JAKARTA -Fungki Isnanto, tersangka pemilik bom yang meledak di Lumajang, Jawa Timur, mulai dicurigai sebagai bagian aksi teror. Penyidik mendapati pengakuan jika dia mendapatkan pesanan setidaknya 10 buah bom rakitan. Pesanan dilakukan oleh beberapa kenannya lewat aku facebook.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar mengungkapkan, Fungki mengaku menggunakan facebook dengan nama akun Upik Lawanga. Upik Lawanga merupakan bagian jaringan teroris Poso yang juga murid langsung Dr Azahari. Saat ini, ahli pembuat bom itu tengah menjadi buruan polisi bersama dengan Basri dan Santoso.
Akun tersebut banyak berisi foto tentang aktivitas para mujahid. Termasuk juga foto-foto senjata api AK-47, konsep bom dan rangkaian detonator yang ditulis tangan. Selain itu, ada juga catatan berupa petikan surat yang ditulis terpidana Bom Bali Imam Samudera.
Namun, hingga saat ini polisi belum menemukan keterkaitan langsung antara Fungki dengan Upik. “Kami duga dia semacam simpatisan Upik Lawanga,” terang Boy di Mabes Polri kemarin. Dalam status terakhirnya tertanggal 9 November 2012 dia menulis soal kewajiban para mujahid untuk membuat bom sekaligus penawaran untuk kursus membuat bom.
Fungki mengaku menerima pesanan bom menggunakan fasilitas facebook chat dan facebook messenger sehingga tidak muncul di dinding akunnya. Bom sejumlah 10 buah itu tidak dipesan oleh satu orang, melainkan beberapa rekan yang berbeda.
“Harganya satu Rp800 ribu. Kami belum dapat info terkait spek-nya, tapi kira-kira sama seperti yang meledak di kantor travel agent itu,” lanjutnya. Artinya, ada kemungkinan bom yang dipesan berisi paku, gotri, maupun logam lainnya yang khas kelompok Santoso.
Penyidik masih menganalisis pengakuan Fungki. Pihak Mabes Polri belum berani memastikan apakah pesanan tersebut benar. Kalaupun benar, polisi belum bisa memastikan apakah bom pesanan itu sudah dibuat atau baru tahap rencana. Sebab, pesanan juga dilakukan belum lama ini.
Mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya itu menuturkan, pihaknya masih harus membuktikan pengakuan Fungki dengan menelusuri siapa saja yang mengobrol dengan dia lewat akun facebook. Fungki memang sudah menyebut beberapa nama pemesan, namun Boy menolak mengungkap identitas pemesan dengan alasan belum divalidasi.
“Kami masih uji keakuratan pernyataan dia,” tukasnya. Penyidik juga masih harus membuktikan apakah si pemesan benar-benar ada dan bukan nama fiktif. Pembayaran pun belum dilakukan. (byu/jpnn)
Boy mengingatkan, meskipun baru sebatas merencanakan, seseorang bisa didakwa menggunakan UU Pemberantasan Terorisme.
Penyidik meminta waktu beberapa hari ke depan untuk menganalisis kebenaran pengakuan Fungki. Terutama, apakah dia memang memiliki hubungan dengan Upik Lawanga atau hanya sebatas simpatisan yang menjadikan Upik sebagai inspirator.
Sementara itu, aparat baru saja menyelesaikan penggeledahan rumah orang tua Fungki di Lumajang. di rumah tersebut, polisi menyita sejumlah barang bukti. Antara lain black powder tiga perempat kilogram, selongsong amunisi, buku manual elektro, VCD, dan satu kantong pupuk kimia. Polisi tidak menemukan barang bukti berupa paku yang merupakan bahan pembunuh dalam bom rakitan.
Sementara itu, pengungkapan identitas pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, belum menunjukkan perkembangan signifikan. Hingga kemarin malam, tim DVI dan Inafis Mabes Polri yang diterjunkan ke Sulteng belum berhasil mengidentifikasi mayat pelaku bom bunuh diri.
“Kami masih berharap ada masyarakat yang mengenali identitas pelaku lewat foto yang kami sampaikan kemarin,” ucap alumnus Akpol 1988 itu. Selain merilis lewat media, polisi juga sudah menyebar foto pelaku di berbagai tempat. Di luar identifikasi, polisi masih berupaya mencari keterkaitan antara pelaku dengan kelompok teroris yang biasa beroperasi di Sulteng, terutama kelompok Santoso.
Olah TKP pun masih dilakukan oleh tim dari Puslabfor Mabes Polri. Polisi yakin jika aksi itu direncanakan dengan matang. Salah satu buktinya adalah nomor rangka dan nomor mesin yang tidak jelas. Hasil ol.ah TKP menunjukkan, pada nomor rangka dan mesin motor Yamaha Jupiter Z itu terdapat bekas kikiran.
Diduga, pelaku sengaja mengikir nomkor rangka dan mesin motor agar identitas pemiliknya tersamarkan. Trik itu cukup berhasil membuat Tim puslabfor kesulitan. Hingga saat ini, beberapa ahli masih berkutat untuk mengidentifikasi dua jenis nomor khusus itu. Dugaan jika motor yang digunakan merupakan hasil curian pun sempat mencuat.