31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Kisah Maesaiah Thabane Pembunuh yang Menjadi First Lady

BERSAMA: Maesaiah Thabane (kanan) duduk bersama
PM Lesotho, Thomas Thabane dalam sebuah acara beberapa waktu yang lalu.

AFRIKA SELATAN, SUMUTPOS.CO – Maesaiah Thabane, First Lady Lesotho atau istri dari Perdana Menteri Lesotho, Thomas Thabane, bersiap menjadi pesakitan. Polisi akan mendakwa dia terlibat dalam pembunuhan terhadap Lipolelo, mantan istri dari PM Thomas Thabane. Lipolelo dibunuh pada 14 Juni 2017.

Insiden pembunuhan itu terjadi dua hari sebelum Thomas Thabane diresmikan sebagai Perdana Menteri Lesotho. Thomas Thabane menjabat sebagai PM Lesotho pada 16 Juni 2017.

Maesaiah sendiri melarikan diri dari Lesotho pada 10 Januari saat hendak ditangkap oleh pihak kepolisian. Namun, dia akhirnya memilih menyerahkan diri ke pihak kepolisian pada Selasa (4/2) sore waktu Lesotho. Polisi mengatakan dia bersembunyi di negara tetangga, Afrika Selatan.

Wakil Komisaris Polisi Lesotho, Mokete Paseka mengatakan, Maesaiah, 42, akan menghabiskan hari-harinya di tahanan dan akan segera dibawa ke pengadilan setelah direktur penuntutan umum menyiapkan dakwaan. “Dia (Maesaiah) telah didakwa melakukan pembunuhan bersama delapan orang lainnya yang berada di Lesotho dan Afrika Selatan,” sebut Paseka kepada wartawan seraya menambahkan bahwa penyelidikan telah diselesaikan dengan memuaskan seperti dilansir Aljazeera.

Paseka menambahkan bahwa kepolisian memiliki bukti kuat terkait keterlibatan Maesaiah. Meski berstatus First Lady atau istri dari Perdana Menteri Thomas Thabane, polisi memastikan Maesaiah tak akan lolos dari jerat hukum.

Surat perintah penangkapan untuk First Lady sendiri dikeluarkan pada hari dia melarikan diri dari Lesotho. Kala itu, Maesaiah menolak melapor ke polisi untuk diinterogasi sehubungan dengan peristiwa pembunuhan Lipolelo.

Inisiatif menyerah, Maesaiah Thabane dijemput di perbatasan dengan Afrika Selatan. Sebelumnya telah ada kesepakatan antara pengacaranya dan pihak kepolisian.

Pembunuhan terhadap Lipolelo terjadi dua hari, tepatnya 14 Juni 2017, sebelum pelantikan Thomas Thabane untuk masa jabatan kedua PM Lesotho pada 16 Juni 2017. Lipolelo sendiri sebelumnya telah dinyatakan sebagai ibu negara atau First Lady yang sah dan berhak atas perlindungan dari negara.

Thomas Thabane bercerai dengan Lipolelo pada 2012. Keduanya menikah sejak 1987. Selanjutnya, Thomas Thabane menikah dengan Maesaiah pada 27 Agustus 2017 atau sekitar dua bulan setelah peristiwa pembunuhan terhadap Lipolelo. Maesaiah pun berstatus sebagai First Lady.

Terkait peristiwa pembunuhan Lipolelo, selain telah mengamankan Maesaiah, polisi juga telah memeriksa PM Thomas Thabane. Hal itu dilakukan menyusul dugaan penggunaan ponsel miliknya untuk berkomunikasi dengan seseorang yang berada di lokasi pembunuhan.

Pembunuhan Lipolelo sendiri menimbulkan gelombang kejutan di negara yang dipimpin Raja Letsie III tersebut. Bahkan, anggota senior partai All Basotho Convention (ABC) menuduh PM Thomas Thabane menghambat penyelidikan atas pembunuhan itu. Bulan lalu, ratusan pendukung oposisi berunjuk rasa di jalan utama ibu kota Maseru ketika Thomas Thabane diinterogasi oleh polisi. Mereka menuntut Thomas Thabane mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri. (jpc/ram)

BERSAMA: Maesaiah Thabane (kanan) duduk bersama
PM Lesotho, Thomas Thabane dalam sebuah acara beberapa waktu yang lalu.

AFRIKA SELATAN, SUMUTPOS.CO – Maesaiah Thabane, First Lady Lesotho atau istri dari Perdana Menteri Lesotho, Thomas Thabane, bersiap menjadi pesakitan. Polisi akan mendakwa dia terlibat dalam pembunuhan terhadap Lipolelo, mantan istri dari PM Thomas Thabane. Lipolelo dibunuh pada 14 Juni 2017.

Insiden pembunuhan itu terjadi dua hari sebelum Thomas Thabane diresmikan sebagai Perdana Menteri Lesotho. Thomas Thabane menjabat sebagai PM Lesotho pada 16 Juni 2017.

Maesaiah sendiri melarikan diri dari Lesotho pada 10 Januari saat hendak ditangkap oleh pihak kepolisian. Namun, dia akhirnya memilih menyerahkan diri ke pihak kepolisian pada Selasa (4/2) sore waktu Lesotho. Polisi mengatakan dia bersembunyi di negara tetangga, Afrika Selatan.

Wakil Komisaris Polisi Lesotho, Mokete Paseka mengatakan, Maesaiah, 42, akan menghabiskan hari-harinya di tahanan dan akan segera dibawa ke pengadilan setelah direktur penuntutan umum menyiapkan dakwaan. “Dia (Maesaiah) telah didakwa melakukan pembunuhan bersama delapan orang lainnya yang berada di Lesotho dan Afrika Selatan,” sebut Paseka kepada wartawan seraya menambahkan bahwa penyelidikan telah diselesaikan dengan memuaskan seperti dilansir Aljazeera.

Paseka menambahkan bahwa kepolisian memiliki bukti kuat terkait keterlibatan Maesaiah. Meski berstatus First Lady atau istri dari Perdana Menteri Thomas Thabane, polisi memastikan Maesaiah tak akan lolos dari jerat hukum.

Surat perintah penangkapan untuk First Lady sendiri dikeluarkan pada hari dia melarikan diri dari Lesotho. Kala itu, Maesaiah menolak melapor ke polisi untuk diinterogasi sehubungan dengan peristiwa pembunuhan Lipolelo.

Inisiatif menyerah, Maesaiah Thabane dijemput di perbatasan dengan Afrika Selatan. Sebelumnya telah ada kesepakatan antara pengacaranya dan pihak kepolisian.

Pembunuhan terhadap Lipolelo terjadi dua hari, tepatnya 14 Juni 2017, sebelum pelantikan Thomas Thabane untuk masa jabatan kedua PM Lesotho pada 16 Juni 2017. Lipolelo sendiri sebelumnya telah dinyatakan sebagai ibu negara atau First Lady yang sah dan berhak atas perlindungan dari negara.

Thomas Thabane bercerai dengan Lipolelo pada 2012. Keduanya menikah sejak 1987. Selanjutnya, Thomas Thabane menikah dengan Maesaiah pada 27 Agustus 2017 atau sekitar dua bulan setelah peristiwa pembunuhan terhadap Lipolelo. Maesaiah pun berstatus sebagai First Lady.

Terkait peristiwa pembunuhan Lipolelo, selain telah mengamankan Maesaiah, polisi juga telah memeriksa PM Thomas Thabane. Hal itu dilakukan menyusul dugaan penggunaan ponsel miliknya untuk berkomunikasi dengan seseorang yang berada di lokasi pembunuhan.

Pembunuhan Lipolelo sendiri menimbulkan gelombang kejutan di negara yang dipimpin Raja Letsie III tersebut. Bahkan, anggota senior partai All Basotho Convention (ABC) menuduh PM Thomas Thabane menghambat penyelidikan atas pembunuhan itu. Bulan lalu, ratusan pendukung oposisi berunjuk rasa di jalan utama ibu kota Maseru ketika Thomas Thabane diinterogasi oleh polisi. Mereka menuntut Thomas Thabane mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri. (jpc/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/