SEOUL -Insiden penyerangan sebuah pangkalan militer terjadi di Korea Selatan (Korsel), Senin (4/7). Pelakunya adalah seorang marinir berusia 19 tahun dan berpangkat kopral. Tanpa diketahui awal mulanya, prajurit tersebut menembakkan senjata secara membabi buta ke arah rekan-rekannya. Lantas, setelah aksinya itu, dia berupaya bunuh diri dengan meledakkan granat tangan yang dibawanya.
Empat tentara tewas seketika dalam insiden itu. Seorang marinir lainnya terluka. Sedangkan nyawa pelaku selamat meski dia mengalami luka.
Militer Korsel masih menyelidiki latar belakang aksi kopral marinir 19 tahun itu. Pihak berwenang hanya mengidentifikasi pelaku dengan nama depan Kim.
Juru Bicara Korps Marinir Korsel, Kim Tae-Un mengungkapkan saat itu Kim melancarkan tembakan secara membabi buta di sebuah barak militer di wilayah dekat perbatasan dengan Korea Utara (Korut). Tepatnya, barak korps marinir itu berada di Pulau Ganghwa, pulau kecil di muara Sungai Han di pantai sebelah barat dan terpisah dari Gimpo (daratan Korsel), atau berjarak sekitar 60 km barat Seoul.
Menurutnya, korban tewas adalah seorang tentara yang berpangkat sersan kepala dan tiga marinir lainnya. Selain pelaku, korban luka adalah seorang marinir berpangkat prajurit. Keduanya telah dilarikan ke rumah sakit.
™Setelah menembak dengan senapan serbu K-2 (buatan Korsel), kopral itu ditemukan terluka di tempat yang terpisah. Di lokasi itu dia melepaskan detonator granat tangan yang dibawanya sehingga meledak,” terangnya. Tak diketahui berapa kali pelaku melepaskan tembakan. Namun, Kim Tae-un menuturkan bahwa personel marinir di unit itu secara normal mengisi magazin senapan dengan 15 peluru. Sejauh ini luka yang dialami pelaku dan seorang prajurit lainnya tidak membahayakan.
“Kami harus menunggu sampai dilakukan investigasi untuk mendapat kejelasan dari kasus tersebut,”katanya. “Begitu pelaku pulih, penyelidik kami akan melanjutkan tugasnya,” tambahnya.
Seorang saksi mata dari kalangan warga setempat, Lee Yong-soo, bercerita kepada kantor berita Yonhap bahwa dia tiba-tiba mendengar suara rentetan tembakan. Selanjutnya, empat tentara yang hanya mengenakan pakaian dalam lari meninggalkan barak.
“Mereka lari sekencang mungkin untuk menghindar ,”ujarnya.
Insiden penembakan tersebut memunculkan polemik dan pertanyaan soal standard disiplin yang diterapkan pada 650 ribu personel militer Korsel. Ada banyak laporan soal keluhan tindakan kejam dan pelecehan yang dilakukan oleh tentara Korsel yang lebih senior kepada para yuniornya. Korsel menerapkan aturan wajib militer bagi warga sipil selama dua tahun.
Itu bukan kali pertama muncul insiden pada kalangan militer Korsel. Delapan tentara Korsel tewas dan dua yang lain luka serius pada 2005 ketika seorang personel militer melemparkan granat dan melepaskan tembakan membabi buta kepada rekan-rekannya yang sedang tidur di barak. (afp/cak/dwi/jpnn)