Calhaj Risiko Tinggi Diistimewakan
MADINAH- Hari masih pagi tapi Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Madinah Akhmad Jauhari sudah kedatangan tamu. Mereka adalah perwakilan 5 calon jamaah haji yang kehilangan kopor dalam perjalanan darat dari Jeddah ke Madinah. Para jamaah yang mendapat musibah itu berasal dari kloter 1 Medan.
“Mereka khawatir kopor mereka tidak terangkut. (Mereka khawatir) nanti bawa apa ke Tanah Air,” ujar Akhmad Jauhari usai menerima perwakilan jamaah tersebut, Kamis (6/10).
Setelah mendapat penjelasan, mereka kini telah tenang. “Sebelumnya mereka resah, teman-teman yang lain (nanti) bawa oleh-oleh, saya tidak bawa apa-apa,” kata Akhmad.
Kekhawatiran jamaah itu wajar, karena tidak semua kopor akan diangkut pesawat ke Tanah Air di masa kepulangan nanti. Hanya kopor haji bergambar Garuda Airways yang akan ditimbang dan diangkut ke pesawat. Kopor selain itu akan dicuekin karena dianggap bukan kopor rombongan atau kopor tambahan.
Solusi terhadap masalah itu adalah memberi surat keterangan kehilangan kopor dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Jeddah, sehingga kopor baru mereka yang mungkin tidak sama dengan kopor resmi, akan tetap diangkut.
“Kita tetap mencari kopor-kopor tersebut. Kita ajukan kompensasi ke PPIH di Jeddah. Selain itu kita ajukan tuntutan (klaim) ke Naqobah (perusahaan yang mengurusi pengangkutan jamaah di Madinah),” jelas Akhmad.
Jamaah mengaku isi kopor itu adalah perlengkapan sehari-hari, tidak ada uang.
Ada sejumlah kemungkinan mengapa kopor itu hilang. Bisa jadi terjatuh saat perjalanan dengan bus Jeddah-Madinah, atau tidak terangkut di bandara. “Pihak Jeddah masih terus mencari,” ujar Akhmad.
Sementara jamaah calon haji (Calhaj) beresiko tinggi diupayakan mendapat perlakuan istimewa dibanding calhaj yang dalam kondisi kesehatan prima. Demi memudahkan pelayanan, panitia menyematkan gelang identitas bertanda hitam bagi calhaj berisiko tinggi.
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Sumut mencanangkan hal ini atas imbauan anggota Komisi VIII DPR RI Hazrul Anwar saat melepas jamaah calhaj kloter I Embarkasi Medan di Asrama Haji Medan, baru-baru ini.
Kabag Humas PPIH Sumut Sazli Nasution menjelaskan, dengan tanda tersebut, diharapkan pelayanan calhaj ‘istimewa’ akan lebih mudah. “Jamaah calhaj beresiko tinggi ini dibedakan menjadi dua. Yang pertama, orangtua lanjut usia dan yang kedua, jamaah calhaj berpenyakit, seperti gangguan saluran pernapasan, jantung, diabetes dan penyakit berbahaya lainnya,” paparnya, Kamis (6/10).
Menurutnya, hal ini berbeda dari tahun sebelumnya. “Imbauan dari anggota komisi VIII DPR RI itu memang bagus. Jadi, ada perbedaan pelayanan bagi jamaah yang memiliki resiko tinggi,” kata Sazli lagi.
Lebih lanjut Sazli menuturkan, para dokter sudah disarankan agar memiliki satu catatan khusus untuk mendata para jamaah calhaj resiko tinggi per kloter. “Hal ini untuk memudahkan pihak sektor pengobatan ketika sampai di tanah suci. Dengan begitu, jamaah tersebut bisa mendapatkan penanganan lanjutan seandainya terjadi hal-hal mengkhawatirkan,” jelasnya.
Sazli juga menjelaskan, hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menurunkan tingkat kematian yang selalu ada tiap tahunnya. “Ini merupakan keberhasilan pelayanan haji secara nasional,” ujarnya.(saz)
Calhaj Keguguran di Madinah
Dari Madinah dikabarkan, seorang jamaah calhaj Indonesia mengalami keguguran dan dirujuk ke RS Bersalin Wiladah. Media Center Haji melansir, dari data Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Madinah, jamaah calhaj bernama Nola Ismaya itu tiba di BPHI pukul 09.30 waktu setempat, Rabu (5/10).
Nola mengalami pengeluaran darah dan mules hebat. Karenanya, sekira pukul 10.30 waktu setempat, jamaah kloter I JKS (Jabar) ini dirujuk ke RS Bersalin Wiladah.
Kepala Daerah Kerja Madinah Ahmad Jauhari, belum dapat memastikan adanya jamaah calhaj Indonesia yang mengalami keguguran. Namun ia mengakui ada seorang jamaah calhaj yang dirujuk ke RS Bersalin Wiladah Madinah. “Saya belum tau persis apakah jamaah yang dirujuk ke RS Bersalin Wiladah itu kandungannya keguguran atau sekadar flek. Hal ini saya nyatakan, karena laporannya hanya menyebutkan seorang jamaah dirujuk ke rumah sakit, itu saja,” jelasnya, saat dihubungi dari Jeddah, kemarin.
Jauhari menuturkan, pihaknya akan melakukan pengecekan. Jika benar, sambungnya, diharapkan yang bersangkutan dalam waktu singkat dapat mmengakhiri masa nifasnya sehingga dapat menjalankan ibadah hajinya dengan baik. “Kita harapkan masa nifasnya cepat selasai dan dapat menjalankan ibadah haji di Arafah. Sebab, jika sampai saatnya ke Arafah belum suci, maka ibadahnya dibatalkan,” katanya.
Ia mengimbau, bagi jamaah calhaj yang masih berada di tanah air dan dalam keadaan mengandung, sebaiknya menunda dulu kepergiannya ke tanah suci. Hal ini, menurut Jauhari, lebih baik dari pada menimbnulkan hal yang tak diinginkan. (saz/bbs)