SUMUTPOS.CO – Sukses membintangi beragam genre film, Nirina Zubir berencana menjajal film laga. Istri Ernest Cokelat itu bahkan sudah menyiapkan diri dengan menjaga bentuk badannya agar tampak ideal. ”Mau main film lagi, pengen action yang fighting. Pengen yang kayak gitu, benar-benar fisik banget. Ada tawaran sih yang sudah masuk, makanya sekarang mati-matian jaga badan,” ungkapnya.
Bukan hanya itu, dia pun mulai mendalami seni beladiri agar fisik dan kelenturan tubuhnya terjaga. Meski dirasa sulit, tetapi ibu dua anak itu merasa tertantang. ”Saya belajar seni beladiri. Insyaallah, tahun ini (syuting) filmnya, tergantung persiapan. Kalau jenis beladirinya apa, nanti saja. Belum boleh diomongin banyak. Pokoknya membentuk badan, pelajari teknik-tekniknya sendiri. Tertantang, tapi susah setengah mati,” katanya.
Tetapi kesulitan mempelajari gerakan beladiri dirasanya tidak sesulit keharusan mengerem nafsu makan. Perempuan kelahiran Antananarivo, Madagaskar, 12 Maret 1980 itu paling susah menghindari makanan. ”Soalnya (perannya) harus kurus dan kering. Jadi, kurangi karbohidrat dan gula. Saya kan orangnya makan banget, kayak nasi, empal, es teler. Jadi, agak ngerem supaya mencapai berat atau postur yang diinginkan,” terangnya.
Setelah banyak mengeksplorasi kemampuan berkatingnya di film drama dan komedi, kali ini Nirina Zubir sangat bergairah untuk menjalani syuting film berikutnya yang bergenre action. Film yang masih dirahasiakan detailnya oleh Nirina, direncanakan akan mulai syuting tahun ini dan mengharuskan ia menjaga bentuk tubuh serta berlatih seni beladiri.
Film laga itu akan melengkapi catatan karirnya di industri perfilman tanah air. Sebelumnya, dia sudah membintangi film drama percintaan hingga komedi. Semakin beragam genre film yang dimainkannya, diyakini Nirina semakin mematangkan kemampuan aktingnya. ”Bagiku yang terpenting, kita main film ya cuma satu, ingin film tersebut menjadi tuan rumah di negaranya sendiri, dan dimiliki masyarakat Indonesia sendiri,” ucapnya.
Sebagai aktris, dia tidak pernah setengah-setengah. Syuting dari pagi ketemu pagi dilakoninya. Pun harus berpisah dengan keluarga selama berhari-hari. Dia melakukannya supaya film yang dibintanginya memberikan tontonan berkualitas plus menghibur masyarakat. Makanya, dia sedih kalau filmnya sepi penonton. ”Sedih karena kami sudah kerja keras, syuting dari pagi ketemu pagi, nnggak ketemu keluarga tahu-tahunya yang nonton sedikit,” tuturnya.
Kenyataan itu membuatnya miris. Padahal, jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa. Tetapi, tidak ada satu pun film Indonesia yang bisa menyentuh separuhnya. ”Sekarang film ditonton sejuta atau dua juta orang sudah senang banget. Meskipun hanya beberapa persen dari jumlah penduduk Indonesia,” pungkasnya yang berharap pada Hari Film Nasional (HFN) ke 64, masyarakat memberikan dukungannya terhadap film karya anak negeri. (ash)