30 C
Medan
Friday, June 21, 2024

AS Siapkan Sanksi Baru untuk Iran

Terkait Laporan IAEA soal Senjata Nuklir

WASHINGTON- Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akhirnya merilis laporan tentang nuklir Iran pada Selasa malam waktu setempat (8/11). Dari kantor pusatnya di Kota Wina, Austria, IAEA mengaku menerima informasi kredibel bahwa Iran tengah berupaya menciptakan senjata nuklir. Konon, IAEA juga memiliki sejumlah bukti.

Kemarin (9/11), Amerika Serikat (AS) dan sekutu Eropanya mereaksi keras laporan tersebut. Bahkan, Uni Eropa (UE) menyebut niat Iran untuk menciptakan senjata nuklir sebagai hal yang sangat buruk. Informasi yang oleh IAEA diklaim kredibel itu, bagi UE sudah cukup membuktikan adanya niat buruk Iran lewat program nuklir yang terus menuai kontroversi tersebut. Yakni, memproduksi senjata nuklir.

Maja Kocijancic, jubir Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Catherine Ashton mengatakan, organisasi terbesar Eropa itu bakal mereaksi keras laporan tersebut. “Saat ini, kami tengah berkoordinasi dengan seluruh anggota dan mitra UE yang lain untuk merumuskan reaksi yang tepat,” paparnya. Dia menambahkan, UE tak menutup opsi militer seperti yang dicetuskan Israel beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan itu, Kocijancic mengaku percaya pada laporan IAEA, meski Iran menyebut bukti-bukti yang tersaji tidak relevan. “Laporan ini disusun berdasar informasi dari berbagai sumber, termasuk dari (intelijen) negara-negara anggota UE, dan proses tersebut sudah melewati rentang waktu yang cukup lama,” papar jubir perempuan itu. Lagipula, menurut dia, laporan itu sudah melewati tahap cek dan ricek.
Sementara itu, AS dan Prancis langsung mengancam bakal menjatuhkan sanksi yang lebih tegas terhadap Iran. Gedung Putih berharap, sanksi kali ini bisa benar-benar melumpuh­kan perekonomian Negeri Para Mullah tersebut. Dengan demikian, pemerintahan Ahmadinejad tak akan punya pilihan lain untuk bertahan, kecuali meninggalkan program nuklirnya.

“Terkait sanksi, kami masih membuka lebar-lebar segala kemungkinan. Kami yakin, ada berbagai pilihan aksi yang bisa kami lakukan,” ujar salah seorang pejabat senior Washington yang merahasiakan namanya. Tapi, menurut dia, AS tak akan ge­gabah bertindak. Negeri Paman Sam akan mengkoordinasikan lebih lanjut langkah yang mereka ambil de­ngan­ negara-negara sekutu.
Seorang pejabat AS yang lain menilai laporan IAEA soal senjata nuklir Iran kurang lengkap. Sebab, dalam laporan tersebut tidak ada informasi rinci soal perkembangan program nuklir Iran yang konon berorientasi pada senjata itu. “Laporan tersebut tak disertai dengan laporan kemajuan program nuklir Iran atau keterangan signifikan soal teknologi senjata yang sudah mereka kuasai,” bebernya.

Selain AS, negara lain yang juga mempersiapkan sanksi sebagai bentuk hukuman terhadap Iran adalah Prancis. Kemarin, pemerintahan Presiden Nicolas Sarkozy mengancam bakal menjatuhkan sanksi kepada Iran jika mereka masih tetap tak terbuka soal program nuklirnya. “Jika Iran terus-menerus menolak bekerja sama, kami siap menjatuhkan sanksi baru,” tandas Menteri Luar Negeri Alain Juppe.

Menurut Kementerian Luar Negeri Prancis, laporan terbaru IAEA Selasa malam lalu menjadi bukti bahwa Iran telah melanggar resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB. Sebab, sebelumnya, Iran telah bersumpah bahwa program nuklir mereka tak berorientasi pada senjata. Ketika itu, Iran juga menegaskan, program nuklir kontroversial mereka murni ditujukan bagi kepentingan sipil.

Berbeda dengan AS dan Prancis, Tiongkok memilih untuk mempelajari lebih dulu laporan IAEA tersebut sebelum angkat suara. Namun, Beijing juga mengimbau Teheran untuk bekerja sama dengan IAEA dan masyarakat internasional terkait laporan Selasa malam lalu. “Sebaiknya, Iran bisa bekerja sama lebih serius dan fleksibel dengan IAEA,” kata Jubir Kementeria Luar Negeri Tiongkok Hong Lei.
Di sisi lain, Ahmadinejad tetap membantah bahwa program nuklir Iran bertujuan menciptakan senjata. Karena itu, pemimpin 55 tahun tersebut mengaku bakal tetap melanjutkan program nuklirnya. “Negeri ini tak akan mundur barang selangkah pun dari apa yang telah dilakukan selama ini,” tegasnya di hadapan ribuan warga Shahr-e-Kord di wilayah tengah Iran. (ap/afp/hep/ami)

 

Terkait Laporan IAEA soal Senjata Nuklir

WASHINGTON- Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akhirnya merilis laporan tentang nuklir Iran pada Selasa malam waktu setempat (8/11). Dari kantor pusatnya di Kota Wina, Austria, IAEA mengaku menerima informasi kredibel bahwa Iran tengah berupaya menciptakan senjata nuklir. Konon, IAEA juga memiliki sejumlah bukti.

Kemarin (9/11), Amerika Serikat (AS) dan sekutu Eropanya mereaksi keras laporan tersebut. Bahkan, Uni Eropa (UE) menyebut niat Iran untuk menciptakan senjata nuklir sebagai hal yang sangat buruk. Informasi yang oleh IAEA diklaim kredibel itu, bagi UE sudah cukup membuktikan adanya niat buruk Iran lewat program nuklir yang terus menuai kontroversi tersebut. Yakni, memproduksi senjata nuklir.

Maja Kocijancic, jubir Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Catherine Ashton mengatakan, organisasi terbesar Eropa itu bakal mereaksi keras laporan tersebut. “Saat ini, kami tengah berkoordinasi dengan seluruh anggota dan mitra UE yang lain untuk merumuskan reaksi yang tepat,” paparnya. Dia menambahkan, UE tak menutup opsi militer seperti yang dicetuskan Israel beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan itu, Kocijancic mengaku percaya pada laporan IAEA, meski Iran menyebut bukti-bukti yang tersaji tidak relevan. “Laporan ini disusun berdasar informasi dari berbagai sumber, termasuk dari (intelijen) negara-negara anggota UE, dan proses tersebut sudah melewati rentang waktu yang cukup lama,” papar jubir perempuan itu. Lagipula, menurut dia, laporan itu sudah melewati tahap cek dan ricek.
Sementara itu, AS dan Prancis langsung mengancam bakal menjatuhkan sanksi yang lebih tegas terhadap Iran. Gedung Putih berharap, sanksi kali ini bisa benar-benar melumpuh­kan perekonomian Negeri Para Mullah tersebut. Dengan demikian, pemerintahan Ahmadinejad tak akan punya pilihan lain untuk bertahan, kecuali meninggalkan program nuklirnya.

“Terkait sanksi, kami masih membuka lebar-lebar segala kemungkinan. Kami yakin, ada berbagai pilihan aksi yang bisa kami lakukan,” ujar salah seorang pejabat senior Washington yang merahasiakan namanya. Tapi, menurut dia, AS tak akan ge­gabah bertindak. Negeri Paman Sam akan mengkoordinasikan lebih lanjut langkah yang mereka ambil de­ngan­ negara-negara sekutu.
Seorang pejabat AS yang lain menilai laporan IAEA soal senjata nuklir Iran kurang lengkap. Sebab, dalam laporan tersebut tidak ada informasi rinci soal perkembangan program nuklir Iran yang konon berorientasi pada senjata itu. “Laporan tersebut tak disertai dengan laporan kemajuan program nuklir Iran atau keterangan signifikan soal teknologi senjata yang sudah mereka kuasai,” bebernya.

Selain AS, negara lain yang juga mempersiapkan sanksi sebagai bentuk hukuman terhadap Iran adalah Prancis. Kemarin, pemerintahan Presiden Nicolas Sarkozy mengancam bakal menjatuhkan sanksi kepada Iran jika mereka masih tetap tak terbuka soal program nuklirnya. “Jika Iran terus-menerus menolak bekerja sama, kami siap menjatuhkan sanksi baru,” tandas Menteri Luar Negeri Alain Juppe.

Menurut Kementerian Luar Negeri Prancis, laporan terbaru IAEA Selasa malam lalu menjadi bukti bahwa Iran telah melanggar resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB. Sebab, sebelumnya, Iran telah bersumpah bahwa program nuklir mereka tak berorientasi pada senjata. Ketika itu, Iran juga menegaskan, program nuklir kontroversial mereka murni ditujukan bagi kepentingan sipil.

Berbeda dengan AS dan Prancis, Tiongkok memilih untuk mempelajari lebih dulu laporan IAEA tersebut sebelum angkat suara. Namun, Beijing juga mengimbau Teheran untuk bekerja sama dengan IAEA dan masyarakat internasional terkait laporan Selasa malam lalu. “Sebaiknya, Iran bisa bekerja sama lebih serius dan fleksibel dengan IAEA,” kata Jubir Kementeria Luar Negeri Tiongkok Hong Lei.
Di sisi lain, Ahmadinejad tetap membantah bahwa program nuklir Iran bertujuan menciptakan senjata. Karena itu, pemimpin 55 tahun tersebut mengaku bakal tetap melanjutkan program nuklirnya. “Negeri ini tak akan mundur barang selangkah pun dari apa yang telah dilakukan selama ini,” tegasnya di hadapan ribuan warga Shahr-e-Kord di wilayah tengah Iran. (ap/afp/hep/ami)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/