dan ramah. “Orangnya berperawakan kecil, kurus dan hidupnya cukup susah. Kita berharap polisi cepat mengungkap kasus pembunuhan ini,” harap tetangga korban bermarga Limbong.

”Rajin kali dia ini. Di kampung ini tidak pernah punya lawan. Memang hidup dia susah, lihat saja rumah dia. Kami juga kaget begitu dapat kabar dia mati dibunuh di ladang,” katanya lagi. Lastelma juga tak pernah ketinggalan tiap ada hajatan di kampung itu, pasti ikut ambil bagian membantu. Begitu juga ibadah ke gereja, jarang tak hadir.

Foto: Vona/PM Foto Lastella semasa hidup bersama suaminya Wenpi Ginting.
Foto: Vona/PM
Foto Lastella semasa hidup bersama suaminya Wenpi Ginting.

Hal senada dikatakan Br Ginting. “Udah lama dia tinggal di kampung ini. Mulai dia nikah sama Wenpi Ginting. Anaknya 7, 3 orang di kampung, 3 lagi merantau di Pekanbaru. Satu orang lagi sudah meninggal. Tadi anaknya yang merantau itu sudah datang,” ucapnya terisak menetskan air mata.

“Dia tak pernah bertengkar mulut sama warga. Orangnya suka bercanda. Makanya kami terkejut pas tahu dia mati. Dia mati bukan di ladang dia, tapi ladang milik orang lain, dia hanya numpang nanam aja,” tambahnya.

Begitu juga Kades Kuta Tualang, Kec. Namorambe, Kab. Deliserdang, Gindawa Ginting (54). “Taraf ekonominya memang sangat menyedihkan karena dia memang orang susah. Kerja sehari-hari juga mocok-mocok bekerja upahan di ladang milik orang. Kami juga tak menduga kalau korban mati dibunuh,” paparnya.

“Suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap. Kerjanya cuma mocok mocok. Dulu katanya memang dia pernah kerja di pabrik namun saya tidak tau dimana itu pabriknya,” tambah Gindawa, berharap pembunuhnya segera terungkap.

Lalu bagaimana penyelidikan polisi? Kapolres Deliserdang, AKBP M Edi Faryadi SH Sik, kepada wartawan di Mapolres Deliserdang mengungkapkan masih memeriksa dua orang saksi. Yakni Wenpi Ginting (suami korban) dan Dona br Ginting (28), anak Lastelma yang menemukan korban di perladangan. Dari keterangan sementara kedua saksi, lanjut perwira berpangkat dua melati emas di pundak itu belum diketahui motif dan siapa pelaku.

“Saat korban ditemukan tewas oleh anaknya, suami korban berada di rumah. Untuk keperluan penyelidikan kita akan memeriksa saksi tambahan, diawali dari keluarga korban,” sebutnya, tak menampik ada dugaan motif dendam karena luka paling banyak ditemukan pada leher korban.

“Ada luka pada tangan sebelah kiri korban, kuat dugaan jika pelaku menghabisi nyawa korban dengan belati dari sebelah kiri. Namun korban sempat melawan sehingga menimbulkan luka pada tangannya,” katanya.

“Hari ini jasad korban diotopsi dan hasil otopsi belum kita terima. Kita belum dapat menyimpulkan apakah korban diperkosa terlebih dulu baru dibunuh atau pelaku sengaja membuat alibi seolah-olah korban diperkosa untuk mengaburkan siapa pelakunya. Kesimpulannya harus berdasarkan hasil otopsi,” tegasnya.

Apakah pelaku kenal dengan korban? “Bisa saja pelaku kenal dengan korban. Tapi hingga saat ini, belum ada mengarah siapa yang dicurigai. Kita masih melakukan penyelidikan. Sabarlah, kasus ini pasti dapat terungkap,” pungkasnya.

Sementara itu informasi diperoleh, hingga Kamis (18/12) malam, polisi sudah memeriksa tiga saksi tambahan lagi yang berasal dari keluarga korban. “Belum ada titik terang motif dan pelakunya,” ujar salah seorang personel polisi yang turun ke lokasi kejadian.

Diberitakan sebelumnya, pada Rabu (17/12) sekitar pukul 15.00, Lastelma pergi ke ladang yang ditanaminya cabai dan ubi. Tanah yang ditanaminya dengan sistem pinjam itu, berada di lokasi kemiringan 80 derajat. Sekitar satu setengah jam kemudian, tiga orang anaknya, Dona br Ginting (28), Elias Ginting (21) dan Rudi Ginting (19) menemukan korban sudah tak bernyawa lagi. Kondisinya setengah bugil dan dipenuhi sejumlah luka tikaman.(cr2/man/trg)

Foto: Vona/PM Anak menangis temukan ibunya, Lastelma Br Latumahena (53), tewas dibacok di ladang dekat rumah, Rabu (17/12).
Foto: Vona/PM
Anak menangis temukan ibunya, Lastelma Br Latumahena (53), tewas dibacok di ladang dekat rumah, Rabu (17/12).

NAMORAMBE, SUMUTPOS.CO – “Gak pernah Mamak merasakan senang selama hidup Maaakk..,” jerit anak perempuan Lastelma br Latumahena, begitu jenazah ibu 7 anak yang tewas dibantai itu, tiba di rumah duka, kemarin (18/12) sekitar pukul 13.00 WIB. Tak hanya dia, sejumlah tetangga dan kerabat juga tak kuasa menahan tangis begitu ambulans tiba.

Peti jenazah lalu digotong warga dan diletakkan di rumah semi permanen yang kondisinya memprihatinkan. Begitu tutupnya dibuka, anak perempuan korban langsung memeluk peti. Dia meraung sembari meratapi kepergian ibunya yang selama ini tak kenal lelah kerja demi keluarga.

“Gak pernah Mamak merasakan senang selama hidup Mak..Oh Mak Eeee..” ratapnya. Jelas saja pelayat yang ada di sana, ikut meratapi kepergian Lastelma. Ya, selama hidup, Lastelma memang dikenal baik dan ramah. “Orangnya berperawakan kecil, kurus dan hidupnya cukup susah. Kita berharap polisi cepat mengungkap kasus pembunuhan ini,” harap tetangga korban bermarga Limbong.

”Rajin kali dia ini. Di kampung ini tidak pernah punya lawan. Memang hidup dia susah, lihat saja rumah dia. Kami juga kaget begitu dapat kabar dia mati dibunuh di ladang,” katanya lagi. Lastelma juga tak pernah ketinggalan tiap ada hajatan di kampung itu, pasti ikut ambil bagian membantu. Begitu juga ibadah ke gereja, jarang tak hadir.

Foto: Vona/PM Foto Lastella semasa hidup bersama suaminya Wenpi Ginting.
Foto: Vona/PM
Foto Lastella semasa hidup bersama suaminya Wenpi Ginting.

Hal senada dikatakan Br Ginting. “Udah lama dia tinggal di kampung ini. Mulai dia nikah sama Wenpi Ginting. Anaknya 7, 3 orang di kampung, 3 lagi merantau di Pekanbaru. Satu orang lagi sudah meninggal. Tadi anaknya yang merantau itu sudah datang,” ucapnya terisak menetskan air mata.

“Dia tak pernah bertengkar mulut sama warga. Orangnya suka bercanda. Makanya kami terkejut pas tahu dia mati. Dia mati bukan di ladang dia, tapi ladang milik orang lain, dia hanya numpang nanam aja,” tambahnya.

Begitu juga Kades Kuta Tualang, Kec. Namorambe, Kab. Deliserdang, Gindawa Ginting (54). “Taraf ekonominya memang sangat menyedihkan karena dia memang orang susah. Kerja sehari-hari juga mocok-mocok bekerja upahan di ladang milik orang. Kami juga tak menduga kalau korban mati dibunuh,” paparnya.

“Suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap. Kerjanya cuma mocok mocok. Dulu katanya memang dia pernah kerja di pabrik namun saya tidak tau dimana itu pabriknya,” tambah Gindawa, berharap pembunuhnya segera terungkap.

Lalu bagaimana penyelidikan polisi? Kapolres Deliserdang, AKBP M Edi Faryadi SH Sik, kepada wartawan di Mapolres Deliserdang mengungkapkan masih memeriksa dua orang saksi. Yakni Wenpi Ginting (suami korban) dan Dona br Ginting (28), anak Lastelma yang menemukan korban di perladangan. Dari keterangan sementara kedua saksi, lanjut perwira berpangkat dua melati emas di pundak itu belum diketahui motif dan siapa pelaku.

“Saat korban ditemukan tewas oleh anaknya, suami korban berada di rumah. Untuk keperluan penyelidikan kita akan memeriksa saksi tambahan, diawali dari keluarga korban,” sebutnya, tak menampik ada dugaan motif dendam karena luka paling banyak ditemukan pada leher korban.

“Ada luka pada tangan sebelah kiri korban, kuat dugaan jika pelaku menghabisi nyawa korban dengan belati dari sebelah kiri. Namun korban sempat melawan sehingga menimbulkan luka pada tangannya,” katanya.

“Hari ini jasad korban diotopsi dan hasil otopsi belum kita terima. Kita belum dapat menyimpulkan apakah korban diperkosa terlebih dulu baru dibunuh atau pelaku sengaja membuat alibi seolah-olah korban diperkosa untuk mengaburkan siapa pelakunya. Kesimpulannya harus berdasarkan hasil otopsi,” tegasnya.

Apakah pelaku kenal dengan korban? “Bisa saja pelaku kenal dengan korban. Tapi hingga saat ini, belum ada mengarah siapa yang dicurigai. Kita masih melakukan penyelidikan. Sabarlah, kasus ini pasti dapat terungkap,” pungkasnya.

Sementara itu informasi diperoleh, hingga Kamis (18/12) malam, polisi sudah memeriksa tiga saksi tambahan lagi yang berasal dari keluarga korban. “Belum ada titik terang motif dan pelakunya,” ujar salah seorang personel polisi yang turun ke lokasi kejadian.

Diberitakan sebelumnya, pada Rabu (17/12) sekitar pukul 15.00, Lastelma pergi ke ladang yang ditanaminya cabai dan ubi. Tanah yang ditanaminya dengan sistem pinjam itu, berada di lokasi kemiringan 80 derajat. Sekitar satu setengah jam kemudian, tiga orang anaknya, Dona br Ginting (28), Elias Ginting (21) dan Rudi Ginting (19) menemukan korban sudah tak bernyawa lagi. Kondisinya setengah bugil dan dipenuhi sejumlah luka tikaman.(cr2/man/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/