28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Ledakan Libanon: Setengah Kota Beirut Rusak

BEIRUT, SUMUTPOS.CO – Ledakan dahsyat mengguncang kawasan pelabuhan di Beirut, ibu kota Lebanon pada Selasa 4 Agustus petang waktu setempat. Akibatnya, setengah kota Beirut rusak. Korban tewas diperkirakan minimal 100 orang, dan melukai lebih dari 4.000 lainnya. Sekitar 300.000 orang kehilangan tempat tinggal. Petugas masih mencari lebih dari 100 orang yang hilang setelah ledakan.

Ledakan pertama terjadi di kawasan pelabuhan. Selang beberapa saat, pada pukul 18.08 waktu setempat, terjadi ledakan kedua yang jauh lebih besar dari ledakan pertama. Seluruh kota terguncang akibat ledakan dan kepulan asap menyerupai jamur dapat terlihat menyebar di kawasan pelabuhan setelah ledakan kedua terjadi.

Sebuah rekaman video menunjukkan bagaimana jamur raksasa terbentuk dalam ledakan di Beirut, ibu kota Lebanon. Insiden itu mengirim gelombang kejut mirip tornado ke seantero kota, menggetarkan kaca, dan menyebabkan balkon apartemen runtuh. Saking masifnya, ledakan itu terdengar hingga ke negara tetangga, seperti Siprus yang terletak 240 kilometer jauhnya.

Akibatnya, pelabuhan Beirut hancur akibat ledakan tersebut sementara banyak gedung juga rusak parah. Menurut laporan secara langsung, ledakan itu juga menyebabkan “kekacauan di jalanan”. Foto-foto dari kota menunjukkan jalan-jalan yang hancur dan warga membagi foto-foto kondisi rumah mereka yang hancur.

Presiden Michel Aoun mengatakan, ledakan disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan tanpa pengamanan di gudang. Bahan kimia tersebut disimpan di pelabuhan Beirut sebelum dikirim ke Afrika, seperti dikutip dari Aljazeera. Amonium nitrat digunakan sebagai pupuk dalam pertanian dan juga sebagai bahan peledak.

Kerugian akibat ledakan diperkirakan antara US$3 miliar dan US$5 miliar atau sekitar Rp43 triliun sampai Rp73 triliun dengan kerusakan setengah dari kota Beirut.

Setara Seperlima Ledakan di Hiroshima

Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hasan mengatakan, insiden tersebut merupakan bencana yang sangat dahsyat. Hal itu dia utarakan ketika mengunjungi sebuah rumah sakit di Beirut.

Ledakan itu dilaporkan membuat gelombang seismik yang setara dengan gempa berkekuatan 3,3 magnitudo. Namun, setara dengan magnitudo 3,3 tidak “langsung sebanding dengan gempa dengan ukuran yang sama”.

Ahli Geofisika di Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional AS Don Blakeman mengatakan bahwa itu karena ledakan jenis permukaan, seperti ledakan di Beirut, tidak menghasilkan magnitudo sebesar gempa bumi. Blakeman mengatakan, sebagian besar energinya masuk ke udara dan bangunan. Artinya, jika ledakan itu terjadi di bawah permukaan bumi, besarnya akan lebih tinggi. “Tidak cukup energi yang ditransmisikan ke dalam batuan di tanah,” kata Blakeman.

Para ilmuwan memperkirakan ledakan yang mengguncang Beirut setara dengan ledakan 3 kiloton TNT. Ledakan tersebut juga setara dengan seperlima ledakan bom atom yang meluluhlantakkan Kota Hiroshima, Jepang, di pengujung Perang Dunia II.

Rumah Sakit Kewalahan

Rumah sakit rumah sakit dilaporkan kewalahan dan banyak gedung yang hancur. Seorang petugas medis mengatakan sebanyak 200 hingga 300 orang telah dilarikan ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit.

Kepala rumah sakit Universitas di Beirut, Dr Firass Abiad, mengatakan kepada BBC, sebagian besar korban luka karena pecahan kaca. “Ruang gawat darurat sedikit kacau. Kami banyak menerima korban luka, sebagian besar korban luka akibat pecahan kaca yang terjadi akibat ledakan,” kata Dr Abiad.

“Saya tidak pernah yang seperti ini. Mengerikan,” kata petugas bernama Rouba, kepada kantor berita Reuters.

Wartawan BBC di Beirut, Sunniva Rose mengatakan seluruh kota tampak menghitam. “Mengendarai menyusuri Beirut menjelang malam, benar-benar berantakan. Jalan-jalan penuh dengan kaca, sulit untuk ambulans lewat, banyak batu-batu, bongkahan semen, rumah-rumah ambruk,” kata Rose.

“Asap masih mengepul saat malam. Seluruh kota gelap, sulit untuk berjalan, orang-orang berlumur darah. Saya melihat nenek berusia 86 tahun dirawat dokter yang berlari keluar dari rumahnya dengan perlengkapan bantuan pertama,” tambahnya.

“Flat saya juga rusak. Kaca berserak. Kerusakan begitu dasyat. Bahkan satu mal yang berjarak dua kilometer dari tempat ledakan, seluruh bagian depan hancur. Kerusakan bukan hanya di pelabuhan, seluruh Beirut terhantam,” katanya lagi.

“Masih ada kepulan asap di langit sampai larut malam. Seluruh kota hitam kelam. Sangat sulit berjalan, orang-orang bersimbah darah. Saya melihat seorang perempuan berusia 86 tahun ditangani dokter yang baru keluar rumah membawa peralatan P3K. Mobil-mobil ringsek akibat batu-batu. Rumah-rumah bergaya kuno dengan potongan batu-batu besar ambruk ke jalan,” kata seorang wartawan lain.

Media setempat mengatakan orang-orang terjebak di bawah reruntuhan. Diperlihatkan pula mobil-mobil dan bangunan di sekitarnya yang rusak parah.

Lebanon Minta Bantuan

Pertemuan Dewan Pertahanan Nasional yang dipimpin Presiden Michael Aoun merekomendasikan pemerintah menetapkan “kondisi darurat dua minggu” di ibu kota Beirut dalam pertemuan kabinet Rabu (05/08).

Presiden Aoun juga mengatakan pemerintah akan menggelontorkan dana darurat sebesar 100 miliar lira (Rp972,1 miliar).

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, berjanji bahwa mereka yang berada di balik ledakan besar di pelabuhan Beirut, yang menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya, akan dimintai pertanggungjawaban. “Apa yang terjadi hari ini tidak akan berlalu tanpa pertanggungjawaban,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa.

“Peristiwa ini tidak bisa dibiarkan. Kami akan menghukum pihak yang bertanggung jawab. Itu komitmen kami terhadap korban tewas dan mereka yang terluka. Kami akan mengungkap apa yang terjadi pada senyawa kimia yang sudah tersimpan di gudang tersebut sejak 2014,” ujarnya.

PM Diab, dalam pidatonya, juga meminta bantuan internasional untuk membantu Lebanon, yang tengah berjuang dengan krisis ekonomi terburuk dan wabah Virus Corona baru yang melonjak. “Saya mengirim seruan mendesak kepada semua negara yang berteman dan bersaudara dan mencintai Lebanon, untuk berdiri di sisinya dan membantu kami mengobati luka yang dalam ini,” kata Diab.

Lebanon, negara Mediterania timur yang berpenduduk enam juta orang, berada dalam pergolakan krisis ekonomi yang telah menghancurkan bisnis, membuat puluhan ribu orang kehilangan pekerjaan dan menyebabkan mata uangnya terdepresiasi secara dramatis.

Antisipasi Pasokan Makanan

Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan pihaknya mengantisipasi kesulitan pasokan makanan dalam beberapa hari mendatang setelah ledakan dahsyat itu.

Ia mengatakan sekitar 70% barang-barang impor Lebanon, termasuk makanan dan kebutuhan pokok lainnya, datang melalui lokasi terjadinya ledakan.

“Yang paling utama adalah dampak ekonomi karena untuk beberapa hari ke depan [pasokan] pasti terganggu,” kata Hajriyanto kepada wartawan BBC Indonesia, Callistasia Wijaya, melalui telepon pada Rabu (05/08).

Untuk itu, ia mengatakan pihaknya mengimbau para WNI, terutama mereka yang tinggal di Beirut, untuk memperhatikan stok makanan.

Ia menambahkan pihak KBRI akan memberikan bantuan bagi mereka yang kesulitan mengakses pasokan makanan. “Kita selama pandemi Covid-19 memang sudah memberi bantuan secara periodik. Kami akan segera, dengan memperhatikan jadwal dan waktu, memberi bantuan yang disesuaikan dengan perkembangan baru ini,” ujarnya.

Selain fokus pada dampak ekonomi, Hajriyanto mengatakan pemerintah Lebanon tengah mengantisipasi kemungkinan dampak kimiawi dari ledakan amonium nitrat itu.

Saat kejadian ledakan, Hajriyanto menceritakan, ia dan staf di KBRI- yang jaraknya sekitar delapan kilometer dari lokasi kejadian- merasa seperti sedang terjadi gempa bumi dan ledakan yang sangat dekat. “Gorden-gorden itu jatuh,” ujarnya.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan ada satu orang warga negara Indonesia yang luka namun kondisi sudah stabil.

“Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut,” kata Faizasyah.

Korban luka dari Indonesia adalah pekerja migran.

Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan WNI yang mengalami luka tersebut adalah seorang perempuan yang berada di kawasan Jal El Dib, sekitar delapan kilometer dari Pelabuhan Beirut.

“Luka sudah dijahit oleh dokter. Saat ini sudah pulang dan berada di apartemen bersama empat WNI lainnya di Jal El Dib,” sebut Hajriyanto dalam pesan tertulisnya.

Di Lebanon, terdapat total 1.447 WNI, 213 di antaranya masyarakat dan keluarga besar KBRI dan 1.234 TNI anggota kontingen Garuda.

Menurut Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, KRI Sulthan Hasanuddin 366—yang bertugas sebagai Kontingen Garuda Satgas MTF dalam UNIFIL—terkonfirmasi aman karena sedang berlayar di Mersin, Turki. (bbs/bbc/lp6/net)

BEIRUT, SUMUTPOS.CO – Ledakan dahsyat mengguncang kawasan pelabuhan di Beirut, ibu kota Lebanon pada Selasa 4 Agustus petang waktu setempat. Akibatnya, setengah kota Beirut rusak. Korban tewas diperkirakan minimal 100 orang, dan melukai lebih dari 4.000 lainnya. Sekitar 300.000 orang kehilangan tempat tinggal. Petugas masih mencari lebih dari 100 orang yang hilang setelah ledakan.

Ledakan pertama terjadi di kawasan pelabuhan. Selang beberapa saat, pada pukul 18.08 waktu setempat, terjadi ledakan kedua yang jauh lebih besar dari ledakan pertama. Seluruh kota terguncang akibat ledakan dan kepulan asap menyerupai jamur dapat terlihat menyebar di kawasan pelabuhan setelah ledakan kedua terjadi.

Sebuah rekaman video menunjukkan bagaimana jamur raksasa terbentuk dalam ledakan di Beirut, ibu kota Lebanon. Insiden itu mengirim gelombang kejut mirip tornado ke seantero kota, menggetarkan kaca, dan menyebabkan balkon apartemen runtuh. Saking masifnya, ledakan itu terdengar hingga ke negara tetangga, seperti Siprus yang terletak 240 kilometer jauhnya.

Akibatnya, pelabuhan Beirut hancur akibat ledakan tersebut sementara banyak gedung juga rusak parah. Menurut laporan secara langsung, ledakan itu juga menyebabkan “kekacauan di jalanan”. Foto-foto dari kota menunjukkan jalan-jalan yang hancur dan warga membagi foto-foto kondisi rumah mereka yang hancur.

Presiden Michel Aoun mengatakan, ledakan disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan tanpa pengamanan di gudang. Bahan kimia tersebut disimpan di pelabuhan Beirut sebelum dikirim ke Afrika, seperti dikutip dari Aljazeera. Amonium nitrat digunakan sebagai pupuk dalam pertanian dan juga sebagai bahan peledak.

Kerugian akibat ledakan diperkirakan antara US$3 miliar dan US$5 miliar atau sekitar Rp43 triliun sampai Rp73 triliun dengan kerusakan setengah dari kota Beirut.

Setara Seperlima Ledakan di Hiroshima

Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hasan mengatakan, insiden tersebut merupakan bencana yang sangat dahsyat. Hal itu dia utarakan ketika mengunjungi sebuah rumah sakit di Beirut.

Ledakan itu dilaporkan membuat gelombang seismik yang setara dengan gempa berkekuatan 3,3 magnitudo. Namun, setara dengan magnitudo 3,3 tidak “langsung sebanding dengan gempa dengan ukuran yang sama”.

Ahli Geofisika di Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional AS Don Blakeman mengatakan bahwa itu karena ledakan jenis permukaan, seperti ledakan di Beirut, tidak menghasilkan magnitudo sebesar gempa bumi. Blakeman mengatakan, sebagian besar energinya masuk ke udara dan bangunan. Artinya, jika ledakan itu terjadi di bawah permukaan bumi, besarnya akan lebih tinggi. “Tidak cukup energi yang ditransmisikan ke dalam batuan di tanah,” kata Blakeman.

Para ilmuwan memperkirakan ledakan yang mengguncang Beirut setara dengan ledakan 3 kiloton TNT. Ledakan tersebut juga setara dengan seperlima ledakan bom atom yang meluluhlantakkan Kota Hiroshima, Jepang, di pengujung Perang Dunia II.

Rumah Sakit Kewalahan

Rumah sakit rumah sakit dilaporkan kewalahan dan banyak gedung yang hancur. Seorang petugas medis mengatakan sebanyak 200 hingga 300 orang telah dilarikan ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit.

Kepala rumah sakit Universitas di Beirut, Dr Firass Abiad, mengatakan kepada BBC, sebagian besar korban luka karena pecahan kaca. “Ruang gawat darurat sedikit kacau. Kami banyak menerima korban luka, sebagian besar korban luka akibat pecahan kaca yang terjadi akibat ledakan,” kata Dr Abiad.

“Saya tidak pernah yang seperti ini. Mengerikan,” kata petugas bernama Rouba, kepada kantor berita Reuters.

Wartawan BBC di Beirut, Sunniva Rose mengatakan seluruh kota tampak menghitam. “Mengendarai menyusuri Beirut menjelang malam, benar-benar berantakan. Jalan-jalan penuh dengan kaca, sulit untuk ambulans lewat, banyak batu-batu, bongkahan semen, rumah-rumah ambruk,” kata Rose.

“Asap masih mengepul saat malam. Seluruh kota gelap, sulit untuk berjalan, orang-orang berlumur darah. Saya melihat nenek berusia 86 tahun dirawat dokter yang berlari keluar dari rumahnya dengan perlengkapan bantuan pertama,” tambahnya.

“Flat saya juga rusak. Kaca berserak. Kerusakan begitu dasyat. Bahkan satu mal yang berjarak dua kilometer dari tempat ledakan, seluruh bagian depan hancur. Kerusakan bukan hanya di pelabuhan, seluruh Beirut terhantam,” katanya lagi.

“Masih ada kepulan asap di langit sampai larut malam. Seluruh kota hitam kelam. Sangat sulit berjalan, orang-orang bersimbah darah. Saya melihat seorang perempuan berusia 86 tahun ditangani dokter yang baru keluar rumah membawa peralatan P3K. Mobil-mobil ringsek akibat batu-batu. Rumah-rumah bergaya kuno dengan potongan batu-batu besar ambruk ke jalan,” kata seorang wartawan lain.

Media setempat mengatakan orang-orang terjebak di bawah reruntuhan. Diperlihatkan pula mobil-mobil dan bangunan di sekitarnya yang rusak parah.

Lebanon Minta Bantuan

Pertemuan Dewan Pertahanan Nasional yang dipimpin Presiden Michael Aoun merekomendasikan pemerintah menetapkan “kondisi darurat dua minggu” di ibu kota Beirut dalam pertemuan kabinet Rabu (05/08).

Presiden Aoun juga mengatakan pemerintah akan menggelontorkan dana darurat sebesar 100 miliar lira (Rp972,1 miliar).

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, berjanji bahwa mereka yang berada di balik ledakan besar di pelabuhan Beirut, yang menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya, akan dimintai pertanggungjawaban. “Apa yang terjadi hari ini tidak akan berlalu tanpa pertanggungjawaban,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa.

“Peristiwa ini tidak bisa dibiarkan. Kami akan menghukum pihak yang bertanggung jawab. Itu komitmen kami terhadap korban tewas dan mereka yang terluka. Kami akan mengungkap apa yang terjadi pada senyawa kimia yang sudah tersimpan di gudang tersebut sejak 2014,” ujarnya.

PM Diab, dalam pidatonya, juga meminta bantuan internasional untuk membantu Lebanon, yang tengah berjuang dengan krisis ekonomi terburuk dan wabah Virus Corona baru yang melonjak. “Saya mengirim seruan mendesak kepada semua negara yang berteman dan bersaudara dan mencintai Lebanon, untuk berdiri di sisinya dan membantu kami mengobati luka yang dalam ini,” kata Diab.

Lebanon, negara Mediterania timur yang berpenduduk enam juta orang, berada dalam pergolakan krisis ekonomi yang telah menghancurkan bisnis, membuat puluhan ribu orang kehilangan pekerjaan dan menyebabkan mata uangnya terdepresiasi secara dramatis.

Antisipasi Pasokan Makanan

Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan pihaknya mengantisipasi kesulitan pasokan makanan dalam beberapa hari mendatang setelah ledakan dahsyat itu.

Ia mengatakan sekitar 70% barang-barang impor Lebanon, termasuk makanan dan kebutuhan pokok lainnya, datang melalui lokasi terjadinya ledakan.

“Yang paling utama adalah dampak ekonomi karena untuk beberapa hari ke depan [pasokan] pasti terganggu,” kata Hajriyanto kepada wartawan BBC Indonesia, Callistasia Wijaya, melalui telepon pada Rabu (05/08).

Untuk itu, ia mengatakan pihaknya mengimbau para WNI, terutama mereka yang tinggal di Beirut, untuk memperhatikan stok makanan.

Ia menambahkan pihak KBRI akan memberikan bantuan bagi mereka yang kesulitan mengakses pasokan makanan. “Kita selama pandemi Covid-19 memang sudah memberi bantuan secara periodik. Kami akan segera, dengan memperhatikan jadwal dan waktu, memberi bantuan yang disesuaikan dengan perkembangan baru ini,” ujarnya.

Selain fokus pada dampak ekonomi, Hajriyanto mengatakan pemerintah Lebanon tengah mengantisipasi kemungkinan dampak kimiawi dari ledakan amonium nitrat itu.

Saat kejadian ledakan, Hajriyanto menceritakan, ia dan staf di KBRI- yang jaraknya sekitar delapan kilometer dari lokasi kejadian- merasa seperti sedang terjadi gempa bumi dan ledakan yang sangat dekat. “Gorden-gorden itu jatuh,” ujarnya.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan ada satu orang warga negara Indonesia yang luka namun kondisi sudah stabil.

“Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut,” kata Faizasyah.

Korban luka dari Indonesia adalah pekerja migran.

Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan WNI yang mengalami luka tersebut adalah seorang perempuan yang berada di kawasan Jal El Dib, sekitar delapan kilometer dari Pelabuhan Beirut.

“Luka sudah dijahit oleh dokter. Saat ini sudah pulang dan berada di apartemen bersama empat WNI lainnya di Jal El Dib,” sebut Hajriyanto dalam pesan tertulisnya.

Di Lebanon, terdapat total 1.447 WNI, 213 di antaranya masyarakat dan keluarga besar KBRI dan 1.234 TNI anggota kontingen Garuda.

Menurut Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, KRI Sulthan Hasanuddin 366—yang bertugas sebagai Kontingen Garuda Satgas MTF dalam UNIFIL—terkonfirmasi aman karena sedang berlayar di Mersin, Turki. (bbs/bbc/lp6/net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/