SUMUTPOS.CO – Meski lintasan topan Haiyan berada di sekitar kawasan Asia Tenggara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat tidak perlu cemas. Sebab, topan Haiyan diprediksi tidak akan bisa berbelok masuk ke wilayah Indonesia. “Topan Haiyan tidak akan berbelok ke Indonesia sehingga tidak perlu kekhawatiran berlebih,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono Prabowo kemarin. Mulyono perlu menegaskan itu karena banyak masyarakat yang ketakutan dengan terjangan topan yang memorak-porandakan Filipina.
Meski Indonesia tidak akan menerima terjangan langsung topan Haiyan, Mulyono meminta warga mewaspadai efek tidak langsung. Pengaruhnya di Indonesia, jelas Mulyono, hanya akan terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang terjadi di Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, dan Kalimantan bagian utara. Bukan hanya itu. Akan ada gelombang laut setinggi 3 meter yang berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Natuna, Kepulauan Anambas, dan Laut Sulu.
Juru Bicara BMKG Kukuh Ribudiyanto menambahkan, garis khatulistiwa melindungi wilayah Indonesia dari topan Haiyan. Apalagi, berdasar pantauan terakhir, kekuatan topan Haiyan sudah jauh melemah. “Haiyan sudah masuk Hanoi dan perkiraan kita sudah melemah. Nanti malam (tadi malam, Red) bahkan tidak ada lagi,” ujar Kukuh di Jakarta kemarin.
Kukuh menerangkan, kekuatan Haiyan sudah turun dari kategori 5 ke kategori 2. “Berdasar pemantauan kami, saat ini tidak ada badai yang akan masuk ke kawasan Asia dalam tiga hari. Cuma kami melihat ada dua bibit di utara Papua dan barat Sumatera, tetapi belum ada tanda untuk menguat,” tambahnya.
Kukuh menjelaskan, teknologi memungkinkan untuk memprediksi pembentukan, kekuatan, serta arah jalur badai atau topan tiga hari sebelum kejadian.
Sementara itu, pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Filipina memastikan, tidak ada WNI yang menjadi korban topan Haiyan. Minister Counselor Sosial Budaya KBRI Manila Toto Waspodo mengatakan, seluruh WNI di Filipina sejauh ini dilaporkan selamat.
“Tidak ada korban jiwa dari WNI karena kebanyakan tinggal di Manila,” kata Toto. Dia menyebutkan, saat ini sekitar 1.400 WNI tinggal di Manila, sedangkan 9.000 lainnya di Filipina Selatan.
Di Kota Cebu, Filipina Tengah, yang termasuk jalur maut Haiyan, hanya ada 30 WNI. “Sebelum topan terjadi, WNI di Cebu yang kebanyakan mahasiswa mengungsi ke hotel karena tidak ada listrik dan air. Mereka kini sudah kembali ke rumah masing-masing,” tambah Toto.
WNI di Cebu kini membutuhkan air bersih, obat-obatan, dan generator karena listrik masih belum menyala pascabencana. Namun, KBRI masih menunggu kabar dari Kota Tacloban, ibu kota Provinsi Leyte, yang menjadi lokasi dengan kerusakan terparah tentang kemungkinan keberadaan WNI di sana.
Sementara itu, hujan deras masih mengguyur sebagian besar utara Vietnam sesudah topan Haiyan berembus di daerah pesisir utara kemarin. Kemarin pukul 09.00 waktu setempat pusat topan berpindah ke perbatasan antara Tiongkok dan Vietnam.
Kecepatan badai itu melemah tajam setelah meninggalkan Filipina. Pengamat mencemaskan peluang tanah longsor dan banjir di sebelah timur Hanoi karena topan. Vietnam melaporkan bahwa sampai kemarin topan tak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan berat pada bangunan. (ap/rtr/c10/kim/jpnn)