PERDANA Menteri Malaysia Najib Razak kini berada dalam posisi terjepit. Dia tidak hanya diserang oleh kubu oposisi, namun juga oleh rekannya di pemerintahan.
Pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim meminta pendukungnya turun ke jalan untuk memprotes hasil pemilu 5 Mei lalu. Anwar menuduh kubu penguasa melakukan banyaknya kecurangan dalam pemilu kemarin.
Aksi protes direncanakan digelar Rabu 15 Mei menadatang. Aksi itu diperkirakan akan didatangi oleh 100 ribu orang.
“Jika pihak oposisi bisa membuktikan kecurangan kubu penguasa, legitimasi Najib akan dipertanyakan,” ujar pengamat politik Malaysia Ibrahim Suffian, seperti dikutip AFP, Jumat (10/5).
Tekanan tidak hanya diterima Najib dari pihak oposisi. Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad juga ikut mengkritik Najib. Mahathir kecewa dengan hasil yang didapatkan kubu penguasa dalam pemilu kemarin. Dia pun tidak menutup kemungkinan Najib bisa diturunkan dari posisi Perdana Menteri. “Orang-orang akan mempertanyakan kemampuannya (Najib), Dia mungkin saja dijatuhkan seperti Abdullah (Badawi),” pungkas Mahathir.
Abdullah adalah perdana menteri pendahulu Najib. Dia diturunkan dari posisinya setelah kubu penguasa menerima hasil buruk dalam pemilu 2008 lalu.
Najib sebenarnya mendapatkan hasil pemilu yang lebih buruk daripada Abdullah. Saat itu Abdullah berhasil meraih 140 kursi dari 222 kursi yang diperebutkan. Sedangkan Najib hanya bisa mendapat 133 kursi. “Rezim penguasa akan jatuh jika Najib diturunkan. Anwar sudah menunggu untuk melakukan serangan politik,” ujar pengamat politik Malaysia lainnya, Mustafa Ishak.
Memang hasil Pemilu Malaysia 2013 memperlihatkan kemenangan dari sisi koalisi Barisan Nasional. Namun pemilu menyisakan keengganan etnis Tionghoa untuk masuk dalam pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak.
Menurut berita dari Utusan Malaysia, hasil pemilu menunjukkan etnis Tionghoa di Malaysia tertipu dengan aktor terbaik di dunia yakni, Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) Datuk Seri Anwar Ibrahim.
Sementara mantan sahabat Anwar, Senator Datuk S. Nallakurapan memiliki penilaian sendiri terhadap Anwar. Nallakurapan mengatakan, “Anwar adalah individu yang bermuka dua dengan setiap kaum yang ditemuinya tidak hanya bangsa Melayu saja tetapi bangsa Tionghoa, India atau masyarakat di Sabah dan Sarawak.
“Bila Anwar berjanji ingin Putrajaya (pusat Pemerintahan Malaysia) dan Lim Kit Siang menjadi TPM (Wakil Perdana Menteri), kaum Tionghoa ingat dengan janji suara koalisi. Tapi sekarang, Barisan Nasional sudah menang dan Datuk Seri Najib Razak sudah disumpah menjadi Perdana Menteri. Saya ingin memberitahu Perdana Menteri agar tolong orang di Sabah dan Sarawak, Melayu dan India,” tutur Nallakurapan, seperti dikutip Utusan Malaysi.
Menurut Nallakarupan, Anwar harus berjanji untuk pensiun dari politik dan menjadi dosen setelah gagal menguasai Putrajaya dan memecah belah rakyat. “Dia sudah banyak sekali berbohong kepada rakyat. Jadi dosen saja yang baik tidak usah rusak siswa dan lagi jangan duduk di kelas berduaan dengan mahasiswanya,” katanya.
Bagi Nallakarupan, Anwar harus berhenti bermimpi untuk menjadi Perdana Menteri Malaysia serta membuang dendam yang lama terpendam sejak dipecat dari UMNO pada 1998. Anwar dimintanya untuk menerima keputusan rakyat dalam Pemilu Malaysia dan berhenti melakukan demonstrasi yang bisa mengganggu suasana keamanan dan kesejahteraan negara.
“Kalau sudah tidak dapat Putrajaya, jangan menangis seperti anak kecil. Jangan buat demonstrasi. Anwar memang bisa pulang ke rumah dan tidur pulas tetapi rakyat yang menjadi susah dan negara bisa hancur,” paparnya.
Di mata Nallakurapan kemenangan UMNO menunjukkan bahwa orang Melayu sudah menolak Anwar. (net)