KAIRO-Eskalasi kekerasan di Mesir terus menelan banyak korban jiwa. Demonstran yang menyerang dan merangsek ke dalam markas Ikhwanul Muslimin kemarin (1/7) mengultimatum Presiden Muhammad Mursi untuk mundur. Serta, memberikan batas waktu hingga pukul 17.00 hari ini Selasa (2/7) waktu setempat. Dilaporkan, 16 orang tewas dan ratusan terluka dalam sejumlah insiden bentrokan kemarin.
Selain memberikan deadline kepada Mursi, demonstran menyerukan kepada polisi dan militer untuk segera menentukan dukungan mereka. Massa meminta seluruh rakyat Mesir untuk terlibat dalam gerakan revolusi kedua tersebut.
“Kami memberikan waktu kepada Mursi hingga pukul 17.00 besok 2 Juli (hari ini) untuk mundur dan mengizinkan seluruh lembaga negara menyiapkan pemilu lebih awal,” seru gerakan Tamarod dalam pernyataan resmi di website-nya. “Jika tuntutan kami tidak digubris, pukul 17.00 akan menjadi momen dimulainya gerakan perlawanan sipil,” tegasnya.
Tamarod yang dalam bahasa Arab berarti pemberontakan adalah kelompok pergerakan akar rumput. Mereka mengklaim telah mengumpulkan 22 juta tanda tangan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Mursi. Merekalah yang berada di balik demonstrasi pada Minggu (30/6) ketika jutaan orang turun ke jalan yang mendesak Mursi mundur, tepat setahun usia pemerintahan pertama hasil pemilu demokratis pasca jatuhnya rezim Hosni Mubarak.
Di Kairo, kursi kebesaran Ikhwanul Muslimin yang biasa digunakan Mursi untuk berpidato dibakar sebelum massa menjarah. Orang-orang terlihat pergi membawa bom molotov, helm, televisi, furnitur, dan berbagai dokumen. Mursi tetap pada pendiriannya. Yakni, satu-satunya cara untuk mencari jalan keluar adalah dialog dan menyerukan intervensi militer.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Yehya Mousa kepada televisi nasional menyatakan, 16 orang tewas dalam kekerasan di seluruh wilayah Mesir sejak Minggu (30/6). Delapan di antara mereka tewas di dalam sejumlah markas Ikhwanul Muslimin. Total, 781 orang terluka.(afp/ap/cak/c17/dos/jpnn)