Standar ganda Barat terus terjadi pada konflik Iran-Israel. Terbaru, negara-negara Barat akan menjatuhkan sanksi terhadap Iran.
Dilansir Al Jazeera, Amerika Serikat (AS) sedang menyiapkan sanksi atas serangan Iran kepada Israel. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen menyebut akan mengumumkan pemberian sanksi itu pada konferensi pers pembukaan pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang akan digelar di Washington DC.
Yellen juga akan mendorong menteri keuangan negara lain untuk menerapkan sanksi mereka sendiri terhadap Iran. Dia berdalih, hal itu sebagai tindakan yang terkoordinasi. ’’Departemen keuangan tidak akan ragu untuk bekerja sama dengan sekutu kami untuk menggunakan otoritas sanksi kami untuk terus mengganggu aktivitas rezim Iran yang memfitnah dan mengganggu stabilitas,’’ ujar Yellen dalam peryataan tertulis.
Alih-alih mengutuk ulah Israel yang lebih dulu membombardir kedutaan Iran di Damaskus, Yellen justru menyebut, apa yang dilakukan Iran dan proksi Islam sebagai tindakan yang jahat. ’’Serangan yang dilakukan Iran dan proksinya menggarisbawahi pentingnya kerja Departemen Keuangan dalam menggunakan alat ekonomi kami untuk melawan aktivitas jahat Iran,’’ jelas dia.
Sementara itu, Israel terus mengirimkan pesan bahwa mereka siap meladeni Iran. ’’Iran akan menghadapi konsekuensi atas tindakannya,’’ ujar Panglima militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi dilansir dari Associated Press (AP). Halevi mengatakan negaranya mengkaji dengan seksama situasi dan langkah yang akan diambil.
Senada, PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel akan membalas serangan drone dan rudal Iran secara bijak, bukan secara emosional. ’’Kami akan menanggapi Iran, tapi akan bertindak bijaksana dan bukan dengan emosi. Mereka perlu diberi tekanan dengan cara yang sama seperti mereka membuat kita merasa tertekan,’’ kata Netanyahu seperti dikutip oleh stasiun televisi Israel, Kan.
Rapat Terbatas Bahas Iran-Israel
Kemarin (16/4), Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil menterinya untuk membahas kondisi global. Dalam rapat terbatas tersebut, dinyatakan kondisi Indonesia masih dalam keadaan baik. Meski seluruh negara telah menghitung jika ada eskalasi yang lebih besar dari konflik Israel dan Iran.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat menyampaikan, jika dampak peperangan di Timur Tengah ini berimbas pada harga minyak. Menurutnya, Laut Merah dan Selat Hormuz menjadi penghubung yang penting bagi akal minyak. “Di Selat Hormuz ada 33 ribu kapal minyak dan Laut Merah 27 ribu. Peningkatan biaya pengiriman menjadi salah satu yang harus dimitigasi,” kata Airlangga.
Dia juga menyatakan, perekonomian Indonesia sebenarnya tumbuh. Yakni mencapai angka 5 persen. Sementara inflasi 2,5 plus minus 1 persen. Hal itu juga ditopang dengan cadangan devisa pada Maret 2024 cukup aman, yakni sebesar USD 140,4 miliar, dan kinerja ekspor pun masih dengan surplus neraca perdagangan per Februari 2024 sebesar USD 0,87 miliar.
Pemerintah terus mencermati tingkat suku bunga, harga minyak, kenaikan biaya logistik global, serta penyerapan Surat Berharga Negara (SBN) untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut dari konflik Iran-Israel tersebut.’’Yang sekarang kami jaga yang paling penting adalah biaya logistik. Nah kalau biaya logistik, kemarin sebelum ada konflik Iran-Israel saja sudah naik akibat (serangan) Houthi dan juga yang lain,’’ katanya.
Airlangga juga mengakui jika nilai tukar rupiah terhadap dolar dan IHSG mengalami pelemahan. Meski demikian dia menyebut jika hal itu masih aman. Pemerintah akan melakukan beberapa kebijakan, yakni bauran fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menaga APBN, dan memonitor kenaikan harga logistik dan minyak. “Sektor riil terdampak depresiasi nilai tukar dan kenaikan ini,” katanya.
Dia memastikan fundamental ekonomi RI masih baik. ’’Jadi, kita bukan (negara) yang terdampak tinggi, tapi banyak negara yang lebih terdampak dari kita (karena konflik Iran-Israel). (Hal ini) karena fundamental ekonomi kita relatif baikental ekonomi RI masih baik,’’ jelas Ketum Partai Golkar itu.
Sejauh ini pemerintah masih terus memonitor konflik ini. Belum ada pembahasan apakah ada penambahan bantuan atau tidak.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan, perang ini tentu mempengaruhi harga minyak. Namun harga BBM dalam negeri masih bisa ditahan. “Sementara stok aman,” ujarnya. Dia berharap tidak ada eskalasi konflik di Iran dan Israel sehingga tidak mempengaruhi harga minyak.
Jika harga minyak naik, Arifin menyebut akan berdampak pada besaran subsidi. Misalnya ketika naik satu dolar, maka ada kenaikan sekitar Rp3,5 triliun sampai Rp 4 triliun untu kompensasi dan subsidi. “Belum lagi kalau rupiah tiap naik 1 dolar. Makanya kita harus gemar energi,” ucapnya.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan telah menghubungi beberapa menteri luar negeri dari berbagai negara. Dia telah menghubungi Menlu Iran, Arab Saudi, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Uni Eropa, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat. “Tadi pagi Wamenlu AS menelpon saya dan mendiskusikan perkembangan Timur Tengah,” katanya.
Indonesia sendiri meminta seluruh pihak yang terlibat untuk menhan diri dan dieskalasi. Sementara dengan negara yan tidak terlibat, Retno meminta agar dengan pengaruhnya untuk menekan pihak terkait agar konflik tidak membesar.
“Terkait perlindungan WNI, kami melakukan komunikasi dengan beberapa kedutaan. Terutaa di Teheran dan Mesir,,” tutur Retno. Selain itu travel advice sudah dikeluarkan sejak 13 April lalu. Untuk WNI yang tidak di sekitar daerah konflik diminta menghubungi KBRI melalui hotline. “Sejauh ini alhamdulillah wni dalam keadaan baik. Dalam artian tidak terdampak situasi yang ada,” imbuhnya. (dee/lyn/jpg/adz)