26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Diundang Sahur, Serdadu AS Dihabisi

KANDAHAR – Suasana sahur yang tenang di sebuah pos penjagaan Afghanistan Selatan tiba-tiba berubah menjadi tragedi setelah seorang polisi menembak mati tiga anggota pasukan khusus NATO dari Amerika Serikat (AS). Peristiwa tersebut adalah insiden ketiga yang terjadi dalam kurun waktu empat hari terakhir.

Militer Negeri Paman Sam di Afghanistan membenarkan bahwa tiga tentaranya dibunuh seseorang berseragam polisi di Distrik Sangin, Provinsi Helmand, Afghanistan Selatan. Namun, mereka tidak memberikan penjelasan detail.
Serangan pasukan Afghanistan terhadap rekan NATO-nya biasa dikenal dengan istilah serangan “hijau terhadap biru”. Otoritas Afghanistan kepada AFP mengungkapkan, tiga tentara AS tersebut ditembak mati anggota polisi yang mengundang mereka untuk menikmati santap sahur.

“Asadullah, komandan pos penjagaan polisi tersebut, mengundang empat anggota pasukan khusus untuk sahur sekitar pukul 02.30 waktu setempat di Distrik Sangin,” terang seorang perwira senior polisi di Provinsi Helmand yang enggan diungkapkan identitasnya.

“Dia (Asadullah, Red) lalu menembak keempatnya. Tiga tewas dan satu lainnya terluka. Pelaku kemudian melarikan diri,” lanjutnya.
Sebelumnya, Kepala Distrik Sangin Mohammad Sharif kepada AFP menyatakan bahwa empat tentara tersebut tewas. Pemberontak Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka menyebut tujuh anggota pasukan khusus AS tewas.

“Asadullah (pelaku, Red) bergabung dengan mujahidin setelah pembunuhan tersebut,” terang Juru Bicara Taliban Qari Yousuf Ahmadi kepada AFP melalui telepon.
Kantor berita AFP melansir, Taliban sering mengklaim sebuah serangan terhadap tentara asing meski sebenarnya tidak terlibat.

Bertambahnya jumlah tentara dan polisi Afghanistan yang menembak kolega NATO-nya semakin menyulitkan penumpasan kelompok pemberontak Taliban yang dilengserkan lewat invasi AS pada 2001.
Meningkatnya intensitas serangan tersebut memunculkan keraguan tentang kemampuan aparat Afghanistan mengambil alih tanggung jawab keamanan yang direncanakan ditinggal NATO pada akhir 2014.
Selasa lalu (7/8) seorang tentara AS tewas di timur Afghanistan karena dua pria berseragam tentara menembaknya. Lalu, Kamis (9/8) seorang tentara Afghanistan tewas setelah melepaskan tembakan ke arah tentara NATO.
Korban terakhir kemarin menambah panjang daftar kasus serangan “hijau terhadap biru”. Menurut hitungan AFP, korban tewas tahun ini sudah mencapai 33 orang dalam 23 insiden serupa.

Sebagian serangan diklaim Taliban. Mereka menyatakan telah menyusup ke tubuh pasukan keamanan Afghanistan. Namun, sebagian lain terjadi karena perbedaan kebudayaan serta kebencian antara warga lokal dan pasukan sekutu pimpinan AS. Sekitar 130 ribu tentara NATO di Afghanistan berlatih serta bertugas bersama pasukan dan polisi Afghanistan.  Politisi Barat, yang terus mendorong penarikan pasukan asing keluar dari perang yang tak populer di Afghanistan dan selalu berbicara soal kemampuan tentara lokal memegang tanggung jawab keamanan, menyatakan insiden serangan ‘hijau terhadap biru’ itumembawa dampak buruk terhadap kondisi psikis personel pasukan internasional. (cak/jpnn)

Jurnalis CNN Minta Maaf

KANDAHAR – Suasana sahur yang tenang di sebuah pos penjagaan Afghanistan Selatan tiba-tiba berubah menjadi tragedi setelah seorang polisi menembak mati tiga anggota pasukan khusus NATO dari Amerika Serikat (AS). Peristiwa tersebut adalah insiden ketiga yang terjadi dalam kurun waktu empat hari terakhir.

Militer Negeri Paman Sam di Afghanistan membenarkan bahwa tiga tentaranya dibunuh seseorang berseragam polisi di Distrik Sangin, Provinsi Helmand, Afghanistan Selatan. Namun, mereka tidak memberikan penjelasan detail.
Serangan pasukan Afghanistan terhadap rekan NATO-nya biasa dikenal dengan istilah serangan “hijau terhadap biru”. Otoritas Afghanistan kepada AFP mengungkapkan, tiga tentara AS tersebut ditembak mati anggota polisi yang mengundang mereka untuk menikmati santap sahur.

“Asadullah, komandan pos penjagaan polisi tersebut, mengundang empat anggota pasukan khusus untuk sahur sekitar pukul 02.30 waktu setempat di Distrik Sangin,” terang seorang perwira senior polisi di Provinsi Helmand yang enggan diungkapkan identitasnya.

“Dia (Asadullah, Red) lalu menembak keempatnya. Tiga tewas dan satu lainnya terluka. Pelaku kemudian melarikan diri,” lanjutnya.
Sebelumnya, Kepala Distrik Sangin Mohammad Sharif kepada AFP menyatakan bahwa empat tentara tersebut tewas. Pemberontak Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka menyebut tujuh anggota pasukan khusus AS tewas.

“Asadullah (pelaku, Red) bergabung dengan mujahidin setelah pembunuhan tersebut,” terang Juru Bicara Taliban Qari Yousuf Ahmadi kepada AFP melalui telepon.
Kantor berita AFP melansir, Taliban sering mengklaim sebuah serangan terhadap tentara asing meski sebenarnya tidak terlibat.

Bertambahnya jumlah tentara dan polisi Afghanistan yang menembak kolega NATO-nya semakin menyulitkan penumpasan kelompok pemberontak Taliban yang dilengserkan lewat invasi AS pada 2001.
Meningkatnya intensitas serangan tersebut memunculkan keraguan tentang kemampuan aparat Afghanistan mengambil alih tanggung jawab keamanan yang direncanakan ditinggal NATO pada akhir 2014.
Selasa lalu (7/8) seorang tentara AS tewas di timur Afghanistan karena dua pria berseragam tentara menembaknya. Lalu, Kamis (9/8) seorang tentara Afghanistan tewas setelah melepaskan tembakan ke arah tentara NATO.
Korban terakhir kemarin menambah panjang daftar kasus serangan “hijau terhadap biru”. Menurut hitungan AFP, korban tewas tahun ini sudah mencapai 33 orang dalam 23 insiden serupa.

Sebagian serangan diklaim Taliban. Mereka menyatakan telah menyusup ke tubuh pasukan keamanan Afghanistan. Namun, sebagian lain terjadi karena perbedaan kebudayaan serta kebencian antara warga lokal dan pasukan sekutu pimpinan AS. Sekitar 130 ribu tentara NATO di Afghanistan berlatih serta bertugas bersama pasukan dan polisi Afghanistan.  Politisi Barat, yang terus mendorong penarikan pasukan asing keluar dari perang yang tak populer di Afghanistan dan selalu berbicara soal kemampuan tentara lokal memegang tanggung jawab keamanan, menyatakan insiden serangan ‘hijau terhadap biru’ itumembawa dampak buruk terhadap kondisi psikis personel pasukan internasional. (cak/jpnn)

Jurnalis CNN Minta Maaf

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/