25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Kerasnya Keadilan Sendal Jepit

Vonis telah diketok. Kamis (5/1), Majelis Hakim Pengadilan Palu menyatakan bocah ingusan, AAL terbukti bersalah karena mencuri sandal Briptu Ahmad Rusdi Harahap, anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah (Sulteng). Walau tak dibui seperti tuntutan Jaksa, simpati terlanjur mengalir deras. Kalangan artis bahkan bersuara meminta aparat hukum tidak mencoreng nama korps hanya karena kasus sekecil sendal jepit.

Berikut komentar mereka

Ira Maya Sopha: Kekerasan Udah  Nggak Jaman

Ira Maya Sopha
Ira Maya Sopha

JAKARTA-Penyanyi cilik yang tenar di era 80-an ini mengaku terperanjat saat pertama kali mendengar berita kasus sandal jepit. Apalagi menghadapkan anak-anak dengan polisi. Ini pertanda masalah sudah tidak bisa di-bicarakan dengan baik-baik.

“Aku nggak tahu dia salah apa nggak. Tapi aku minta, jangan buru-buru ambil keputus-an. Dia (AAL) masih kecil loh, kan bisa di-bicarakan secara kekeluargaan,” katanya.

Yang bikin miris Ira, AAL mengaku sempat dianiaya saat diperiksa oleh polisi. Hal itu bukan cermin polisi sebagai penga-yom masyarakat.  “Aduh, nggak perlu deh kekerasaan, udah nggak jaman. Kalau dia salah ya ditindak semestinya. Kalau perlu lakuin pembinaan, sekalian ditongkrongin orangtuanya. Atau bisa diproses lewat pusat pelayanan anak di kepolisian. Kan sesuai ketentuan hukum. Ini namanya kemanusia-an,” jelasnya panjang lebar.

Juri Idola Cilik ini sepakat bahwa tindakan pencurian itu salah, dilarang agama maupun hukum. Tapi membuktikan orang bersalah itu dilakukan jangan semena-mena.

“Kasus AAL ini bisa dicontoh buruk.   Orang bisa nuduh orang lain mencuri barang bukan haknya. Nggak ada bukti dan saksi, polisi bisa nahan, hakim putuskan. Kacau nih, tiap hari banyak pencuri, penjara nggak nampung deh,” tutur ibu empat anak ini. (ins/jpnn)

Vj Franda:  Berdasarkan Teks Bukan Hati Nurani

VJ Franda

JAKARTA-Elfranda Stefanus yang beken disebut VJ Franda ini sama sekali tak terkejut de-ngan kejamnya keadilan “sandal jepit”. Sudah terlalu banyak bukti kasus remeh-temeh diprioritaskan aparat hukum ketimbang mengusut kasus kakap.

“Nggak kaget ah dengernya. Aneh ya, kalau kasus kecil-kecil cepat selesai dan dihukum, tapi yang besar enggak kelar-kelar,” kata Franda.

VJ MTV ini yakin, selama penegakan hukum di Indonesia masih setengah-    setengah dan mengabaikan hati nurani seperti kasus AAL, maka kasus sejenis sandal jepit akan sering terulang.

“Inilah dampak penegakan hukum masih selalu berdasar teks, yang masih akan terulang. Kalau mau proses hukum pakai nurani juga,” ucapnya.

Dia pun teringat syair lagunya Iwan Fals, Besar dan Kecil yang sama-sama teriak soal sandal jepit. Katanya, rakyat kecil dianalogikan seperti sandal jepit yang selalu terjepit.

“Diremehkan, selalu kalah. Seperti sandal jepit. Itulah kenyataan masyarakat kecil kalau harus berurus-an dengan hukum,” kata finalis MTV VJ Hunt 2007 ini.

Oleh karenanya, Franda dukung penuh gerakan 1000 sandal untuk AAL. Meski tak tahu apakah AAL dapat dibebaskan dari jerat hukum, Franda yakin gerakan itu bagus untuk kesadaran sosial.
“Artinya masyarakat terbukti mendukung. Walau pun tetap diputus bersalah,” ucap pemain film Xia Aimei ini. (bcg/jpnn)

Olga Lidya: Anak Tak Boleh Dibui

Olga Lidya //foto:kapanlagi.com

JAKARTA-Ancaman penjara untuk AAL bikin ngeri Olga Lidya. Dia berharap pemerintah segera membuat peraturan yang melarang hukuman penjara bagi anak-anak di bawah umur. Menurut artis berwajah oriental ini, hukuman penjara tidak tepat bagi anak-anak apalagi bagi pelaku tindak pidana ringan.     Keprihatinan ini terkait kasus AAL yang ‘aneh bin ajaib’ bisa masuk sampai ke pengadilan. “Aku suka sedih bila ada anak yang dihukum penjara. Kita harus memperbaiki suatu sistem. Diupayakan bila terjadi tindak pidana ringan, dihukum tapi tidak harus masuk penjara,” paparnya.

Model, presenter dan artis film ini khawatir, penjara justru akan membuat anak-anak lebih bandel dan jahat lagi setelah selesai menjalani masa tahanan. “Kita tidak mau menciptakan penjahat baru. Masa depan anak-anak masih panjang.”

Menurut dia, melakukan kejahatan memang harus ada sanksi. Namun bedanya, di luar negeri, kata dia diterapkan hukuman kerja sosial sekian jam. Atau ada denda dengan jumlah yang wajar. “Kita belum punya aturan semacam itu. Maka itu kasus-kasus semacam ini akan terus berulang. Satu jalan keluar itu yang melakukan pelanggaran itu harus dihukum. Tapi disesuaikan dengan usia dan apa yang dia lakukan,” katanya.

Sepengetahuan bintang film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita ini, kasus anak-anak berhadapan dengan hukum semakin me-ningkat. Ironisnya, tempat rehabilitasi khusus anak-anak yang terlibat kasus kejahatan belum tersedia.
“Penjara adalah alternatif paling akhir apabila tidak ditemukan solusi terhadap anak-anak yang bermasalah,” pungkas Olga. (bcg/jpnn)

Vonis telah diketok. Kamis (5/1), Majelis Hakim Pengadilan Palu menyatakan bocah ingusan, AAL terbukti bersalah karena mencuri sandal Briptu Ahmad Rusdi Harahap, anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah (Sulteng). Walau tak dibui seperti tuntutan Jaksa, simpati terlanjur mengalir deras. Kalangan artis bahkan bersuara meminta aparat hukum tidak mencoreng nama korps hanya karena kasus sekecil sendal jepit.

Berikut komentar mereka

Ira Maya Sopha: Kekerasan Udah  Nggak Jaman

Ira Maya Sopha
Ira Maya Sopha

JAKARTA-Penyanyi cilik yang tenar di era 80-an ini mengaku terperanjat saat pertama kali mendengar berita kasus sandal jepit. Apalagi menghadapkan anak-anak dengan polisi. Ini pertanda masalah sudah tidak bisa di-bicarakan dengan baik-baik.

“Aku nggak tahu dia salah apa nggak. Tapi aku minta, jangan buru-buru ambil keputus-an. Dia (AAL) masih kecil loh, kan bisa di-bicarakan secara kekeluargaan,” katanya.

Yang bikin miris Ira, AAL mengaku sempat dianiaya saat diperiksa oleh polisi. Hal itu bukan cermin polisi sebagai penga-yom masyarakat.  “Aduh, nggak perlu deh kekerasaan, udah nggak jaman. Kalau dia salah ya ditindak semestinya. Kalau perlu lakuin pembinaan, sekalian ditongkrongin orangtuanya. Atau bisa diproses lewat pusat pelayanan anak di kepolisian. Kan sesuai ketentuan hukum. Ini namanya kemanusia-an,” jelasnya panjang lebar.

Juri Idola Cilik ini sepakat bahwa tindakan pencurian itu salah, dilarang agama maupun hukum. Tapi membuktikan orang bersalah itu dilakukan jangan semena-mena.

“Kasus AAL ini bisa dicontoh buruk.   Orang bisa nuduh orang lain mencuri barang bukan haknya. Nggak ada bukti dan saksi, polisi bisa nahan, hakim putuskan. Kacau nih, tiap hari banyak pencuri, penjara nggak nampung deh,” tutur ibu empat anak ini. (ins/jpnn)

Vj Franda:  Berdasarkan Teks Bukan Hati Nurani

VJ Franda

JAKARTA-Elfranda Stefanus yang beken disebut VJ Franda ini sama sekali tak terkejut de-ngan kejamnya keadilan “sandal jepit”. Sudah terlalu banyak bukti kasus remeh-temeh diprioritaskan aparat hukum ketimbang mengusut kasus kakap.

“Nggak kaget ah dengernya. Aneh ya, kalau kasus kecil-kecil cepat selesai dan dihukum, tapi yang besar enggak kelar-kelar,” kata Franda.

VJ MTV ini yakin, selama penegakan hukum di Indonesia masih setengah-    setengah dan mengabaikan hati nurani seperti kasus AAL, maka kasus sejenis sandal jepit akan sering terulang.

“Inilah dampak penegakan hukum masih selalu berdasar teks, yang masih akan terulang. Kalau mau proses hukum pakai nurani juga,” ucapnya.

Dia pun teringat syair lagunya Iwan Fals, Besar dan Kecil yang sama-sama teriak soal sandal jepit. Katanya, rakyat kecil dianalogikan seperti sandal jepit yang selalu terjepit.

“Diremehkan, selalu kalah. Seperti sandal jepit. Itulah kenyataan masyarakat kecil kalau harus berurus-an dengan hukum,” kata finalis MTV VJ Hunt 2007 ini.

Oleh karenanya, Franda dukung penuh gerakan 1000 sandal untuk AAL. Meski tak tahu apakah AAL dapat dibebaskan dari jerat hukum, Franda yakin gerakan itu bagus untuk kesadaran sosial.
“Artinya masyarakat terbukti mendukung. Walau pun tetap diputus bersalah,” ucap pemain film Xia Aimei ini. (bcg/jpnn)

Olga Lidya: Anak Tak Boleh Dibui

Olga Lidya //foto:kapanlagi.com

JAKARTA-Ancaman penjara untuk AAL bikin ngeri Olga Lidya. Dia berharap pemerintah segera membuat peraturan yang melarang hukuman penjara bagi anak-anak di bawah umur. Menurut artis berwajah oriental ini, hukuman penjara tidak tepat bagi anak-anak apalagi bagi pelaku tindak pidana ringan.     Keprihatinan ini terkait kasus AAL yang ‘aneh bin ajaib’ bisa masuk sampai ke pengadilan. “Aku suka sedih bila ada anak yang dihukum penjara. Kita harus memperbaiki suatu sistem. Diupayakan bila terjadi tindak pidana ringan, dihukum tapi tidak harus masuk penjara,” paparnya.

Model, presenter dan artis film ini khawatir, penjara justru akan membuat anak-anak lebih bandel dan jahat lagi setelah selesai menjalani masa tahanan. “Kita tidak mau menciptakan penjahat baru. Masa depan anak-anak masih panjang.”

Menurut dia, melakukan kejahatan memang harus ada sanksi. Namun bedanya, di luar negeri, kata dia diterapkan hukuman kerja sosial sekian jam. Atau ada denda dengan jumlah yang wajar. “Kita belum punya aturan semacam itu. Maka itu kasus-kasus semacam ini akan terus berulang. Satu jalan keluar itu yang melakukan pelanggaran itu harus dihukum. Tapi disesuaikan dengan usia dan apa yang dia lakukan,” katanya.

Sepengetahuan bintang film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita ini, kasus anak-anak berhadapan dengan hukum semakin me-ningkat. Ironisnya, tempat rehabilitasi khusus anak-anak yang terlibat kasus kejahatan belum tersedia.
“Penjara adalah alternatif paling akhir apabila tidak ditemukan solusi terhadap anak-anak yang bermasalah,” pungkas Olga. (bcg/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/