26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Puluhan Kapsul Masih Bersarang di Usus dan Paru-Paru

Foto: Manahan/PM/JPNN Henni Ginting, kepala keperawatan RS Patar Asih memeriksa kondisi Mohammad Rafique yang masih kritis di ruang ICU.
Foto: Manahan/PM/JPNN
Henni Ginting, kepala keperawatan RS Patar Asih memeriksa kondisi Mohammad Rafique yang masih kritis di ruang ICU.

BERINGIN, SUMUTPOS.CO – Muhammad Rafique (47) warga negara Pakistan yang nekat menyimpan puluhan kapsul berisi heroin senilai miliaran rupiah di perutnya, masih berjuang melawan maut (kritis) di ruang ICU RS Patar Asih, Jl. Bakaran Batu, Desa Tumpatan, Kec. Beringin.

Hingga Selasa (25/2) malam, tim medis kembali mengeluarkan 15 kapsul dari dubur pelaku penyelundup narkoba itu. Dengan begitu, total kapsul yang berhasil diambil dari usus Rafique baru berjumlah 33 butir.

Pantauan di rumah sakit, ruang ICU tempat Rafique dirawat masih dijaga kekat 3 petugas Sat Narkoba Polres Deliserdang dan sejumlah perawat. Sementara kondisi Rafique sendiri makin memburuk. Jarum infus masih menancap di pergelangan tangan kirinya, selang oksigen terpasang di mulutnya dan selang cairan nutrisi dimasukkan dari hidungnya. Kedua kaki Rafique juga diikat menggunakan kain kasa. Hal ini sengaja dilakukan karena Rafique sering kejang-kejang.

Selain itu, tubuhnya juga ditutupi selimut coklat dan beberapa alat pedeteksi denyut jantung dan pedeteksi penarfasan terpasang di dadanya. Kepala Keperawatan RS Patar Asih, Henni Ginting saat ditemui kru koran ini mengakui, kondisi korban makin parah dan belum sadarkan diri. Untuk melakukan penyelamatan, tim medis akan terus mengawasi kondisi Rafique dan berusaha mengeluarkan puluhan kapsul berisi heroin yang masih berada di rongga dada, paru-paru dan lambung Rafique.

“Keberadaan kapsul itu sangat membahayakan keselamatan Rafique. Jadi harus cepat kita keluarkan,” ungkap Henni.

Sementara itu, Kasat Narkoba Polres DS AKP Achiruddin Hasibuan SH MH yang ditemui di lokasi mengungkapkan, Selasa (25/2) sekira pukul 02.30 WIB, tim medis berhasil mengeluarkan 6 kapsul berisi heroin dengan cara mencongkel anus Rafique. Selang beberapa jam, tepatnya pukul 11.00 WIB, dengan cara yang sama tim medis kembali berhasil mengeluarkan 7 kapsul lagi.  Sedang sore hari sekira pukul 17.00 WIB, dua kapsul lagi berhasil dikeluarkan. “Hingga malam ini sudah 33 butir kapsul yang sudah berhasil dikeluarkan dari anus Rafique. Diperkirakan masih terdapat puluhan kapsul lagi di dalam dada dan lambung Rafique,” ungkapnya.

Achiruddin juga ngaku belum dapat memastikan jumlah kapsul yang masih bersarang di rongga dada, paru-paru dan lambung Rafique. Namu kemungkinan besar Rafique menelan puluhan kapsul tersebut saat masih di Jakarta.

“Kemungkinan besar puluhan kapsul tersebut adalah heroin. Tapi untuk memastikannya, tim Laboratorium Forensik Mabes Polri cabang Medan masih melakukan pemerksaan,” ungkapnya.

Sementara itu Duty Manager Airport Bandara KNIA Djamal Amri mengungkapkan lolosnya Rafique di Bandara Hang Nadim Batam disebabkan belum tersedianya alat X Ray body (Entry Body Scanner) alat yang berfungsi untuk mendeteksi apakah di dalam tubuh penumpang terdapat narkotika atau bahan mengandung narkotika di terminal kedatangan domestik bandara tersebut.

Hal serupa juga terjadi di terminal kedatangan domestik di Bandara KNIA yang juga belum memiliki alat X Ray body sehingga peredaran narkoba internasional kemungkinan bisa lolos menggunakan penerbangan domestic. Selain itu, petugas bea cukai juga tidak ada di terminal kedatangan domestik.

Djamal Amri pun mengharapkan agar di terminal kedatangan Bandara KNIA disediakan alat  entry body scanner sehingga mengurangi penyeludupan dan peredaran narkotika melalui jasa Bandara KNIA.  Terpisah, Dir Narkoba Polda Sumut Kombes Toga Panjaitan saat dikonfirmasi belum dapat memastikan apakah Rafique memasukkan heroin tersebut dari Jakarta atau dari Thailand.

“Belum, belum bisa kita pastikan. Karena sampai sekarang dia (Rafique) belum juga sadarkan diri. Nanti begitu sadar, baru kita tau dari mana dia dapatkan barang itu dan dari mana dimasukkannya ke perut,” jelasnya.

Sampai saat itu, orang nomor satu di Narkoba Polda Sumut itu masih menunggu Rafique sadar. “Kita tunggu dulu, gimana mau dikembangkan kalau dia belum sadar. Anggota sudah kita siapkan disana untuk menjaganya, begitu sadar baru bisa kita kembangkan,” tandasnya.  Info terbaru yang dihimpun kru koran ini, pukul 18.00 WIB, tim medis RS Patar Asih sempat kalang kabut. Pasalnya, jantung Rafique melemah.

“Itu tadi sekitar jam 6 sore. Jantungnya drop (melemah) dan sempat ‘dipancing’ alat kejut jantung,” kata Achiruddin. Lanjutnya, agar Rafique dapat bertahan hidup, dokter telah memberinya obat penguat jantung. “Entah apa nama obatnya. Sampai sekarang jantungnya masih lemah,” tandasnya.

 

JIKA KAPSUL HEROIN PECAH SEMUA, PASTI MATI

Pakar Prof. DR.dr. Dadang Hawari mengatakan, jika belasan kapsul berisi heroin pecah semua di perut Rafique, warga negara Pakistan itu pasti mati. Lantaran penyelundup narkoba yang terbang dari Jakarta dengan maskapai Lion Air itu hanya pingsan saat berada di Bandara Kualanamu Internasional Airport (KNIA), Dadang menduga, kapsul heroin yang bocor dan meresap ke tubuhnya, hanya sedikit saja.

“Mungkin yang bocor itu kadarnya belum berada dalam dosis yang mematikan,” ujar Dadang, yang berpraktek sebagai psikiater menangani para korban penggunaan narkoba itu, kepada koran ini di Jakarta, kemarin.

Namun, ada beberapa kemungkinan lain mengapa pelaku penyelundupan narkoba itu tidak mati. Pertama, dosis heroin yang bocor sebenarnya cukup mematikan namun karena segera dilarikan ke rumah sakit, kemungkinan langsung diberi obat penetralisir.

Kemungkinan kedua, si pelaku sudah mengantisipasi kemungkinan kapsul haram itu bocor, sehingga dia sebelum menelannya, juga mengonsumsi asupan yang bisa menetralisir heroin, entah berupa makanan atau pun obat-obatan yang lain. Kemungkinan yang kedua itu bisa diketahui jika dilakukan pemeriksaan terhadap kotoran si pelaku. Dia menyebut, modus-modus seperti itu sudah sering dilakukan jaringan penyelundup narkoba. “Ada juga yang dengan memasukkan narkoba ke kondom lantas ditelan,” kata dia.

Dalam sejumlah kasus, lanjutnya, ketika barang selundupan itu bocor di perut, memang ada yang pelakunya sampai meninggal, ada juga yang selamat. “Sekali lagi, tergantung dosis yang bocor itu. Kalau dosisnya mematikan ya mati,” pungkasnya.

Sementara, koran ini berupaya meminta keterangan dari pihak Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, terkait lolosnya warga Pakistan itu dari bandara tersebut. “Bapak lagi rapat,” ujar petugas Bagian Humas Bandara Soekarno-Hatta, tatkala koran ini mencoba minta keterangan Kabag Humas Bandara Soetta, Daryanto. (cr-1/sam/deo)

Foto: Manahan/PM/JPNN Henni Ginting, kepala keperawatan RS Patar Asih memeriksa kondisi Mohammad Rafique yang masih kritis di ruang ICU.
Foto: Manahan/PM/JPNN
Henni Ginting, kepala keperawatan RS Patar Asih memeriksa kondisi Mohammad Rafique yang masih kritis di ruang ICU.

BERINGIN, SUMUTPOS.CO – Muhammad Rafique (47) warga negara Pakistan yang nekat menyimpan puluhan kapsul berisi heroin senilai miliaran rupiah di perutnya, masih berjuang melawan maut (kritis) di ruang ICU RS Patar Asih, Jl. Bakaran Batu, Desa Tumpatan, Kec. Beringin.

Hingga Selasa (25/2) malam, tim medis kembali mengeluarkan 15 kapsul dari dubur pelaku penyelundup narkoba itu. Dengan begitu, total kapsul yang berhasil diambil dari usus Rafique baru berjumlah 33 butir.

Pantauan di rumah sakit, ruang ICU tempat Rafique dirawat masih dijaga kekat 3 petugas Sat Narkoba Polres Deliserdang dan sejumlah perawat. Sementara kondisi Rafique sendiri makin memburuk. Jarum infus masih menancap di pergelangan tangan kirinya, selang oksigen terpasang di mulutnya dan selang cairan nutrisi dimasukkan dari hidungnya. Kedua kaki Rafique juga diikat menggunakan kain kasa. Hal ini sengaja dilakukan karena Rafique sering kejang-kejang.

Selain itu, tubuhnya juga ditutupi selimut coklat dan beberapa alat pedeteksi denyut jantung dan pedeteksi penarfasan terpasang di dadanya. Kepala Keperawatan RS Patar Asih, Henni Ginting saat ditemui kru koran ini mengakui, kondisi korban makin parah dan belum sadarkan diri. Untuk melakukan penyelamatan, tim medis akan terus mengawasi kondisi Rafique dan berusaha mengeluarkan puluhan kapsul berisi heroin yang masih berada di rongga dada, paru-paru dan lambung Rafique.

“Keberadaan kapsul itu sangat membahayakan keselamatan Rafique. Jadi harus cepat kita keluarkan,” ungkap Henni.

Sementara itu, Kasat Narkoba Polres DS AKP Achiruddin Hasibuan SH MH yang ditemui di lokasi mengungkapkan, Selasa (25/2) sekira pukul 02.30 WIB, tim medis berhasil mengeluarkan 6 kapsul berisi heroin dengan cara mencongkel anus Rafique. Selang beberapa jam, tepatnya pukul 11.00 WIB, dengan cara yang sama tim medis kembali berhasil mengeluarkan 7 kapsul lagi.  Sedang sore hari sekira pukul 17.00 WIB, dua kapsul lagi berhasil dikeluarkan. “Hingga malam ini sudah 33 butir kapsul yang sudah berhasil dikeluarkan dari anus Rafique. Diperkirakan masih terdapat puluhan kapsul lagi di dalam dada dan lambung Rafique,” ungkapnya.

Achiruddin juga ngaku belum dapat memastikan jumlah kapsul yang masih bersarang di rongga dada, paru-paru dan lambung Rafique. Namu kemungkinan besar Rafique menelan puluhan kapsul tersebut saat masih di Jakarta.

“Kemungkinan besar puluhan kapsul tersebut adalah heroin. Tapi untuk memastikannya, tim Laboratorium Forensik Mabes Polri cabang Medan masih melakukan pemerksaan,” ungkapnya.

Sementara itu Duty Manager Airport Bandara KNIA Djamal Amri mengungkapkan lolosnya Rafique di Bandara Hang Nadim Batam disebabkan belum tersedianya alat X Ray body (Entry Body Scanner) alat yang berfungsi untuk mendeteksi apakah di dalam tubuh penumpang terdapat narkotika atau bahan mengandung narkotika di terminal kedatangan domestik bandara tersebut.

Hal serupa juga terjadi di terminal kedatangan domestik di Bandara KNIA yang juga belum memiliki alat X Ray body sehingga peredaran narkoba internasional kemungkinan bisa lolos menggunakan penerbangan domestic. Selain itu, petugas bea cukai juga tidak ada di terminal kedatangan domestik.

Djamal Amri pun mengharapkan agar di terminal kedatangan Bandara KNIA disediakan alat  entry body scanner sehingga mengurangi penyeludupan dan peredaran narkotika melalui jasa Bandara KNIA.  Terpisah, Dir Narkoba Polda Sumut Kombes Toga Panjaitan saat dikonfirmasi belum dapat memastikan apakah Rafique memasukkan heroin tersebut dari Jakarta atau dari Thailand.

“Belum, belum bisa kita pastikan. Karena sampai sekarang dia (Rafique) belum juga sadarkan diri. Nanti begitu sadar, baru kita tau dari mana dia dapatkan barang itu dan dari mana dimasukkannya ke perut,” jelasnya.

Sampai saat itu, orang nomor satu di Narkoba Polda Sumut itu masih menunggu Rafique sadar. “Kita tunggu dulu, gimana mau dikembangkan kalau dia belum sadar. Anggota sudah kita siapkan disana untuk menjaganya, begitu sadar baru bisa kita kembangkan,” tandasnya.  Info terbaru yang dihimpun kru koran ini, pukul 18.00 WIB, tim medis RS Patar Asih sempat kalang kabut. Pasalnya, jantung Rafique melemah.

“Itu tadi sekitar jam 6 sore. Jantungnya drop (melemah) dan sempat ‘dipancing’ alat kejut jantung,” kata Achiruddin. Lanjutnya, agar Rafique dapat bertahan hidup, dokter telah memberinya obat penguat jantung. “Entah apa nama obatnya. Sampai sekarang jantungnya masih lemah,” tandasnya.

 

JIKA KAPSUL HEROIN PECAH SEMUA, PASTI MATI

Pakar Prof. DR.dr. Dadang Hawari mengatakan, jika belasan kapsul berisi heroin pecah semua di perut Rafique, warga negara Pakistan itu pasti mati. Lantaran penyelundup narkoba yang terbang dari Jakarta dengan maskapai Lion Air itu hanya pingsan saat berada di Bandara Kualanamu Internasional Airport (KNIA), Dadang menduga, kapsul heroin yang bocor dan meresap ke tubuhnya, hanya sedikit saja.

“Mungkin yang bocor itu kadarnya belum berada dalam dosis yang mematikan,” ujar Dadang, yang berpraktek sebagai psikiater menangani para korban penggunaan narkoba itu, kepada koran ini di Jakarta, kemarin.

Namun, ada beberapa kemungkinan lain mengapa pelaku penyelundupan narkoba itu tidak mati. Pertama, dosis heroin yang bocor sebenarnya cukup mematikan namun karena segera dilarikan ke rumah sakit, kemungkinan langsung diberi obat penetralisir.

Kemungkinan kedua, si pelaku sudah mengantisipasi kemungkinan kapsul haram itu bocor, sehingga dia sebelum menelannya, juga mengonsumsi asupan yang bisa menetralisir heroin, entah berupa makanan atau pun obat-obatan yang lain. Kemungkinan yang kedua itu bisa diketahui jika dilakukan pemeriksaan terhadap kotoran si pelaku. Dia menyebut, modus-modus seperti itu sudah sering dilakukan jaringan penyelundup narkoba. “Ada juga yang dengan memasukkan narkoba ke kondom lantas ditelan,” kata dia.

Dalam sejumlah kasus, lanjutnya, ketika barang selundupan itu bocor di perut, memang ada yang pelakunya sampai meninggal, ada juga yang selamat. “Sekali lagi, tergantung dosis yang bocor itu. Kalau dosisnya mematikan ya mati,” pungkasnya.

Sementara, koran ini berupaya meminta keterangan dari pihak Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, terkait lolosnya warga Pakistan itu dari bandara tersebut. “Bapak lagi rapat,” ujar petugas Bagian Humas Bandara Soekarno-Hatta, tatkala koran ini mencoba minta keterangan Kabag Humas Bandara Soetta, Daryanto. (cr-1/sam/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/