32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Komisi HAM PBB Temukan 100 Mayat di Pantai Gading

Kepung Istana Kepresidenan

ABIDJAN-Ketegangan masih menyelimuti Pantai Gading. Kemarin (8/4), pasukan Alassane Ouattara mengepung istana kepresidenan yang menjadi benteng pertahanan terakhir Laurent Gbagbo dan keluarga, serta pasukan yang loyal padanya. Bersamaan dengan itu, komisi HAM PBB menemukan sedikitnya 100 mayat di wilayah barat.

Dentum meriam dan desing peluru terus bersahutan di Kota Abidjan. Penduduk pun terpaksa mengurung diri di dalam rumah demi menghindari celaka. Padahal, persediaan makanan dan air minum sudah semakin tipis.

Pasokan listrik dan keamanan di permukiman warga pun mengalami penurunan. Tapi, pasukan Ouattara masih belum meninggalkan kompleks istana kepresidenan. Sebab, Gbagbo masih bertahan di sana.

“Kami telah memblokir seluruh akses di sekeliling istana kepresidenan, demi keamanan warga sipil,” kata Ouattara dalam pidato yang disiarkan stasiun televisi nasional.
Blokade sengaja dilakukan untuk meminimalkan korban salah sasaran. Pasalnya, meski tersudut, pasukan Gbagbo masih memiliki cadangan senjata yang cukup banyak untuk membalas serangan pasukan Ouattara.

Dalam pidato pertamanya pasca pemilihan presiden (pilpres) Oktober lalu itu, Ouattara mengimbau rakyat untuk bersatu. Dengan diisolasinya istana kepresidenan dan wilayah sekitarnya, presiden terpilih yang kemenangannya diakui masyarakat internasional dan PBB itu berharap rakyat bisa kembali menjalankan aktivitas ekonominya. “Secara bertahap, jam malam akan diperlonggar,” ujarnya.

Sementara itu, Komisi HAM PBB menemukan sedikitnya 100 mayat di kawasan barat Pantai Gading. Sebagian besar diantaranya adalah mayat warga sipil. Mereka diyakini sebagai korban pembantaian.

“Tim kami yang berada di lapangan menemukan mayat-mayat itu dalam penyisiran 24 jam di tiga lokasi. Sepertinya, pembantaian ini direncanakan,” ujar Rupert Colville, jubir Komisi HAM PBB di Kota Jenewa, Swiss.

Terkait temuan itu, Ouattara berjanji akan bekerja sama dengan tim PBB untuk menyelidiki dugaan pembantaian tersebut. Meskipun, dugaan mengarah pada pasukan Ouattara. Sebab, merekalah yang sekitar sepekan terakhir melintasi jalur tersebut untuk memburu pasukan Gbagbo.  “Siapapun yang terbukti bersalah akan menerima hukuman setimpal,” serunya. (hep/rm/jpnn)

Kepung Istana Kepresidenan

ABIDJAN-Ketegangan masih menyelimuti Pantai Gading. Kemarin (8/4), pasukan Alassane Ouattara mengepung istana kepresidenan yang menjadi benteng pertahanan terakhir Laurent Gbagbo dan keluarga, serta pasukan yang loyal padanya. Bersamaan dengan itu, komisi HAM PBB menemukan sedikitnya 100 mayat di wilayah barat.

Dentum meriam dan desing peluru terus bersahutan di Kota Abidjan. Penduduk pun terpaksa mengurung diri di dalam rumah demi menghindari celaka. Padahal, persediaan makanan dan air minum sudah semakin tipis.

Pasokan listrik dan keamanan di permukiman warga pun mengalami penurunan. Tapi, pasukan Ouattara masih belum meninggalkan kompleks istana kepresidenan. Sebab, Gbagbo masih bertahan di sana.

“Kami telah memblokir seluruh akses di sekeliling istana kepresidenan, demi keamanan warga sipil,” kata Ouattara dalam pidato yang disiarkan stasiun televisi nasional.
Blokade sengaja dilakukan untuk meminimalkan korban salah sasaran. Pasalnya, meski tersudut, pasukan Gbagbo masih memiliki cadangan senjata yang cukup banyak untuk membalas serangan pasukan Ouattara.

Dalam pidato pertamanya pasca pemilihan presiden (pilpres) Oktober lalu itu, Ouattara mengimbau rakyat untuk bersatu. Dengan diisolasinya istana kepresidenan dan wilayah sekitarnya, presiden terpilih yang kemenangannya diakui masyarakat internasional dan PBB itu berharap rakyat bisa kembali menjalankan aktivitas ekonominya. “Secara bertahap, jam malam akan diperlonggar,” ujarnya.

Sementara itu, Komisi HAM PBB menemukan sedikitnya 100 mayat di kawasan barat Pantai Gading. Sebagian besar diantaranya adalah mayat warga sipil. Mereka diyakini sebagai korban pembantaian.

“Tim kami yang berada di lapangan menemukan mayat-mayat itu dalam penyisiran 24 jam di tiga lokasi. Sepertinya, pembantaian ini direncanakan,” ujar Rupert Colville, jubir Komisi HAM PBB di Kota Jenewa, Swiss.

Terkait temuan itu, Ouattara berjanji akan bekerja sama dengan tim PBB untuk menyelidiki dugaan pembantaian tersebut. Meskipun, dugaan mengarah pada pasukan Ouattara. Sebab, merekalah yang sekitar sepekan terakhir melintasi jalur tersebut untuk memburu pasukan Gbagbo.  “Siapapun yang terbukti bersalah akan menerima hukuman setimpal,” serunya. (hep/rm/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/