WASHINGTON, SUMUTPOS.CO – Sah, Joe Biden jadi pemenang Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020. Meski sempat diwarnai kerusuhan, Joe Biden akhirnya ditetapkan sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat.
Sidang pleno Kongres untuk mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden AS kembali dimulai setelah sempat terhenti akibat serbuan para pendukung Donald Trump ke Gedung Capitol, Rabu (6/1) waktu setempat atau Kamis (7/1) pagi WIB. Mereka berupaya membatalkan kekalahan Trump pada Pilpres 2020 dengan memaksa Kongres menunda sidang yang akan mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
Wakil Presiden AS, Mike Pence, memulai sidang pada Rabu (6/1) malam waktu setempat, dengan mengatakan, kejadian hari itu adalah hari yang kelam dalam sejarah Capitol, Amerika Serikat. “Untuk Anda yang melakukan kekacauan di Gedung Capitol hari ini, Anda tidak menang,” kata Pence.
“Kekerasan tidak pernah menang. Kebebasan berjaya dan ini masih rumah rakyat. Selagi kami kembali berkumpul di ruangan ini, dunia akan menyaksikan lagi keteguhan dan kekuatan demokrasi kami bahkan setelah aksi kekerasan dan vandalisme yang belum pernah terjadi sebelumnya,” imbuhnya.
Pendukung Donald Trump membuat kerusuhan dengan menyerbu gedung kongres Capitol. Dalam kerusuhan itu, empat orang dikabarkan tewas termasuk seorang perempuan yang ditembak setelah pendukung Trump menerobos bangunan ikonik itu.
Dilansir dari CNN, Kamis (7/1), kerusuhan melanda ibu kota AS setelah Trump mendesak para pendukungnya untuk berperang melawan penghitungan seremonial dari suara elektoral. Perolehan suara mengkonfirmasi kemenangan presiden terpilih Joe Biden.
Pada Rabu (6/1), siang hari ratusan pengunjuk rasa pendukung Trump menerobos penghalang yang dipasang di sepanjang perimeter Capitol. Mereka bentrok dengan petugas yang dilengkapi pengaman anti huru-hara. Beberapa menyebut petugas itu sebagai pengkhianat. Wakil Presiden Mike Pence juga dievakuasi dari dalam ruangan.
Dalam kerusuhan itu, seorang perempuan yang belum diketahui identitasnya, meninggal setelah ditembak di dada di halaman Capitol. Polisi DC mengkonfirmasi kepada CNN. Informasi lebih lanjut tentang penembakan itu belum dirinci secara jelas.
Kepala Polisi DC Robert Contee mengatakan tiga orang lainnya meninggal karena keadaan darurat medis selama kerusuhan itu. “Seorang perempuan dewasa dan dua pria dewasa tampaknya kesakitan dalam keadaan darurat medis yang terpisah, yang mengakibatkan kematian. Kehilangan nyawa di distrik itu merupakan peristiwa tragis,” kata Contee pada konferensi pers, Rabu malam (6/1).
Beberapa petugas juga terluka. Setidaknya satu petugas diangkut ke rumah sakit. Granat asap digunakan di sisi Senat Capitol. Jendela di sisi barat Senat telah rusak, dan ratusan petugas berkumpul di lantai satu.
Polisi Capitol AS sempat mendorong demonstran keluar dari tangga di sisi timur gedung. Para pengunjuk rasa terlihat mendorong pagar besi dan polisi menggunakan pagar untuk mendorong pengunjuk rasa kembali. Sementara petugas lain mengulurkan tangan ke atas. Polisi juga menembakkan gas air mata untuk membubarkan perusuh.
Pasukan dari Virginia, Maryland dan Pengawal Nasional D.C. dikerahkan untuk membantu memadamkan kerusuhan. Beberapa jam setelah pelanggaran, penegak hukum mengumumkan bahwa Capitol telah diamankan. Ketika kekacauan terjadi, Trump mengatakan kepada para pendukungnya untuk pulang tetapi mengulangi klaim palsu. Dia menghasut bahwa pemilu telah dicurangi.
“Kita harus damai, kita harus punya hukum dan ketertiban,” kata Trump menyindir.
Polisi mengatakan, ada 52 orang ditangkap. Lalu 4 terkait dengan tuduhan penggunaan senjata dan 6 senjata api ditemukan. Bahkan, juga ditemukan 2 bom pipa, 1 di dekat Komite Nasional Republik dan 1 di dekat Komite Nasional Demokrat. Selain itu juga ditemukan pendingin berisi bom molotov.
Senat dan DPR berkumpul kembali pada Rabu (6/1) malam untuk melanjutkan penghitungan suara Electoral College. Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan, Amerika Serikat dan Kongres telah menghadapi ancaman yang jauh lebih besar. “Kami tak terpengaruh yang kita saksikan hari ini,” katanya.
Bush dan Obama Kutuk Kerusuhan
Dua mantan Presiden AS, George W Bush dan Barrack Obama geram dengan kerusuhan yang terjadi di Gedung Kongres AS, Capitol. Mereka mengutuk kekerasan dan kerusuhan yang terjadi hingga sampai merenggut nyawa. “(Itu) memuakkan dan memalukan,” kata Bush menanggapi yang terjadi sepanjang hari ketika protes berlanjut di Washington D.C.
Dilansir dari Newsweek, Kamis (7/1), Bush mengatakan dia dan istrinya, mantan ibu negara Laura Bush, mengamati aksi itu dengan ketidakpercayaan dan kekecewaan terhadap kekacauan yang pecah setelah anggota Kongres bersidang guna mengesahkan hasil pemilihan presiden 2020.
Bush mengaitkan kekerasan tersebut dengan individu-individu yang hasratnya telah dibakar oleh kepalsuan dan harapan palsu. Bush memperingatkan terhadap berlanjutnya kekerasan massa dan meminta orang Amerika untuk mendukung supremasi hukum.
“Negara kami lebih penting daripada politik saat ini. Biarkan pejabat yang dipilih rakyat memenuhi tugas mereka dan mewakili suara kami dalam perdamaian dan keamanan,” tegas Bush.
Dalam laman Skynews, hal senada dikatakan mantan presiden Barack Obama yang menuduh Trump menghasut para pendukungnya untuk menyerbu Capitol. Obama menggambarkannya sebagai momen memalukan.
“Sejarah dengan tepat akan mengingat kekerasan hari ini di Capitol, dihasut oleh presiden yang sedang duduk yang terus berbohong tanpa dasar tentang hasil pemilihan yang sah. Ini aib, aib besar bagi kita,” jelas Obama.
“Narasi fantasi mereka telah berputar semakin jauh dari kenyataan, dan itu dibangun di atas kebencian selama bertahun-tahun. Sekarang kami sedang melihat konsekuensinya, melesat menjadi crescendo yang keras,” tukas Obama.
Kepala Departemen Kepolisian Metropolitan Washington DC (MPD) Robert J Contee III mengatakan pada konferensi pers Rabu (6/1) sore bahwa para perusuh menghadiri rapat umum untuk mendukung Presiden Donald Trump, berbaris menuju Gedung Capitol, sementara para legislator memulai rapat. Beberapa perusuh melanggar batas garis petugas yang ditempatkan di luar gedung dan menuju ke dalam. “Petugas MPD yang dipanggil untuk membantu Polisi Capitol AS terluka dalam kerusuhan itu, dan seorang warga sipil ditembak,” ujarnya.
Sementara presiden terpilih Joe Biden muncul di televisi nasional untuk mengutuk kekerasan itu. “Saya meminta Presiden Donald Trump untuk tampil di televisi nasional, sekarang, untuk memenuhi sumpahnya dan membela konstitusi dan menuntut diakhirinya pengepungan ini,” kata Biden.
“Menyerbu Capitol, menghancurkan jendela, menduduki kantor, dan mengancam keselamatan pejabat terpilih bukanlah protes. Itu pemberontakan,” tegas Biden.
Trump Janji Alih Kekuasaan dengan Tertib
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjanjikan untuk melakukan alih kekuasaan secara ‘tertib’ menyusul pengukuhan kemenangan Joe Biden oleh Kongres, Rabu (6/1). Kendati telah dinyatakan kalah dalam perolehan suara elektoral (electoral college), Trump mengklaim jika keputusannya itu ‘mewakili akhir masa jabatan pertama terbesar dalam sejarah presiden AS’.
“Meskipun saya sama sekali tidak setuju dengan hasil pemilu, dan fakta menujukkan kepada saya, namun akan ada transisi [kekuasaan] yang tertib pada 20 Januari,” tulis Trump dalam sebuah pernyataan.
“Saya selalu mengatakan kami akan melanjutkan perjuangan kami untuk memastikan bahwa hanya suara sah yang dihitung. Meskipun ini merupakan akhir dari masa jabatan pertama terbesar dalam sejarah kepresidenan, ini hanyalah awal dari perjuangan kami untuk Membuat Amerika Hebat Lagi” klaim Trump seperti mengutip CNN.
Pernyataan Trump disampaikan setelah Kongres AS mengukuhkan kemenangan Joe Biden dalam perolehan suara elektoral. Dalam perhitungan suara akhir, Biden mengantongi suara elektoral sebanyak 306, jauh melampaui ambang batas suara maksimal 270. Sementara rivalnya, Trump hanya mengantongi 232 suara elektoral. (jpc/cnn/bbs)