25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Pasien Diduga Ebola Dilaporkan di Jeddah

Epidemi ebola
Epidemi ebola

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Virus Ebola diduga telah sampai di daratan Timur Tengah. Beberapa waktu lalu, pemerintah Arab Saudi melaporkan adanya pasien berumur 40 tahun yang memiliki gejala mirip ebola. Pasien tersebut pun telah dikabarkan meninggal setelah menjalani perawatan beberapa saat di Jeddah.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Tjandra Yoga Aditama menuturkan, hingga saat ini hasil pemerinsaan laboratorium sang pasien masih belum dilaporkan pemerintah setempat. sehingga masih belum dapat dipastikan apakah benar virus yang memakan banyak korban itu telah sampai di Saudi. Jika positif, lanjut dia, ini akan menjadi kasus ebola pertama yang meninggal di luar Afrika.

Ia mengatakan, sang pasien diduga kuat terinfeksi virus ebola lantaran baru saja melakukan perjalanan bisnis ke Sierra Leonne. Pasien kemudian sakit dan menunjukkan gejala-gejala seperti ebola hemoragic fever. Jenazah pasien sendiri telah dimakamkan. Jenazah diperlakukan berbeda dengan yang ada di Liberia. Jenazah dikuburkan secara Islam dan mengikuti prosedur pengawasan kesehatan, sementara di Liberia tidak dikubur tapi dikremasi.

“Tentu kita berharap agar hasil laboratoriumnya negatif. Kalau saja hasil laboratorium positip, maka pasien yang sedang dirawat di Red Sea Hospital ini tentu akan jadi perhatian penting dunia (dan juga Indonesia), apalagi menjelang musim haji yang tinggal sebentar lagi ini,” tuturnya.

Adanya dugaan kasus ebola ini membuat pihak Kemenkes Saudi mawas diri. Pihak Kemenkes secara langsung meminta untuk dilakukan penangguhan pemberian visa haji dan umroh bagi warga tiga negara endemic ebola, yakni Liberia, Guinea, dan Sierrra Leonne. Selain itu, mereka juga telah menyiapkan kantor kesehatan pelabuhan yan merupakan por of entry ke Saudi.

Semantara itu, terkait dua orang warga Amerika Serikat (AS) pasien ebola, Tjandra mengatakan hingga saat ini masih terus dirawat intensif di AS. Mereka mendapat obat ZMapp, yang sebenarnya masih dalam penelitian.”Obat ini sendiri, sejatinya masih dalam proses penelitian (eksperimen). Keamanannya pada manusia pun belum pernah diteliti dan baru pernah dicoba pada monyet percobaan. Mekanisme kerjanya pun masih belum sepenuhnya diketahui, apakah menghambat virus untuk memperbanyak diri atau melakukan neutralisasi virus itu. Untuk dapat kemudian diakui khasiat dan keamanannya serta digunakan secara luas, maka obat ini masih memerlukan proses penelitian, yaitu uji klinik fase 1, fase 2 dan fase 3?.

“Tapi memang obat ini digunakan pada dua pasien Amerika itu karena belum ada pilihan lain,” tandasnya.

Kendati demikian, menurutnya, hasil pengobatan dua pasien tersebut cukup baik hingga saat ini. sehingga masih memunculkan dua kemungkinan, Pertama, memang obat eksperimen ini memberi hasil, atau kedua, memang pasien-pasien ini tergolong dalam 40 persen pasien Ebola yang sembuh. Seperti diketahui maka sekitar 60 persen pasien Ebola sekarang meninggal dunia, artinya sekitar 40 persen lainnya memang sembuh.”Jawaban pastinya masih membutuhkan penelitian yang seksama.

Dia menjelaskan, obat ini berisi 3 jenis antibodi monoklonal yang di proses di tanaman Nicotiana benthamania. Tanaman ini adalah suatu jenis khusus daun tembakau yang digunakan untuk penelitian agroinfiltration, dimana rekombinan agrobacterium digunakan untuk memasukkan bahan genetik baru ke dalam tanaman. ZMapp juga merupakan koktail kombinasi antara beberapa obat lain, yaitu MB-003 dan ZMab.

Terpisah, tindakan preventif sendiri masih belum diberikan bagi ratusan ribu WNI yang bekerja di Saudi. Pihak KJRI Jeddah mengatakan masih belum mendapat informasi apapun terkait dugaan ebola ini di Jeddah. Meski demikian, KJRI telah siap untuk melakukan sosialisasi proses antisipasi pada seluruh WNI seperti wabah-wabah sebelumnya seperti MERS COv. ”

Belum ada info mengenai hal itu secara pribadi pada kami. Berita terakhir yang saya dengar virus tersebut masuk ke AS. Untuk Saudi ataupun Jeddah secara spesifik saya belum mendengar,” ujar Kepala Pansosbud KJRI Jeddah Syarif Shahabudin kemarin. (mia)

Epidemi ebola
Epidemi ebola

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Virus Ebola diduga telah sampai di daratan Timur Tengah. Beberapa waktu lalu, pemerintah Arab Saudi melaporkan adanya pasien berumur 40 tahun yang memiliki gejala mirip ebola. Pasien tersebut pun telah dikabarkan meninggal setelah menjalani perawatan beberapa saat di Jeddah.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Tjandra Yoga Aditama menuturkan, hingga saat ini hasil pemerinsaan laboratorium sang pasien masih belum dilaporkan pemerintah setempat. sehingga masih belum dapat dipastikan apakah benar virus yang memakan banyak korban itu telah sampai di Saudi. Jika positif, lanjut dia, ini akan menjadi kasus ebola pertama yang meninggal di luar Afrika.

Ia mengatakan, sang pasien diduga kuat terinfeksi virus ebola lantaran baru saja melakukan perjalanan bisnis ke Sierra Leonne. Pasien kemudian sakit dan menunjukkan gejala-gejala seperti ebola hemoragic fever. Jenazah pasien sendiri telah dimakamkan. Jenazah diperlakukan berbeda dengan yang ada di Liberia. Jenazah dikuburkan secara Islam dan mengikuti prosedur pengawasan kesehatan, sementara di Liberia tidak dikubur tapi dikremasi.

“Tentu kita berharap agar hasil laboratoriumnya negatif. Kalau saja hasil laboratorium positip, maka pasien yang sedang dirawat di Red Sea Hospital ini tentu akan jadi perhatian penting dunia (dan juga Indonesia), apalagi menjelang musim haji yang tinggal sebentar lagi ini,” tuturnya.

Adanya dugaan kasus ebola ini membuat pihak Kemenkes Saudi mawas diri. Pihak Kemenkes secara langsung meminta untuk dilakukan penangguhan pemberian visa haji dan umroh bagi warga tiga negara endemic ebola, yakni Liberia, Guinea, dan Sierrra Leonne. Selain itu, mereka juga telah menyiapkan kantor kesehatan pelabuhan yan merupakan por of entry ke Saudi.

Semantara itu, terkait dua orang warga Amerika Serikat (AS) pasien ebola, Tjandra mengatakan hingga saat ini masih terus dirawat intensif di AS. Mereka mendapat obat ZMapp, yang sebenarnya masih dalam penelitian.”Obat ini sendiri, sejatinya masih dalam proses penelitian (eksperimen). Keamanannya pada manusia pun belum pernah diteliti dan baru pernah dicoba pada monyet percobaan. Mekanisme kerjanya pun masih belum sepenuhnya diketahui, apakah menghambat virus untuk memperbanyak diri atau melakukan neutralisasi virus itu. Untuk dapat kemudian diakui khasiat dan keamanannya serta digunakan secara luas, maka obat ini masih memerlukan proses penelitian, yaitu uji klinik fase 1, fase 2 dan fase 3?.

“Tapi memang obat ini digunakan pada dua pasien Amerika itu karena belum ada pilihan lain,” tandasnya.

Kendati demikian, menurutnya, hasil pengobatan dua pasien tersebut cukup baik hingga saat ini. sehingga masih memunculkan dua kemungkinan, Pertama, memang obat eksperimen ini memberi hasil, atau kedua, memang pasien-pasien ini tergolong dalam 40 persen pasien Ebola yang sembuh. Seperti diketahui maka sekitar 60 persen pasien Ebola sekarang meninggal dunia, artinya sekitar 40 persen lainnya memang sembuh.”Jawaban pastinya masih membutuhkan penelitian yang seksama.

Dia menjelaskan, obat ini berisi 3 jenis antibodi monoklonal yang di proses di tanaman Nicotiana benthamania. Tanaman ini adalah suatu jenis khusus daun tembakau yang digunakan untuk penelitian agroinfiltration, dimana rekombinan agrobacterium digunakan untuk memasukkan bahan genetik baru ke dalam tanaman. ZMapp juga merupakan koktail kombinasi antara beberapa obat lain, yaitu MB-003 dan ZMab.

Terpisah, tindakan preventif sendiri masih belum diberikan bagi ratusan ribu WNI yang bekerja di Saudi. Pihak KJRI Jeddah mengatakan masih belum mendapat informasi apapun terkait dugaan ebola ini di Jeddah. Meski demikian, KJRI telah siap untuk melakukan sosialisasi proses antisipasi pada seluruh WNI seperti wabah-wabah sebelumnya seperti MERS COv. ”

Belum ada info mengenai hal itu secara pribadi pada kami. Berita terakhir yang saya dengar virus tersebut masuk ke AS. Untuk Saudi ataupun Jeddah secara spesifik saya belum mendengar,” ujar Kepala Pansosbud KJRI Jeddah Syarif Shahabudin kemarin. (mia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/