26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Makanan Halal di Luar Angkasa

NET
Hazza Al Mansoori

Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) akan menawarkan makanan halal kepada astronot Uni Emirat Arab pertama, Hazza Al Mansoori, yang akan terbang pada 25 September 2019.

“Hidangan halal yang cukup untuk perjalanan selama delapan hari diharapkan siap pada pertengahan Agustus mendatang. Makanan tersebut akan berupa makanan tradisional arab yang dikemas ke dalam kaleng berupa balaleet, bihun manis, ikan asam manis, dan madrouba,” Demikian yang disampaikan oleh perusahaan Rusia yang khusus memproduksi makanan untuk astronot,’Space Food Laboratory’.

Astronot muslim dan dua rekannya dari ‘Eskpedisi ISS 61’ akan terlibat dalam pengamatan bumi, pengalaman pencitraan, melakukan komunikasi dengan stasiun bumi, berbagi informasi dan mendokumentasikan data biologis yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari para astronot di ISS.

Al Mansoori akan menjadi astronot muslim ke-6 yang mengunjungi ISS dan menjadi muslim ke-11 yang mengunjungi luar angkasa. Mantan pilot UEA juga akan memberikan tur ISS dalam bahasa arab.

Pria berusia 31 tahun ini akan menaiki pesawat ruang angkasa Soyuz MS-15 yang mana akan ditemani bersama kosmonot Rusia, Oleg Skripochka, dan astronot Amerika, Jessica Meir.

Pesawat ruang angkasa akan diluncurkan dari pelabuhan antariksa pertama dan terbesar di dunia, Baikonur Cosmodrome, yang terletak di negara muslim yaitu Kazakhstan.

Selain Al-Mansoori, muslim lain yang terlibat dalam misi ini adalah Sultan Niyadi, seorang insinyur telekomunikasi di Mohammed Bin Rashid Space Center (MBRSC), yang merupakan salah satu dari tiga kru cadangan di Soyuz MS-15.

Ada beberapa upaya oleh badan antariksa di negara Muslim untuk mengatasi perkara ibadah para astronot Muslim di luar angkasa.

Misalnya, Badan Antariksa Nasional Malaysia (ANGKASA) mensponsori konferensi 150 ilmuwan dan cendekiawan Muslim untuk membahas masalah kiblat yang harus ditentukan ketika seseorang berada di luar angkasa.

Konferensi yang diadakan pada April 2006, menyimpulkan bahwa astronot harus menentukan kiblat sesuai dengan kemampuan mereka. Bersamaan dengan hasil konferensi, sebuah dokumen di produksi pada awal 2007 dengan judul: ‘Pedoman Melakukan Ibadah di ISS’ dan sudah disetujui oleh Dewan Fatwa Nasional Malaysia.

Dokumen tersebut berfokus pada aspek-aspek terperinci tentang salat, puasa, dan wudhu di samping ritual Islam lainnya yang harus dilakukan oleh astronot Muslim di ruang angkasa setiap hari. (ok/ram)

NET
Hazza Al Mansoori

Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) akan menawarkan makanan halal kepada astronot Uni Emirat Arab pertama, Hazza Al Mansoori, yang akan terbang pada 25 September 2019.

“Hidangan halal yang cukup untuk perjalanan selama delapan hari diharapkan siap pada pertengahan Agustus mendatang. Makanan tersebut akan berupa makanan tradisional arab yang dikemas ke dalam kaleng berupa balaleet, bihun manis, ikan asam manis, dan madrouba,” Demikian yang disampaikan oleh perusahaan Rusia yang khusus memproduksi makanan untuk astronot,’Space Food Laboratory’.

Astronot muslim dan dua rekannya dari ‘Eskpedisi ISS 61’ akan terlibat dalam pengamatan bumi, pengalaman pencitraan, melakukan komunikasi dengan stasiun bumi, berbagi informasi dan mendokumentasikan data biologis yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari para astronot di ISS.

Al Mansoori akan menjadi astronot muslim ke-6 yang mengunjungi ISS dan menjadi muslim ke-11 yang mengunjungi luar angkasa. Mantan pilot UEA juga akan memberikan tur ISS dalam bahasa arab.

Pria berusia 31 tahun ini akan menaiki pesawat ruang angkasa Soyuz MS-15 yang mana akan ditemani bersama kosmonot Rusia, Oleg Skripochka, dan astronot Amerika, Jessica Meir.

Pesawat ruang angkasa akan diluncurkan dari pelabuhan antariksa pertama dan terbesar di dunia, Baikonur Cosmodrome, yang terletak di negara muslim yaitu Kazakhstan.

Selain Al-Mansoori, muslim lain yang terlibat dalam misi ini adalah Sultan Niyadi, seorang insinyur telekomunikasi di Mohammed Bin Rashid Space Center (MBRSC), yang merupakan salah satu dari tiga kru cadangan di Soyuz MS-15.

Ada beberapa upaya oleh badan antariksa di negara Muslim untuk mengatasi perkara ibadah para astronot Muslim di luar angkasa.

Misalnya, Badan Antariksa Nasional Malaysia (ANGKASA) mensponsori konferensi 150 ilmuwan dan cendekiawan Muslim untuk membahas masalah kiblat yang harus ditentukan ketika seseorang berada di luar angkasa.

Konferensi yang diadakan pada April 2006, menyimpulkan bahwa astronot harus menentukan kiblat sesuai dengan kemampuan mereka. Bersamaan dengan hasil konferensi, sebuah dokumen di produksi pada awal 2007 dengan judul: ‘Pedoman Melakukan Ibadah di ISS’ dan sudah disetujui oleh Dewan Fatwa Nasional Malaysia.

Dokumen tersebut berfokus pada aspek-aspek terperinci tentang salat, puasa, dan wudhu di samping ritual Islam lainnya yang harus dilakukan oleh astronot Muslim di ruang angkasa setiap hari. (ok/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/