SUMUTPOS.CO – Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan mereka mendapati bukti-bukti kalau hubungan seksual kemungkinan menjadi pemicu penyebaran Virus Ebola.
Kurangnya pendidikan mengenai pengobatan penyakit ini telah membuat banyak penderita Ebola bersembunyi dari organisasi-organisasi bantuan, dan menciptakan potensi wabah baru.
PBB menggambarkan perjuangan melawan virus mematikan ini sekarang sudah berada pada titik yang “paling kritis”.
Pejabat WHO, Dr Margaret Harris, yang baru-baru ini melakukan kunjungan ke masyarakat yang terkena dampak Ebola di Afrika Barat, mengatakan organisasi internasional tengah berperang digaris depan dalam melawan virus Ebola.
“Masih ada banyak kawasan-kawasan dimana virus ini sangat aktif,” kata Dr Harris.
Para korban dari penyakit ini sekarang banyak bersembunyi, karena mereka meyakini jika dibawa ke pusat pengobatan pasien Ebola mereka akan meninggal.
“Kami memiliki contoh beberapa minggu yang lalu di Sierra Leone di mana kami menemukan kasus Ebola yang berjangkit di masyarakat nelayan yang tinggal di dermaga di Freetown, “katanya.
“Dan salah satu pasien yang terinfeksi hilang dan pergi ke kampung halamannya di Distrik Bombali dimana ia kemudian memicu 30 kasus Ebola lainnya.”
Peringatan kesehatan baru telah diumumkan di wilayah tersebut.
“Dan kita benar-benar katakan sekarang untuk setiap saat menggunakan kondom. Gunakan kondom setiap saat pada segala macam kontak seksual,” kata Dr Harris.
Desas-desus yang menyebar di desa-desa di Afrika menyebutkan tujuan dari berdirinya pusat pengobatan Ebola adalah untuk mengumpulkan organ dari pasien Ebola yang mati dan untuk mengambil contoh darah dari korban virus Ebola.
“Sulit dipahami memang, tapi beberapa tim kami meyakini bahwa desas-desus semacam itu memang beredar di masyarakat di Afrika,” kata Dr Harris.
Pekan lalu, dalam upaya untuk menemukan kasus baru, otoritas Sierra Leone mengurung 2,5 juta orang warganya dalam upaya untuk membasmi virus mematikan tersebut.
Warga yang tinggal di sekitar kawasan Freetown, yang menjadi pusat penyebaran Ebola, diminta untuk menyetok makanan dan air namun di hari kedua sejumlah keluarga sudah mengaku kehabisan makanan.
Akibatnya ratusan orang meninggalkan rumah mereka dan berkumpul di lokasi pengambilan bantuan suplai makanan.
otoritas setempat kehilangan kontrol terhadap warga mereka, terlebih lagi ketika kerumunan warga yang kekurangan makanan semakin membludak.
Adam Dumbuya merupakan salah satu warga yang mencari bantuan makanan.
“Orang sangat kesulitan makanan karena pendistribusian yang dilakukan. Mereka tidak puas dan menyangka tidak akan kebagian karena jumlah orang yang hadir di lokasi pembagian makanan sangat banyak,” kata Dumbuya.
Tentara bahkan dikerahkan untuk mengatasi situasi.
Jumlah korban tewas akibat penyakit Ebola saat ini sudah meningkat menjadi lebih dari 10,000 orang. (jpnn)