25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Thailand-Kamboja Gagal Akhiri Sengketa

JAKARTA – Kohesivitas ASEAN mendapatkan ujian. Upaya forum konferensi tingkat tinggi (KTT) organisasi negara-negara di Asia Tenggara tersebut untuk mencarikan solusi terhadap sengketa perbatasan Thailand dan Kamboja tidak mem bawa hasil alias gagal. Kedua pemimpin negara itu justru terkesan sama-sama tidak ingin mengalah dalam perundingan yang dimediasi oleh Indonesia kemarin (8/5).

“Belum ada jalan keluar,” tegas Menlu Thailand Kasit Piromya kepada wartawan setelah pertemuan trilateral (Indonesia-Thailand-Kamboja) berakhir tanpa menjelaskan secara detail. “Kami memerlukan pembicaraan lebih jauh setelah ini,” terangnya.

Indonesia menjadi tuan rumah KTT ASEAN tahun ini. Dalam pidato pembukaannya, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan bahwa tujuan pembentukan masyarakat ASEAN tidak akan tercapai tanpa perdamaian dan stabilitas dia antara negara-negara anggota.

SBY akhirnya setuju memediasi dialog antara perdana menteri (PM) dua negara itu terkait sengketa perbatasan yang telah menewaskan 20 orang dalam dua pekan terakhir. Akibat krisis di perbatasan tersebut, 100 ribu orang telah mengungsi. Sengketa atas kepemilikan kuil kuno yang diklaim kedua negara telah meletupkan sentimen nasionalis di antara rakyat kedua negara.

Namun, para analis berpendapat bahwa situasi politik domestik, khususnya di Thailand, justru memperparah isu sengketa itu. Misalnya, terkait popularitas pemerintahan PM Abhisit Vejjajiva jelang pemilu bulan depan. Kedua belah pihak terlihat enggan meredakan tensi yang memanas. Dalam sidang paripurna KTT ASEAN pada Sabtu lalu (7/5), PM Kamboja Hun Sen menyatakan bahwa tuntutan Thailand agar pihaknya menarik pasukan dari perbatasan sebagai permintaan yang tak masuk akal dan tak bisa diterima. “Thailand lah yang harus menarik pasukannya dari lokasi sekitar (wilayah sengketa),” tegasnya.
Dia mengingatkan, jika ASEAN tidak mengintervensi, sengketa perbatasan tersebut akan mengganggu pencapaian tujuan mulia negara-negara anggotanya.

“Siapapun tahu bahwa masalah perbatasan Thailand-Kamboja mengganggu suasana KTT dan sekaligus juga tantangan bagi ASEAN,” ujar Hun Sen. “Saya tidak yakin apakah masalah ini bisa diselesaikan. Tapi, pertemuan trilateral sangat baik,” tambahnya.

Merespons kritik tersebut, PM Abhisit menyatakan tidak bermaksud jelek terhadap negara tetangganya. Namun, setelah dialog tiga pihak (Thailand, Indonesia, dan Kamboja), “Kami mempunyai mekanisme bilateral yang berfungsi dengan baik,” terang Abhisit. (ap/afp/cak/dwi/jpnn)

JAKARTA – Kohesivitas ASEAN mendapatkan ujian. Upaya forum konferensi tingkat tinggi (KTT) organisasi negara-negara di Asia Tenggara tersebut untuk mencarikan solusi terhadap sengketa perbatasan Thailand dan Kamboja tidak mem bawa hasil alias gagal. Kedua pemimpin negara itu justru terkesan sama-sama tidak ingin mengalah dalam perundingan yang dimediasi oleh Indonesia kemarin (8/5).

“Belum ada jalan keluar,” tegas Menlu Thailand Kasit Piromya kepada wartawan setelah pertemuan trilateral (Indonesia-Thailand-Kamboja) berakhir tanpa menjelaskan secara detail. “Kami memerlukan pembicaraan lebih jauh setelah ini,” terangnya.

Indonesia menjadi tuan rumah KTT ASEAN tahun ini. Dalam pidato pembukaannya, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan bahwa tujuan pembentukan masyarakat ASEAN tidak akan tercapai tanpa perdamaian dan stabilitas dia antara negara-negara anggota.

SBY akhirnya setuju memediasi dialog antara perdana menteri (PM) dua negara itu terkait sengketa perbatasan yang telah menewaskan 20 orang dalam dua pekan terakhir. Akibat krisis di perbatasan tersebut, 100 ribu orang telah mengungsi. Sengketa atas kepemilikan kuil kuno yang diklaim kedua negara telah meletupkan sentimen nasionalis di antara rakyat kedua negara.

Namun, para analis berpendapat bahwa situasi politik domestik, khususnya di Thailand, justru memperparah isu sengketa itu. Misalnya, terkait popularitas pemerintahan PM Abhisit Vejjajiva jelang pemilu bulan depan. Kedua belah pihak terlihat enggan meredakan tensi yang memanas. Dalam sidang paripurna KTT ASEAN pada Sabtu lalu (7/5), PM Kamboja Hun Sen menyatakan bahwa tuntutan Thailand agar pihaknya menarik pasukan dari perbatasan sebagai permintaan yang tak masuk akal dan tak bisa diterima. “Thailand lah yang harus menarik pasukannya dari lokasi sekitar (wilayah sengketa),” tegasnya.
Dia mengingatkan, jika ASEAN tidak mengintervensi, sengketa perbatasan tersebut akan mengganggu pencapaian tujuan mulia negara-negara anggotanya.

“Siapapun tahu bahwa masalah perbatasan Thailand-Kamboja mengganggu suasana KTT dan sekaligus juga tantangan bagi ASEAN,” ujar Hun Sen. “Saya tidak yakin apakah masalah ini bisa diselesaikan. Tapi, pertemuan trilateral sangat baik,” tambahnya.

Merespons kritik tersebut, PM Abhisit menyatakan tidak bermaksud jelek terhadap negara tetangganya. Namun, setelah dialog tiga pihak (Thailand, Indonesia, dan Kamboja), “Kami mempunyai mekanisme bilateral yang berfungsi dengan baik,” terang Abhisit. (ap/afp/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/