26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Evakuasi Kapal Oryong 501 Terhenti karena Badai

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Proses penyelamatan dan evakuasi korban kapal pencari ikan Oryong 501 yang tenggelam di laut Bering, Rusia, mengalami kendala besar. Badai musim dingin di lokasi sekitar tenggelamnya kapal asal Korea Selatan (Korsel) itu bertambah parah. Tim penyelamat memilih untuk berlabuh menunggu cuaca membaik.

Wakil Direktur Perlindungan WNI (Warga Negara Indonesia) dan BHI (Bantuan Hukum Indonesia) Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi masih terus berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Korsel Yun Byung-se terkait upaya penyelamatan tersebut. Sayangnya, informasi yang didapat memang tim penyelamat tak bisa melakukan upaya tersebut hari ini.

“Di tempat evakuasi sedang terjadi badai besar. Kapal penyelamat dinilai tak akan aman untuk bergerak dalam badai tersebut. Karena itu, tim penyelamat harus mengurungkan niat untuk pergi ke sana,” ungkapnya di Jakarta, Minggu (7/12).

Dengan kondisi tersebut, lanjut dia, angka korban yang ditemukan saat ini belum bertambah. Menurut dia, saat ini korban yang ditemukan mencapai 34 jiwa. Itu terdiri atas tujuh korban selamat dan 27 korban meninggal. Di antara korban meninggal, tercatat ada 12 WNI yang teridentifikasi. Kemudian, ada enam warga negara Korea dan empat warga negara Filipina juga ditemukan meninggal. Sisanya belum bisa diidentifikasi dengan dugaannya sementara dari Asia Tenggara.

Sementara itu, Duta Besar KBRI di Moskow Djauhari Oratmangun mengatakan, badai yang terjadi di laut Bering merupakan hal yang sering kali terjadi seiring musim dingin. Ditambah lagi, ombak laut yang bisa mencapai 15 meter. Hal tersebut diakui menyulitkan tim yang terdiri dari 4 kapal Korsel, 6 kapal Rusia, serta 1 kapal penjaga pantai Amerika Serikat.

“Karena musim dingin, pukul 16.00 waktu setempat itu sudah gelap gulita. Karena itu, upaya evakuasi memang terkendala. Soal cuaca, mudah-mudahan beesok pagi sudah reda. Jadi, rencana penyelamatan dan pengiriman korban ke Korsel bisa dilakukan,” tuturnya. (bil/sof)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Proses penyelamatan dan evakuasi korban kapal pencari ikan Oryong 501 yang tenggelam di laut Bering, Rusia, mengalami kendala besar. Badai musim dingin di lokasi sekitar tenggelamnya kapal asal Korea Selatan (Korsel) itu bertambah parah. Tim penyelamat memilih untuk berlabuh menunggu cuaca membaik.

Wakil Direktur Perlindungan WNI (Warga Negara Indonesia) dan BHI (Bantuan Hukum Indonesia) Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi masih terus berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Korsel Yun Byung-se terkait upaya penyelamatan tersebut. Sayangnya, informasi yang didapat memang tim penyelamat tak bisa melakukan upaya tersebut hari ini.

“Di tempat evakuasi sedang terjadi badai besar. Kapal penyelamat dinilai tak akan aman untuk bergerak dalam badai tersebut. Karena itu, tim penyelamat harus mengurungkan niat untuk pergi ke sana,” ungkapnya di Jakarta, Minggu (7/12).

Dengan kondisi tersebut, lanjut dia, angka korban yang ditemukan saat ini belum bertambah. Menurut dia, saat ini korban yang ditemukan mencapai 34 jiwa. Itu terdiri atas tujuh korban selamat dan 27 korban meninggal. Di antara korban meninggal, tercatat ada 12 WNI yang teridentifikasi. Kemudian, ada enam warga negara Korea dan empat warga negara Filipina juga ditemukan meninggal. Sisanya belum bisa diidentifikasi dengan dugaannya sementara dari Asia Tenggara.

Sementara itu, Duta Besar KBRI di Moskow Djauhari Oratmangun mengatakan, badai yang terjadi di laut Bering merupakan hal yang sering kali terjadi seiring musim dingin. Ditambah lagi, ombak laut yang bisa mencapai 15 meter. Hal tersebut diakui menyulitkan tim yang terdiri dari 4 kapal Korsel, 6 kapal Rusia, serta 1 kapal penjaga pantai Amerika Serikat.

“Karena musim dingin, pukul 16.00 waktu setempat itu sudah gelap gulita. Karena itu, upaya evakuasi memang terkendala. Soal cuaca, mudah-mudahan beesok pagi sudah reda. Jadi, rencana penyelamatan dan pengiriman korban ke Korsel bisa dilakukan,” tuturnya. (bil/sof)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/