30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Pengawal Pribadi Ungkap Kelalaian Dokter

Penelusuran penyebab kematian ‘The King of Pop’ Michael Jackson terus berlanjut. Kesaksian seorang pengawal pribadi memperkuat dugaan adanya kelalaian.

Kali ini, Alberto Alvarez, salah seorang pengawal pribadi Michael Jackson, bersaksi di ruang sidang. Alvarez mengaku baru saja akan masuk ke kamar Jacko, demikian Michael Jackson biasa dipanggil, ketika putrinya, Paris Jackson berteriak, “Daddy!”

Sementara di tempat tidur, tubuh kurus Jacko terbaring lemas tak bergerak dan matanya agak terbuka. Dokter pribadinya, Conrad Murray (58), tampak berusaha melakukan pertolongan, disaksikan Paris dan kakaknya, Prince Jackson. “Jangan biarkan mereka melihat ayahnya seperti ini,” pinta Murray kepada Alvarez, yang langsung membawa Prince dan Paris keluar dari kamar. Menurut Alvarez, Murray juga berusaha membereskan obat-obatan dari meja di samping tempat tidur Jakco. “Ia berkata, sini, letakkan ini dalam tas,” tutur Alvarez menirukan Murray, yang menyodorkan obat-obatan itu ke tangannya. Ia mematuhinya, meletakkan infus ke dalam tas dan baru menghubungi nomor darurat 911, atas perintah Murray.

Di hari ketiga sidang terhadap Murray atas tuduhan manslaughter atau kelalaian yang menyebabkan kematian, jaksa berusaha menunjukkan bahwa si dokter yang mengaku tak bersalah ini, menunda memanggil bantuan demi menyembunyikan obat ilegal.

Sebelumnya diketahui, Murray membantu Jacko mendapatkan tidur nyenyak setiap malamnya dengan koktail obat, yang salah satu bahannya propofol. Obat anestesi kuat yang diberikan melalui infus itu seharusnya tak boleh dipakai di luar rumah sakit.

Alvarez menduga, si dokter menyuruhnya beres-beres untuk berangkat ke rumah sakit. Sebab itulah ia tak banyak bertanya. Namun, tas tersebut tak pernah sampai ke rumah sakit dan jaksa menuding Murray berbohong kepada paramedis.

Murray dituding tidak memberi tahu paramedis obat apa yang ia berikan kepada Jacko untuk membantunya tidur. Serta seberapa banyak dosis yang diberikan hari itu. Jika terbukti, ia bisa dipenjara empat tahun dan kehilangan izin prakteknya.

Setelah menelepon 911, Alvarez membantu Murray melakukan CPR kepada Jacko. Alvarez memompa dadanya, Murray memberikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut. “Terpaksa, ia kawan saya,” ujar Alvarez, mengutip Murray ketika itu.

Berdasarkan sidang yang dilakukan awal tahun ini, terungkap Jacko sebenarnya sudah tak bernapas sekitar 20 menit sebelum tim paramedis datang. Hal ini dikatakan oleh paramedis yang tiba di lokasi, Martin Blount.
Adapun Murray, tutur Blount, mengklaim bahwa Michael berhenti bernafas baru satu menit sebelum tim paramedis dipanggil melalui 911. Blount menyatakan Murray tak berkata apapun mengenai obat-obatan yang digunakan Jacko.
“Michael dipasangi kateter kondom, prosedur yang biasanya diterapkan terhadap pasien yang sedang tidak sadar, seperti ketika menjalani operasi, agar tetap dapat mengeluarkan air seni,” ujar Blount. (net/jpnn)

Penelusuran penyebab kematian ‘The King of Pop’ Michael Jackson terus berlanjut. Kesaksian seorang pengawal pribadi memperkuat dugaan adanya kelalaian.

Kali ini, Alberto Alvarez, salah seorang pengawal pribadi Michael Jackson, bersaksi di ruang sidang. Alvarez mengaku baru saja akan masuk ke kamar Jacko, demikian Michael Jackson biasa dipanggil, ketika putrinya, Paris Jackson berteriak, “Daddy!”

Sementara di tempat tidur, tubuh kurus Jacko terbaring lemas tak bergerak dan matanya agak terbuka. Dokter pribadinya, Conrad Murray (58), tampak berusaha melakukan pertolongan, disaksikan Paris dan kakaknya, Prince Jackson. “Jangan biarkan mereka melihat ayahnya seperti ini,” pinta Murray kepada Alvarez, yang langsung membawa Prince dan Paris keluar dari kamar. Menurut Alvarez, Murray juga berusaha membereskan obat-obatan dari meja di samping tempat tidur Jakco. “Ia berkata, sini, letakkan ini dalam tas,” tutur Alvarez menirukan Murray, yang menyodorkan obat-obatan itu ke tangannya. Ia mematuhinya, meletakkan infus ke dalam tas dan baru menghubungi nomor darurat 911, atas perintah Murray.

Di hari ketiga sidang terhadap Murray atas tuduhan manslaughter atau kelalaian yang menyebabkan kematian, jaksa berusaha menunjukkan bahwa si dokter yang mengaku tak bersalah ini, menunda memanggil bantuan demi menyembunyikan obat ilegal.

Sebelumnya diketahui, Murray membantu Jacko mendapatkan tidur nyenyak setiap malamnya dengan koktail obat, yang salah satu bahannya propofol. Obat anestesi kuat yang diberikan melalui infus itu seharusnya tak boleh dipakai di luar rumah sakit.

Alvarez menduga, si dokter menyuruhnya beres-beres untuk berangkat ke rumah sakit. Sebab itulah ia tak banyak bertanya. Namun, tas tersebut tak pernah sampai ke rumah sakit dan jaksa menuding Murray berbohong kepada paramedis.

Murray dituding tidak memberi tahu paramedis obat apa yang ia berikan kepada Jacko untuk membantunya tidur. Serta seberapa banyak dosis yang diberikan hari itu. Jika terbukti, ia bisa dipenjara empat tahun dan kehilangan izin prakteknya.

Setelah menelepon 911, Alvarez membantu Murray melakukan CPR kepada Jacko. Alvarez memompa dadanya, Murray memberikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut. “Terpaksa, ia kawan saya,” ujar Alvarez, mengutip Murray ketika itu.

Berdasarkan sidang yang dilakukan awal tahun ini, terungkap Jacko sebenarnya sudah tak bernapas sekitar 20 menit sebelum tim paramedis datang. Hal ini dikatakan oleh paramedis yang tiba di lokasi, Martin Blount.
Adapun Murray, tutur Blount, mengklaim bahwa Michael berhenti bernafas baru satu menit sebelum tim paramedis dipanggil melalui 911. Blount menyatakan Murray tak berkata apapun mengenai obat-obatan yang digunakan Jacko.
“Michael dipasangi kateter kondom, prosedur yang biasanya diterapkan terhadap pasien yang sedang tidak sadar, seperti ketika menjalani operasi, agar tetap dapat mengeluarkan air seni,” ujar Blount. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/