25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Mendagri India Lecehkan Korban Pemerkosaan

Para aktivis perempuan India melakukan unjuk rasa atas maraknya kasus perkosaan dalam aksi di New Delhi, India (31/5).
Para aktivis perempuan India melakukan unjuk rasa atas maraknya kasus perkosaan dalam aksi di New Delhi, India (31/5).

NEW DELHI, SUMUTPOS.CO – Pemerkosaan secara berkelompok yang terus-menerus terjadi di India ternyata tidak menyentuh hati beberapa pejabat di Negeri Taj Mahal. Mereka melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial yang mencerminkan ketidakpedulian terhadap nasib kaum perempuan di negeri tersebut. Salah satunya yang dilontarkan Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Chhattisgarh Ramsevak Paikra.

Paikra yang berasal dari Partai Bharatiya Janata Party (BJP) menyatakan, pemerkosaan terjadi karena faktor kecelakaan, bukan suatu tindakan yang disengaja. “Kejadian seperti itu (pemerkosaan) tidak terjadi dengan sengaja, melainkan karena kecelakaan. Itu terjadi begitu saja dengan alasan yang tidak jelas,” ujarnya Sabtu (7/6).

Pernyataan tersebut kontan membakar emosi warga India. Paikra yang seharusnya bertanggung jawab mengendalikan masalah hukum malah terkesan ingin lepas tangan. Yang membuat warga kian berang adalah selama dua hari telah terjadi empat pemerkosaan di Chhattisgarh. Presiden Partai Kongres di Chhattisgarh Bhupesh Baghel menuntut Paikra agar meminta maaf kepada publik atas ucapannya.

Menyadari hal itu, menteri yang bertanggung jawab atas masalah aturan dan pelaksanaan hukum tersebut kemudian meralat pernyataannya beberapa waktu kemudian. Dia beralasan salah ucap. Namun, pernyataan kontroversialnya telah tersebar di seluruh media televisi.

Paikra bukan satu-satunya pejabat yang memberikan pernyataan kontroversial terkait dengan pemerkosaan. Pada Selasa (3/6), Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Madhya Pradesh Babulal Gaur mengungkapkan, pemerkosaan itu kadang benar kadang salah. Bahkan, menteri yang juga berasal dari BJP tersebut menegaskan, hanya Tuhan yang bisa menghentikan pemerkosaan, bukan polisi. Polisi tidak bisa mencegah pemerkosaan. Mereka hanya bisa beraksi ketika ada laporan.

Pernyataan Gaur tersebut justru muncul saat masyarakat India marah karena pemerkosaan masal yang dilakukan terhadap dua gadis berusia 12 dan 14 tahun di Negara Bagian Uttar Pradesh. Setelah diperkosa, dua gadis itu digantung hingga tewas.

Pemerkosaan di India ibarat penyakit yang menjangkit di mana-mana. Kasus tersebut terjadi di kota dan desa, pada penduduk asli maupun turis asing. Yang terbaru, seorang turis Malaysia, 30, diperkosa di Negara Bagian Rajasthan.

Pemerintah India sudah menerapkan hukuman berat bagi para pemerkosa. Termasuk di antaranya hukuman mati. Namun, ancaman tersebut, tampaknya, bagaikan macan ompong saja. Sebab, kasus pemerkosaan, baik yang sendiri maupun ramai-ramai, tetap marak terjadi. (AFP/dnaindia/sha/c15)

Para aktivis perempuan India melakukan unjuk rasa atas maraknya kasus perkosaan dalam aksi di New Delhi, India (31/5).
Para aktivis perempuan India melakukan unjuk rasa atas maraknya kasus perkosaan dalam aksi di New Delhi, India (31/5).

NEW DELHI, SUMUTPOS.CO – Pemerkosaan secara berkelompok yang terus-menerus terjadi di India ternyata tidak menyentuh hati beberapa pejabat di Negeri Taj Mahal. Mereka melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial yang mencerminkan ketidakpedulian terhadap nasib kaum perempuan di negeri tersebut. Salah satunya yang dilontarkan Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Chhattisgarh Ramsevak Paikra.

Paikra yang berasal dari Partai Bharatiya Janata Party (BJP) menyatakan, pemerkosaan terjadi karena faktor kecelakaan, bukan suatu tindakan yang disengaja. “Kejadian seperti itu (pemerkosaan) tidak terjadi dengan sengaja, melainkan karena kecelakaan. Itu terjadi begitu saja dengan alasan yang tidak jelas,” ujarnya Sabtu (7/6).

Pernyataan tersebut kontan membakar emosi warga India. Paikra yang seharusnya bertanggung jawab mengendalikan masalah hukum malah terkesan ingin lepas tangan. Yang membuat warga kian berang adalah selama dua hari telah terjadi empat pemerkosaan di Chhattisgarh. Presiden Partai Kongres di Chhattisgarh Bhupesh Baghel menuntut Paikra agar meminta maaf kepada publik atas ucapannya.

Menyadari hal itu, menteri yang bertanggung jawab atas masalah aturan dan pelaksanaan hukum tersebut kemudian meralat pernyataannya beberapa waktu kemudian. Dia beralasan salah ucap. Namun, pernyataan kontroversialnya telah tersebar di seluruh media televisi.

Paikra bukan satu-satunya pejabat yang memberikan pernyataan kontroversial terkait dengan pemerkosaan. Pada Selasa (3/6), Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Madhya Pradesh Babulal Gaur mengungkapkan, pemerkosaan itu kadang benar kadang salah. Bahkan, menteri yang juga berasal dari BJP tersebut menegaskan, hanya Tuhan yang bisa menghentikan pemerkosaan, bukan polisi. Polisi tidak bisa mencegah pemerkosaan. Mereka hanya bisa beraksi ketika ada laporan.

Pernyataan Gaur tersebut justru muncul saat masyarakat India marah karena pemerkosaan masal yang dilakukan terhadap dua gadis berusia 12 dan 14 tahun di Negara Bagian Uttar Pradesh. Setelah diperkosa, dua gadis itu digantung hingga tewas.

Pemerkosaan di India ibarat penyakit yang menjangkit di mana-mana. Kasus tersebut terjadi di kota dan desa, pada penduduk asli maupun turis asing. Yang terbaru, seorang turis Malaysia, 30, diperkosa di Negara Bagian Rajasthan.

Pemerintah India sudah menerapkan hukuman berat bagi para pemerkosa. Termasuk di antaranya hukuman mati. Namun, ancaman tersebut, tampaknya, bagaikan macan ompong saja. Sebab, kasus pemerkosaan, baik yang sendiri maupun ramai-ramai, tetap marak terjadi. (AFP/dnaindia/sha/c15)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/