TRIPOLI, SUMUTPOS.CO – Kemegahan istana mantan pemimpin Libya, Moamar Kadhafi, sudah tidak tampak lagi. Sejak Kadhafi digulingkan pada 2011, istana di Tripoli tersebut mangkrak. Kini halaman dan area di sekitar gedung istana yang dulu bernama Bab Al Aziziya itu telah berubah menjadi tempat sampah dadakan serta pasar hewan.
Dulu penduduk Libya bakal menghindari lewat area sekitar istana. Sebab, seluruh area istana dijaga dengan sangat ketat. Kadhafi juga terkenal menjaga jarak dengan penduduknya. “Bahkan, untuk melihat dindingnya saja, orang-orang ketakutan. Mereka takut ditahan,” kata Hassan, salah seorang pengemudi taksi di Tripoli.
Istana yang dulu mirip benteng tersebut telah dipakai sebagai tempat tinggal Kadhafi selama 42 tahun memimpin Libya. Sebelum hancur karena serangan pada 2011, istana itu terkenal megah. Di dalamnya, terdapat kolam renang yang sangat besar, taman bermain anak, bahkan kebun binatang pribadi. Dulu pemerintah Libya sempat mewacanakan bakal mengubah bangunan Bab Al Aziziya menjadi taman nasional. Namun, hingga saat ini rencana tersebut tidak pernah terwujud.
“Pada masa kejayaan, Bab Al Aziziya adalah simbol era Khadafi. Kini kami telah menghancurkan simbol ini dan meratakannya dengan tanah,” ujar juru bicara Kementerian Pariwisata Tripoli Adel Mohammed Farina. “Kadhafi akan disebutkan dalam buku-buku sejarah dan dokumentasi, tapi tidak ada benda-benda peninggalannya yang tersisa,” tambahnya.
Saat ini memang hampir tidak ada yang tersisa dari bangunan istana itu selain sisa-sisa puing reruntuhan, lantai istana yang sudah berlumut, dan sebagian gedung yang tersisa sebagai tempat bernaung para gelandangan. Tembok-tembok gedung yang masih tersisa tersebut dipenuhi coretan slogan-slogan revolusi. Selain itu, terdapat daftar nama-nama pejuang yang terbunuh pada 2011.
Kondisi serupa terjadi di tempat tinggal Kadhafi yang lainnya. Misalnya saja, rumahnya di Sabha dan Benghazi. Istana di dua tempat tersebut juga berubah menjadi pasar hewan dadakan. “Kami memimpikan kehidupan yang lebih baik setelah jatuhnya Kadhafi, tapi di sini kami di reruntuhan istananya,” ucap Mohammed Suleiman, 43, salah seorang pedagang. (AFP/Metro/sha/c20/tia)