TEHERAN- Garda Revolusi Iran terus meningkatkan penjagaan sebagai bentuk antisipasi adanya ancaman serangan militer dari sejumlah negara lain. Penjagaan itu dilakukan di sejumlah titik strategis.
Demikian disampaikan intelijen asing pada harian Telegraph. Menurut intel tersebut, kesiagaan Garda Revolusi Islam terkait ancaman serangan militer dari negara lain. Komandan Garda Revolusi Moh Al Jaafari, kata intel tersebut mengeluarkan perintah yang isinya setiap anggota Garda harus dalam kondisi siaga.
“Ada kemungkinan serangan eksternal maupun serangan intelijen asing,” ucapnya menirukan, Selasa (6/12) kepada Telegraph.
Lebih lanjut, seorang pejabat intelijen Barat mengatakan Iran telah berencana menyebar unit pasukan artileri dan garda yang dilengkapi misil jarak jauh dan berdaya ledak tinggi ke posisi-posisi kunci pertahanan.
Perintah itu disampaikan sebagai respon terhadap tekanan internasional atas program nuklir Iran. Persiapan untuk perang dilakukan dengan cepat menyusul laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria, bulan lalu, yang menyatakan ada bukti bahwa Iran bekerja aktif memproduksi senjata nuklir.
Pemimpin Iran khawatir negaranya menjadi sasaran serangan Barat yang ingin menghancurkan elemen-elemen kunci dari infrastruktur nuklir Iran. Ledakan terbaru menambah kekhawatiran Iran. Khawatir kondisi itu akan dijadikan alasan oleh Israel atau AS untuk menyerang negeri tersebut.
Program misil Iran mengalami kemunduran besar setelah terjadi ledakan di fasilitas pusat percobaan misil di Bidganeh, sekitar 48,2 kilometer sebelah barat Teheran, pada 12 November lalu. Sedikitnya 17 orang tewas, termasuk Jenderal Hassan Tehrani Moghaddam, kepala program riset misil Iran.
IAEA, dalam laporannya, menyatakan para ilmuwan Iran telah mengembangkan sebuah misil berkepala nuklir. Para analis keamanan menggambarkan kemajuan misil Iran itu sebagai “titik balik” yang memiliki “implikasi strategis yang mendalam”.
Pekan lalu, ledakan misterius lainnya menyebabkan kerusakan signifikan di fasilitas pengayaan uranium di Isfahan. “Itu terlihat seperti bentuk perang abad 21,” kata Patrick Clawson dari Washington Institute for Near East Policy kepada Los Angeles Times.
Hubungan Iran dan Israel kembali memanas pada awal bulan lalu, memang terjadi kemungkinan serangan oleh pihak asing di kawasan nuklir Iran. Ledakan di kawasan itu menyebabkan 17 anggota Garda Revolusi tewas. Israel diduga ada dibalik ledakan itu. Intelijen Israel menyatakan ledakan itu membuat teknologi nuklir militer Iran terhambat sementara. (bbs/net/jpnn)