MUMBAI – Ketua DPR RI Marzuki Alie menyatakan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Konsulat Jenderal (Konjen) RI di luar negeri harus lebih kreatif dan cermat dalam melihat peluang yang dapat dimanfaatkan Warga Negara Indonesia (WNI). Menurut Marzuki, ada banyak peluang di luar negeri yang sebenarnya bisa dimanfaatkan, tapi Indonesia selalu terlambat dari bangsa lain.
Hal itu disampaikan Marzuki di sela-sela kunjungan kerjanya ke India, Jumat (3/8). “Kita selalu terlambat melihat peluang di negara-negara yang ada Dubes-nya. Di Belanda kita punya potensi, tapi China dan India lebih cepat. Di Myanmar juga begitu, kita kalah cepat dari China dan Malaysia,” kata Marzuki yang didampingi Ketua Badan Kerjasama Antar-Parlemen (BKSAP) Surahman Hidayat dan wakilnya, Sidharto Danusubroto.
Lebih lanjut Marzuki mengatakan, kedubes-kedubes yang ada sering tidak dimaksimalkan keberadaannya. Padahal, sebut Marzuki, para pengusaha di dalam negeri butuh informasi dari KBRI tentang peluang bisnis di negara lain.
“Jadinya lebih banyak pengusaha kita yang hanya besar di kampung sendiri. Kalaupun besar di luar ya sendirian saja, itu pun karena usaha sendiri, kemampuan sendiri. Tapi selebihnya berkutat di dalam negeri,” ulasnya.
Marzuki yang juga President of ASEAN Inter-Parliamentary Association (AIPA) itu mencontohkan India sebagai negara yang memiliki banyak potensi untuk digarap pengusaha Indonesia. Menurutnya, India dengan penduduk 1,2 miliar adalah pasar dengan potensi besar.
“India ini pasarnya besar. Dengan pasar besar ini harusnya kita bisa keluar dari pasar tradisional di Eropa, Amerika. Terbukti kan, ketika krisis Eropa, ekspor kita jadi rendah. Makanya harus dicari pasar baru agar ada pasar bagi industri di dalam negeri,” ulasnya.
Karenanya pula Marzuki wanti-wanti agar posisi Dubes bisa diisi oleh figur yang bukan hanya tahu persoalan tetapi juga tanggap melihat peluang yang ada. “Dubes itu bukan tempat orang bermasalah atau karena dibuang dari jabatan sebelumnya di dalam negeri,” ucapnya.
Sedangkan Konjen RI di Mumbai, Indra Kusuma Oesman, mengaku hanya memiliki empat home staf. Sedangkan lainnya adalah 10 lokal staf, termasuk memanfaatkan keberadaan mahasiswa Indonesia di Mumbai ataupun WNI yang menikah dengan WN India.
Padahal, sebut Indra, Konjen RI di Mumbai mencakup tujuh negara bagian antara lain Maharastra, Gowa, Kerala, Gujarat, Tamil Nadhi, Andhra Pradesh dan Karnataka, serta dua union territory yaitu Pondicherry dan Daman-Diu.
Indra menambahkan, saat ini terdapat sekitar 500 WNI yang berada di wilayah di bawah Konjen RI di Mumbai. Sebagian besar adalah WNI yang menikah dengan warga India dan pelajar/mahasiswa. “Tapi kami berusaha dengan segala keterbatasannya untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin,” katanya.
Menanggapi paparan Indra tentang kondisi Konjen RI di Mumbai, Marzuki pun meminta Kementrian Luar Negeri agar serius menangani Kedubes ataupun Konjen RI.
“Kita prihatin staf kedubes RI di India minim sekali. Padahal harusnya kita berpikir bagaimana ruang global ini bisa kita manfaatkan,” cetusnya.(ara/jpnn)