MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sehari mendekam di tahanan, pasangan kumpul kebo Suci Hariayani (15) dan Jeki Ginting langsung dijenguk keluarganya di Polsek Sunggal, Senin (25/5) pagi. Kehadiran mereka disambut gembira oleh kedua tersangka, terutama Suci yang tak henti-hentinya tersenyum sumringah di balik jeruji.
Siti (32), kakak kandung Suci mengaku tau adiknya ditangkap dari tetangga yang baca surat kabar. “Aku dikasih tau tetangga, katanya Suci masuk koran,” ujar Siti.
Suci merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Selama ini Suci jarang pulang karena ikut dengan Jeki Ginting. “Semenjak kenal laki-laki yang udah tua itu, adikku jadi rusak. Kami malu satu keluarga. Orang kampung sini mencibir kami,” kesal Siti ini.
Masih kata Siti, adiknya itu memang tak tamat SMP dan sudah salah dalam pergaulan. Selama mereka sudah sering menasehati, tapi Suci tetap melawan. “Kalau dinasehati melawan dia. Sering keluar malam ni anak,” tambah Suci.
Kanit Reskrim Polsek Sunggal, Iptu Oscar Stefanus Sedjo yang dikonfirmasi mengatakan, kedua tersangka masih dalam proses hukum untuk segera dilimpahkan ke jaksa.
Sekedar mengingatkan, pasangan spesialis jambret terpaut usia 29 tahun di kawasan Sunggal ini dibekuk polisi setelah korban terakhir yang mereka jambret tewas. Jeki sendiri beralamat di Jl. Subur, Kel. Sari Rejo, Medan Polonia. Sedangkan Suci beralamat di Jl. Tunggurono Purworejo, Desa Sunggal Kanan, Kec. Sunggal. Terakhir beraksi, Uci membonceng Jeki dan mencari mangsa di seputaran Jl. Jamin Ginting pada Selasa 14 April 2015 lalu.
Tepat di Pasar IV Padangbulan, mereka berhasil menjambret F br Malau (19) dan ibunya. Jeki dan Uci kabur mengendarai RX King hitam. Keduanya juga langsung ke ATM Bank Sumut di Jl. Jamin Ginting dan menguras ATM korban sebesar Rp34 juta. Kebetulan, di ATM korban, tertempel kertas kecil berisi nomor PIN. Sementara, F br Malau, tewas karena saat dijambret, terjatuh dan kepalanya menghantam aspal. Tim Polsek Sunggal langsung bergegas menyelidiki. Lewat rekaman CCTV dari ATM, wajah pelaku terlihat. Namun hampir sebulan menyelidiki, baru polisi berhasil melacak keberadaan Uci. Itupun setelah ponsel korban yang dipegangnya terlacak. Dia diciduk dari sebuah hotel di Jl. Ngumban Surbakti. Dari Suci, disita sedikitnya 20 KTP dan uang Rp4 juta serta bong sabu dan beberapa bungkus paket sabu kosong. Jeki sendiri akhirnya ikut diciduk, Jumat (15/5) saat tidur di kediamanmnya.
JADI KORBAN PEMANFAATAN
Krimonolog Redyanto Sidi, S.H menyebut Suci yang nekat jadi joki jambret adalah korban dari evolusi recruitment. Dengan kata lain, dia jadi korban dari pemanfaatan Jeki. “Kalau kejadiannya seperti ini, cewek tersebut adalah korban yang dijadikan atau dimanfaatkan oleh laki-laki untuk melakukan kejahatan,” jelasnya.
Dijelaskan Dosen Fakultas Hukum UMSU ini, kalau modus yang dilakukan Jeki adalah dengan mengajaknya dengan cara pendekatan seperti pertemanan, percintaan atau balas budi. Dan setelah itu, Suci diarahkan ke sisi negatif seperti narkoba yang menyebabkannya kecanduan. “Laki-laki ini membujuk si cewek, lalu mengenalkannya dengan narkoba. Sehingga cewek ini menjadi kecanduan dan ketagihan,” ujarnya.
Akibat kecanduan tersebut, si cewek pun akan dengan gampangnya diarahkan untuk melakukan tindak kejahatan demi untuk menghilangkan candunya. “Kemudian setelah korban kecanduan, saat itu cewek ini akan dengan gampang diarahkan untuk berbuat kejahatan asalkan candunya itu terpuaskan,” ungkapnya.
Lalu lanjut Direktur Lembaga Bantuan Hukum Humaniora ini, setelah terjerumus dengan narkoba maka akan terjerumus ke dunia seks bebas. Dan dalam hal ini Suci akan lebih mudah dimanfaatkan oleh Jeki. “Kalau udah narkoba, pasti ujungnya itu seks. Itu tidak jauh dan sejalan. Disini si cewek akan terus dimanfaatkan sama laki-laki untuk memenuhi hasratnya,” terangnya.
Dampak yang lebih buruk, Suci akan bertindak lebih jauh. Dalam hal ini, Jeki tidak perlu menyuruh atau mengarahkannya lagi. Artinya Suci akan memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan kejahatan. “Kalau sudah terlalu jauh, si cewek ini yang sudah punya inisiatif sendiri untuk melakukan kejahatan. Tidak perlu arahan dari laki-lakinya, alasannya demi menghilangkan atau memuaskan kecanduannya akan narkoba dan hasrat akan seksnya,” ucapnya.
Dirinya pun mengimbau kepada orangtua dan keluarga untuk lebih memperhatikan pergaulan anak dan keluarganya. Dengan cara lebih mendekatkan diri kepada sang anak untuk cerita mengenai permasalahan yang dihadapi sehingga tidak salah dalam mengambil sikap.
“Kita harap orangtua dapat lebih peduli kepada anak-anak, mulailah sharing dan curhat kepada sang anak mengenai masalah yang dihadapi. Jangan sampai dia cerita dengan orang yang salah dan kemudian dimanfaatkan oleh orang tak bertanggung jawab untuk kepentingan kejahatan,” harapnya. (mri/bay/deo)