31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Ditangisi Ibu, Kaki Nia Bergerak

Foto: Hulman/PM Foto Nia Saraswati Perangin-angin semasa hidup.
Foto: Hulman/PM
Foto Nia Saraswati Perangin-angin semasa hidup.

SUMUTPOS.CO – Di saat Rusmani menangisi jasad anak keduanya itu, sekira pukul 12.35 WIB mendadak puluhan pelayat heboh lalu keluar dari rumah duka menuju warung yang berjarak dua rumah dari kediaman korban. Pasalnya, saat itu mereka kaget melihat kaki korban bergerak, bahkan tubuhnya juga tetap hangat.

Mengetahui itu, puluhan warga yang semula berada di luar malah berkerumum dan berdesakan melihat jenazah Nia dari pintu samping dan depan rumah duka. Bahkan, keluarga Nia yang melihat hal itu sempat sibuk memanggil bidan untuk membawa tabung oksigen yang rencananya akan digunakan untuk memompa pernafasan korban.

Namun kehebohan itu hanya terjadi 15 menit saja. Karena belum sempat bidan maupun tabung oksigennya tiba, jasad korban kembali dingin. “Tadi ibunya sempat memencet jari kakinya sehingga bunyi dan bergerak. Jadi dikirain kakinya korban bergerak sendiri,” ungkap warga sekitar.

Tidak berapa lama setelah itu, tim Identfikasi dari Polres Deliserdang turun ke rumah duka untuk mengambil sidik jari korban. Awalnya ibu korban menolak karena tidak ada gunanya, toh juga anaknya sudah meninggal.

“Untuk apa lagi pak, mau diapakan anak saya, anak saya sudah mati dan tidak bakal hidup lagi,” jeritnya lalu jatuh pingsan. Akhirnya, polisi pun berhasil mengambil sidik jari korban guna penyelidikan.

 

BANGUN KAU ANAKKU…

Meski korban sering meninggalkan ibunya saat memberi nasihat, namun kepergian Nia membuat Rusmani sangat terpukul. Ibu tiga anak itu tak henti-hentinya menangis.

“Bangun kau anak ku. Sudah mama bilang kalau maghrib jangan naik kereta (sepedamotor) lebih baik salat dan mengaji,” jerit Rusmani.

Menurut cerita salah seorang teman akrab korban, selama hidup, korban korban selalu tertutup jika ada masalah. Tapi sebelum kejadian, korban sempat bercerita jika dia pingin mati saja tanpa memberitahukan apa alasannya.

Awalnya teman-teman korban mengira hal itu hanya candaan Nia saja. Namun setelah korban tiada apalagi ada sepucuk surat, teman-teman korban baru percaya akan ucapan Nia.

“Korban sempat cerita tidak tahan direpeti ibunya. Karena kalau korban dinasehati ibunya, seringkali korban langsung pergi padahal ibunya belum selesai bicara. Korban itu periang tapi selalu tertutup,” ujar gadis berkulit hitam manis yang mengaku teman dekat Nia itu pada kru koran ini. (man/deo)

Foto: Hulman/PM Foto Nia Saraswati Perangin-angin semasa hidup.
Foto: Hulman/PM
Foto Nia Saraswati Perangin-angin semasa hidup.

SUMUTPOS.CO – Di saat Rusmani menangisi jasad anak keduanya itu, sekira pukul 12.35 WIB mendadak puluhan pelayat heboh lalu keluar dari rumah duka menuju warung yang berjarak dua rumah dari kediaman korban. Pasalnya, saat itu mereka kaget melihat kaki korban bergerak, bahkan tubuhnya juga tetap hangat.

Mengetahui itu, puluhan warga yang semula berada di luar malah berkerumum dan berdesakan melihat jenazah Nia dari pintu samping dan depan rumah duka. Bahkan, keluarga Nia yang melihat hal itu sempat sibuk memanggil bidan untuk membawa tabung oksigen yang rencananya akan digunakan untuk memompa pernafasan korban.

Namun kehebohan itu hanya terjadi 15 menit saja. Karena belum sempat bidan maupun tabung oksigennya tiba, jasad korban kembali dingin. “Tadi ibunya sempat memencet jari kakinya sehingga bunyi dan bergerak. Jadi dikirain kakinya korban bergerak sendiri,” ungkap warga sekitar.

Tidak berapa lama setelah itu, tim Identfikasi dari Polres Deliserdang turun ke rumah duka untuk mengambil sidik jari korban. Awalnya ibu korban menolak karena tidak ada gunanya, toh juga anaknya sudah meninggal.

“Untuk apa lagi pak, mau diapakan anak saya, anak saya sudah mati dan tidak bakal hidup lagi,” jeritnya lalu jatuh pingsan. Akhirnya, polisi pun berhasil mengambil sidik jari korban guna penyelidikan.

 

BANGUN KAU ANAKKU…

Meski korban sering meninggalkan ibunya saat memberi nasihat, namun kepergian Nia membuat Rusmani sangat terpukul. Ibu tiga anak itu tak henti-hentinya menangis.

“Bangun kau anak ku. Sudah mama bilang kalau maghrib jangan naik kereta (sepedamotor) lebih baik salat dan mengaji,” jerit Rusmani.

Menurut cerita salah seorang teman akrab korban, selama hidup, korban korban selalu tertutup jika ada masalah. Tapi sebelum kejadian, korban sempat bercerita jika dia pingin mati saja tanpa memberitahukan apa alasannya.

Awalnya teman-teman korban mengira hal itu hanya candaan Nia saja. Namun setelah korban tiada apalagi ada sepucuk surat, teman-teman korban baru percaya akan ucapan Nia.

“Korban sempat cerita tidak tahan direpeti ibunya. Karena kalau korban dinasehati ibunya, seringkali korban langsung pergi padahal ibunya belum selesai bicara. Korban itu periang tapi selalu tertutup,” ujar gadis berkulit hitam manis yang mengaku teman dekat Nia itu pada kru koran ini. (man/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/