JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Sejak ditahan KPK pada Jumat (20/12), posisi Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten terus digoyang. Sempat berusaha untuk mempertahankan jabatan sebagai Banten 1, kini Atut mulai melunak. Dia pasrah kalau harus diturunkan oleh DPRD Provinsi Banten karena masalah yang dihadapinya.
Banyaknya pihak yang meminta Atut untuk turun dari tahta kepemimpinan membuatnya pasrah. Adik Atut, Ratu Tatu Chasanah mengatakan kalau kakaknya menunggu sikap dari DPRD Provinsi Banten. “Bu Atut silakan saja, menurut aturannya gimana. Buat Bu Atut sih, kalau memang aturannya seperti itu ya silakan saja,” ujarnya.
Namun, dia menegaskan kalau prosesnya harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Apalagi, undang-undang sudah mengatur bagaimana seorang gubernur diberhentikan dari jabatannya. Kalau semuanya sudah sesuai, Ratu Tatu memastikan keluarganya bakal mengikuti prosesnya dengan seksama. Salah satunya, proses nonaktif saat seseorang menjadi terdakwa.
“Di undang-undang sudah ada harus nonaktif itu kapan. Dari keluarga ikut DPRD aja,” urainya. Dia lantas menyebut kalau sebelumnya pimpinan DPRD sudah menggelar rapat. Ratu Tatu yakin, sikap itu menunjukkan kalau legislative taat kepada aturan dan tidak mau membuat keputusan menyimpang dari UU.
Sekadar informasi, DPRD Provinsi Banten memang sudah menggelar rapat. Keputusannya, mereka memilih untuk mempertahankan Ratu Atut sebagai pucuk pimpinan Banten. Keputusan itu disampaikan di ruang kerja Ketua DPRD Banten, Aeng Haerudin. Dia menyebut kalau jalannya pemerintahan masih baik meski Atut di penjara.
Dalih mempertahankan Atut adalah UU 32/2004 yang membuat Atut masih menjadi gubernur dan Rano Karno sebagai wakil. Apalagi, Raperda APBD 2014 sudah ditandatangani oleh istri almarhum Hikmat Tomet itu. Itulah kenapa, meski punya hak interpelasi, DPRD Provinsi Banten memilih untuk tidak menggunakannya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, keluarga makin sedih karena belum selesainya persoalan hukum muncul singgungan soal dinasti. Menurutnya, tidak tepat kalau kepemimpinan keluarga Atut disebut sebagai dinasti. Alasannya, semua itu disebutnya berasal dari suara rakyat. Pemilihan umum membuat mereka keluar jadi pemimpin.
“Soal dinasti, lebih tepat ditanyakan ke masyarakat yang memberi amanah, yang memilih,” jelasnya. Dia mengatakan demikian karena saat ini memilih untuk fokus mengerjakan tugas sebagai pimpinan. Seperti diketahui, Ratu Tatu saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Serang, Banten.
Saat mengunjungi Atut di Rutan Pondok Bambu, Ratu Tatu malah menyebut kalau kepemimpinan keluarganya ada campur tangan Tuhan. Sudah menjadi takdir bahwa keluarga Atut menjadi pemenang pemilu dan memimpin. Saat itu, dia menegaskan keluarganya tidak pernah membuat Dinasti.
Disamping itu, kosongnya kepemimpinan DPD Golkar Banten setelah meninggalnya Hikmat Tomet, membuat keluarga Atut kembali mengincar jabatan itu. Disebutkan kalau Ratu Tatu berminat untuk memegang tongkat estafet kepemimpinan Hikmat Tomet. Ratu Tatu kemarin tidak membantah hal itu.
Dia mengaku siap maju asalkan aturan membolehkan. Saat ini, dia sedang menunggu musyawarah daerah luar biasa (Musdalub) untuk memilih siapa pengganti Hikmat Tomet. Kalau memang tidak diperkenangkan, dia mengaku tak mempermasalahkannya. “Ada proses di Musdalub. Kita ikuti aturan yang ada di Golkar,” akunya.
Meski ada penolakan terhadap dirinya, Atut tidak gentar. Dia mengaku mempunyai suara dari para loyalisnya. Itu menjadi modal kuat untuk membuat dia melenggang menjadi pemimpin Partai Golkar di Provinsi Banten. “Suara ada di DPD II, di organ sayap, dan do organisasi yang didirikan,” terangnya. (dim/jpnn/rbb)