25.6 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Andi Ngaku Tak Ada Membacok Polisi

Foto: Hulman/PM Brigadir Sariadi Nata Sucipto, korban pembacokan massa, dirawat di RS Grand Medistra.
Foto: Hulman/PM
Brigadir Sariadi Nata Sucipto, korban pembacokan massa, dirawat di RS Grand Medistra.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus pembacokan Brigadir Sariadi Nata Sucipto (28) dan penembakan 2 warga di Desa Simpang Gambus, Dusun V, Kec. Limapuluh, Kab. Batubara, belum tuntas. Terlebih, ketika Andi Asmara membantah menjadi sasaran peluru petugas karena ikut membacok personel Polres Batubara.

“Aku nggak ada bacok orang. Aku cuma liat banyak orang pakai pakaian preman bawa pistol. Aku dekatin karena mau tau ada apa. Tapi aku ditembak,” ungkap Andi Asmara yang baru saja menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru yang diduga diletuskan Brigadir Sariadi dalam proses penangkapan Yulandi alias Ulan (35) warga Desa Simpang Gambus.

Orangtua Andi yang selalu mendampingi juga protes ketika polisi menyebut anaknya ditembak lantaran membacok Brigadir Sariadi. “Apa buktinya kalau anak kami yang membacok. Ada tidak rekamannya. Anakku korban peluru polisi yang nggak pandai nembak,” ungkap orang tua Andi.

Andi yang ditemui di ruang Rindu B RSUP Adam Malik, Kamis (22/5) sekira pukul 11.00 WIB, bahkan menyatakan tak memegang parang saat kejadian penembakan terjadi. “Nggak ada aku pegang parang, yang aku tau ada juga sebagian orang yang pegang parang, tapi bukan aku,” bantah Andi yang masih menggunakan alat bantu pernafasan.

Sementara itu, peluru yang sudah dikeluarkan, Rabu (21/5) malam masih disimpan pihak rumah sakit dan rencananya akan diserahkan kepada keluarga korban.

Namun Andi mengeluhkan pelayanan pihak rumah sakit, terlebih dirinya kerap kali terlihat mengalami sesak nafas. “Saya minta tolong lah sus, kalau dipanggil cepat datangnya. Karena saya susah bernafas dan kadang oksigennya habis suster lama kali dipanggil,” keluh Andi Asmara.

Andi yang didampingi keluarganya mengaku kalau kondisi badannya tidak stabil. “Mbak tolong lah saya perlu dirawat bukan dibiarkan saja. Aku mau hidup. Kalau terus-terusan dibiarkan, aku bisa mati,” repetnya Andi sesekali terlihat kepayahan bernafas.

Menanggapi keluhan Andi, sang perawat yang memakai seragam warna orange itu terlihat malu dan hanya mengatakan kalau layanan perawatan di RSUP Adam Malik sudah maximal. “Sudah maximal kok bang, kami minta maaf kalau agak sedikit lambat,” ungkap wanita yang diketahui bernama Mala itu.

MELAPOR KE PROPAM
Merasa telah menjadi korban salah tembak aparat polisi, keluarga Andi Asmara berencana membawa kasus itu ke Propam Poldasu. “Saya akan laporkan bang nanti,” ucap Andi Asmara.

Hanya saja pihaknya belum dapat memastikan kapan laporan tersebut akan dibuat. Sebab pihak kelyarga sendiri masih bingung terkait biaya perawatan Andi. “Kami masih cari biaya buat Andi. Kalau laporan, nanti pasti kami laporkan,” ujar salah seorang keluarga Andi.

Tak ingin laporannya lemah, pihaknya juga berencana menggunakan jasa pengacara. “Kami nanti mau sewa pengacara dan dampingi kami ke polda,” ujar Suyet, kerabat Andi.

KAPOLRES: MASIH KAMI KEMBANGKAN
Menanggapi kasus penembakan anggotanya dalam proses penangkapan bandar narkoba, Kapolres Batubara AKBP JP Sinaga SIk, melalui Kasat Narkoba AKP Abdul Jalil mengatakan masih melakukan pengembangan.

“Saat ini kami masih melakukan pengembangan terkait kasus pembacokan yang dialami Brigadir Sucipto. Untuk masalah hukum kepada dua warga yang diduga melakukan pembacokan, Andi Asmara dan Dede Mestika, mereka juga keluarga tersangka, saat ini kami masih melakukan koordinasi kepada pihak reskrim Polres Batubara. Apakah mereka terlibat, begitu dengan status hukum keduanya kami belum bisa menentukan,” ujarnya.

Sedangkan kedua tersangka yakni Anwar Hasan Als. Nuar Alias Epit (32), dan Yulandi Lubis Alias. Ulan (35) saat ini tengah meringkuk di tahanan Mapolres Batubara.

TAK DIKUNJUNGI KAPOLRES
Sementara itu, di lokasi berbeda, Brigadir Sariadi Nata Sucipto (28) anggota Sat Narkoba Polres Batubara masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit (RS) Grand Medistra Lubuk Pakam. Ayah dua anak ini pun dipindahkan dari ruangan 332 ke ruangan 349 (Vip).

Mirisnya, meski kepala sampingnya koyak demi melaksanakan tugas, polisi berpangkat bintara ini belum juga dijenguk pimpinannya, yakni Kapolres Batubara maupun Kasat Narkoba.

Hal itu diungkapkan Sarimin Sucipto (63) ayah kandungnya kepada kru koran ini di RS Grand Medistra, Kamis (22/5) sore. “Sampai sekarang anak ketiga dari empat bersaudara itu belum dibesuk oleh Kapolres maupun Kasat Narkoba,” terang pria pensiunan guru ini.

Ketika disebut kemungkin pimpinannya tidak tahu, Sarimin menjelaskan jika anaknya itu diantar oleh temannya sesama polisi dari Batubara ke Lubuk Pakam.

Ditanya soal kronologis sebenarnya, Sarimin Sucipto tidak mengetahuinya secara pasti. Namun menurut cerita temannya, Sariadi Nata Sucipto dibacok dengan parang saat akan naik ke mobil ketika massa sudah menyerbu mereka saat akan menggerebek jaringan narkoba setelah diteriaki rampok.

“Anakku itu belum cerita soal kronologis sebenarnya. Karena anak ku itu sangat rahasia kalau soal kedinasannya. Karena saat pendidikan pun dia tidak mau memberitahu kalau dia lagi sakit demam. Kami baru mengetahuinya ketika pelatihnya memberitahu pada kami. Mungkin anak ku berfikir tidak mau menyusahkan fikiran orangtuanya, apalgi saya mengidap penyakit gula,” cerita Sarimin Sucipto sambil menambahkan jika anaknya dipindahkan ruangan pada Rabu (21/5) malam sekira pukul 19.00 Wib agar bisa tenang beristirahat.

Terpisah Humas RS Grand Medistra Lubuk Pakam Emra Sinaga SH saat dikonfirmasi terkait kondisi korban mengungkapkan, kondisinya sudah membaik dan telah di scanning pada Rabu (21/5) lalu. Hasilnya, korban hanya menderita luka luarsaja dan tidak berpengaruh ke saraf. “Korban sudah bisa diajak bicara. Pokoknya kesehatan korban sudah mulai membaik,” jawabnya. (mri/man/wan/bd)

Foto: Hulman/PM Brigadir Sariadi Nata Sucipto, korban pembacokan massa, dirawat di RS Grand Medistra.
Foto: Hulman/PM
Brigadir Sariadi Nata Sucipto, korban pembacokan massa, dirawat di RS Grand Medistra.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus pembacokan Brigadir Sariadi Nata Sucipto (28) dan penembakan 2 warga di Desa Simpang Gambus, Dusun V, Kec. Limapuluh, Kab. Batubara, belum tuntas. Terlebih, ketika Andi Asmara membantah menjadi sasaran peluru petugas karena ikut membacok personel Polres Batubara.

“Aku nggak ada bacok orang. Aku cuma liat banyak orang pakai pakaian preman bawa pistol. Aku dekatin karena mau tau ada apa. Tapi aku ditembak,” ungkap Andi Asmara yang baru saja menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru yang diduga diletuskan Brigadir Sariadi dalam proses penangkapan Yulandi alias Ulan (35) warga Desa Simpang Gambus.

Orangtua Andi yang selalu mendampingi juga protes ketika polisi menyebut anaknya ditembak lantaran membacok Brigadir Sariadi. “Apa buktinya kalau anak kami yang membacok. Ada tidak rekamannya. Anakku korban peluru polisi yang nggak pandai nembak,” ungkap orang tua Andi.

Andi yang ditemui di ruang Rindu B RSUP Adam Malik, Kamis (22/5) sekira pukul 11.00 WIB, bahkan menyatakan tak memegang parang saat kejadian penembakan terjadi. “Nggak ada aku pegang parang, yang aku tau ada juga sebagian orang yang pegang parang, tapi bukan aku,” bantah Andi yang masih menggunakan alat bantu pernafasan.

Sementara itu, peluru yang sudah dikeluarkan, Rabu (21/5) malam masih disimpan pihak rumah sakit dan rencananya akan diserahkan kepada keluarga korban.

Namun Andi mengeluhkan pelayanan pihak rumah sakit, terlebih dirinya kerap kali terlihat mengalami sesak nafas. “Saya minta tolong lah sus, kalau dipanggil cepat datangnya. Karena saya susah bernafas dan kadang oksigennya habis suster lama kali dipanggil,” keluh Andi Asmara.

Andi yang didampingi keluarganya mengaku kalau kondisi badannya tidak stabil. “Mbak tolong lah saya perlu dirawat bukan dibiarkan saja. Aku mau hidup. Kalau terus-terusan dibiarkan, aku bisa mati,” repetnya Andi sesekali terlihat kepayahan bernafas.

Menanggapi keluhan Andi, sang perawat yang memakai seragam warna orange itu terlihat malu dan hanya mengatakan kalau layanan perawatan di RSUP Adam Malik sudah maximal. “Sudah maximal kok bang, kami minta maaf kalau agak sedikit lambat,” ungkap wanita yang diketahui bernama Mala itu.

MELAPOR KE PROPAM
Merasa telah menjadi korban salah tembak aparat polisi, keluarga Andi Asmara berencana membawa kasus itu ke Propam Poldasu. “Saya akan laporkan bang nanti,” ucap Andi Asmara.

Hanya saja pihaknya belum dapat memastikan kapan laporan tersebut akan dibuat. Sebab pihak kelyarga sendiri masih bingung terkait biaya perawatan Andi. “Kami masih cari biaya buat Andi. Kalau laporan, nanti pasti kami laporkan,” ujar salah seorang keluarga Andi.

Tak ingin laporannya lemah, pihaknya juga berencana menggunakan jasa pengacara. “Kami nanti mau sewa pengacara dan dampingi kami ke polda,” ujar Suyet, kerabat Andi.

KAPOLRES: MASIH KAMI KEMBANGKAN
Menanggapi kasus penembakan anggotanya dalam proses penangkapan bandar narkoba, Kapolres Batubara AKBP JP Sinaga SIk, melalui Kasat Narkoba AKP Abdul Jalil mengatakan masih melakukan pengembangan.

“Saat ini kami masih melakukan pengembangan terkait kasus pembacokan yang dialami Brigadir Sucipto. Untuk masalah hukum kepada dua warga yang diduga melakukan pembacokan, Andi Asmara dan Dede Mestika, mereka juga keluarga tersangka, saat ini kami masih melakukan koordinasi kepada pihak reskrim Polres Batubara. Apakah mereka terlibat, begitu dengan status hukum keduanya kami belum bisa menentukan,” ujarnya.

Sedangkan kedua tersangka yakni Anwar Hasan Als. Nuar Alias Epit (32), dan Yulandi Lubis Alias. Ulan (35) saat ini tengah meringkuk di tahanan Mapolres Batubara.

TAK DIKUNJUNGI KAPOLRES
Sementara itu, di lokasi berbeda, Brigadir Sariadi Nata Sucipto (28) anggota Sat Narkoba Polres Batubara masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit (RS) Grand Medistra Lubuk Pakam. Ayah dua anak ini pun dipindahkan dari ruangan 332 ke ruangan 349 (Vip).

Mirisnya, meski kepala sampingnya koyak demi melaksanakan tugas, polisi berpangkat bintara ini belum juga dijenguk pimpinannya, yakni Kapolres Batubara maupun Kasat Narkoba.

Hal itu diungkapkan Sarimin Sucipto (63) ayah kandungnya kepada kru koran ini di RS Grand Medistra, Kamis (22/5) sore. “Sampai sekarang anak ketiga dari empat bersaudara itu belum dibesuk oleh Kapolres maupun Kasat Narkoba,” terang pria pensiunan guru ini.

Ketika disebut kemungkin pimpinannya tidak tahu, Sarimin menjelaskan jika anaknya itu diantar oleh temannya sesama polisi dari Batubara ke Lubuk Pakam.

Ditanya soal kronologis sebenarnya, Sarimin Sucipto tidak mengetahuinya secara pasti. Namun menurut cerita temannya, Sariadi Nata Sucipto dibacok dengan parang saat akan naik ke mobil ketika massa sudah menyerbu mereka saat akan menggerebek jaringan narkoba setelah diteriaki rampok.

“Anakku itu belum cerita soal kronologis sebenarnya. Karena anak ku itu sangat rahasia kalau soal kedinasannya. Karena saat pendidikan pun dia tidak mau memberitahu kalau dia lagi sakit demam. Kami baru mengetahuinya ketika pelatihnya memberitahu pada kami. Mungkin anak ku berfikir tidak mau menyusahkan fikiran orangtuanya, apalgi saya mengidap penyakit gula,” cerita Sarimin Sucipto sambil menambahkan jika anaknya dipindahkan ruangan pada Rabu (21/5) malam sekira pukul 19.00 Wib agar bisa tenang beristirahat.

Terpisah Humas RS Grand Medistra Lubuk Pakam Emra Sinaga SH saat dikonfirmasi terkait kondisi korban mengungkapkan, kondisinya sudah membaik dan telah di scanning pada Rabu (21/5) lalu. Hasilnya, korban hanya menderita luka luarsaja dan tidak berpengaruh ke saraf. “Korban sudah bisa diajak bicara. Pokoknya kesehatan korban sudah mulai membaik,” jawabnya. (mri/man/wan/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/