CINA- Seperti halnya mudik yang terjadi di Indonesia jelang hari raya keagamaan, sekitar 200 juta masyarakat Cina juga melakukan tradisi pulang kampung menjelang perayaan Tahun Baru Imlek. Pasalnya, Imlek merupakan hari libur tahunan yang paling penting bagi sebagian besar masyarakat Asia.
Banyak cara yang dilakukan untuk sampai ditempat tujuan seperti naik kereta api, pesawat, dan bus. Bahkan banyak dari mereka yang melakukan perjalanan hingga beberapa hari.
Para buruh migran di Cina seringkali hanya memiliki hari libur per tahun saat liburan Imlek. Maka dari itu mereka memanfaatkan ini untuk mengunjungi sanak saudara mereka di kampung halaman.
“Bagi masyarakat Cina, hal yang paling penting dalam Imlek adalah berada bersama keluarga. Keluarga selalu menjadi yang pertama,” kata Jin Yuan, seorang pekerja di Beijing yang berusia 34 tahun, seperti yang dikutip Reuters (Sabtu, 9/2).
“Tidak peduli seberapa sibuknya saya, saya harus pulang. Itulah mengapa begitu banyak orang di Beijing pulang kampung saat Tahun Baru Imlek,” lanjut Jin Yuan.
Dalam zodiak China, Tahun Baru Imlek pada 10 Februari esok akan menjadi Tahun Ular, mengambil alih dari Tahun Naga pada 2012.
Di Indonesia sendiri, kemeriahan Tahun Baru Imlek dirayakan dengan berbagai atraksi, seperti dilakukan warga etnis Tionghoa di Semarang, Jawa Tengah. Sejumlah warga dan wisatawan pun berdatangan melihat kemeriahan perayaan Tahun Baru Cina ini di atas replika Kapal Laksamana Cheng Ho.
Alunan musik pertunjukan Barongsai mulai terdengar memasuki lokasi replika kapal yang terletak di Gang Lombok dekat Pasar Johar atau Kali Mberok (berok). Tak hanya wisatawan lokal, sejumlah turis mancanegara juga sengaja datang berkunjung untuk merayakan Imlek.
Menurut wisatawan asal Belanda Marie, dirinya sengaja datang ke Indonesia khususnya Semarang, untuk merayakan Imlek bersama keluarganya.
“Saya mencari sesuatu yang spektakular saat perayaan Imlek dan disini sangat menyenangkan,” ujar Marie sembari bersorak sorai melihat pertunjukan Barongsai.
Menurutnya, datang ke Indonesia saat Imlek memiliki nuansa yang berbeda ketimbang di Singapura, Hongkong maupun Cina. Karena itu, Ia merasa betah selama tinggal di Semarang.(ian/rts/jpnn)