25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Tentara Assad Brutal, Sehari 41 Warga Tewas

DAMASKUS- Jatuhnya para diktator di dunia Arab lewat revolusi sipil ternyata belum mampu membuka mata dan mengetuk hati Presiden Bashar al-Assad dari Syria. Buktinya, tokoh yang mewarisi kekuasaan dari almarhum ayahnya, mantan Presiden Hafez al-Assad, tersebut tetap memberangus unjuk rasa terhadap pemerintahannya.

Bahkan, kemarin (10/12) menjadi satu hari paling buruk bagi perjuangan rakyat Syria dalam menumbangkan rezim berkuasa. Sedikitnya, 41 warga sipil tewas, termasuk tujuh bocah, setelah tertembak oleh serangan militer pro pemerintah di Kota Damaskus dan Homs.

Organisasi Pemantau HAM Syria, dalam pernyataan resmi, menyatakan bahwa 12 orang tewas di Kota Homs, termasuk dua anak-anak berusia 10 dan 12 tahun. Selain itu, seorang bocah berusia 14 tahun tewas di Desa Aqrab, di wilayah Homs. Oposisi menuduh pasukan pemerintah berencana melakukan pembantaian di kota itu.

Di utara Syria, organisasi HAM Syria yang berpusat di Inggris tersebut menyatakan bahwa lima orang warga sipil ditembak mati tentara pemerintah di Kota Hama. Kota ini merupakan titik atau pusat perlawanan rakyat paling awal terhadap rezim Assad.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan lebih dari 4.600 warga sipil telah tewas di Syria selama sembilan bulan terakhir. Sebelumnya, Jumat lalu (9/12) kelompok oposisi Dewan Nasional Syria memperingatkan adanya serangan berdarah di Kota Homs. Serangan iktu mencederai banyak warga.

Menurut dia, pemerintah mengklaim serangan tersebut sebagai balasan atas aksi para teroris yang menarget dan menyerang saluran distribusi pipa gas di wilayah Homs pada Kamis lalu (8/12).

“Rezim Assad melapangkan jalan untuk melakukan pembantaian warga demi memusnahkan api revolusi di Kota Homs,”terang SNC, salah satu koalisi anti-Assad.

Homs adalah kota persimpangan penting berpenduduk 1,6 juta jiwa. Kota tersebut terbelah oleh garis perbedaan keyakinan warganya. Di sana seringkali terjadi ketegangan sektarian. Menurut SNC, rezim Assad terus berupaya untuk mengeksploitasi kondisi itu untuk memecah perlawanan rakyat.

Sejumlah kekerasan berdarah terburuk dilaporkan terjadi di Kota Homs. Termasuk, serangkaian pembantaian yang terjadi dalam kurun waktu sehari pada Jumat dan Sabtu (9-10/12). “Rasanya tanah bergetar hebat,’’ cerita seorang warga Homs mengatakan kepada Associated Press melalui telepon. Dia mengungkapkan, ledakan dan rentetan suara tembakan terus terdengar sejak dini hari.

“Sejumlah kendaraan lapis baja pengangkut personel militer bergerak di jalan. Lantas, para tentara melepaskan tembakan secara membabi buta dengan menggunakan senjata mesin,” tambah pria yang tidak mau disebutkan identitasnya itu.

Koalisi aktivis oposisi setempat, Komite Koordinasi Lokal, menyatakan bahwa 35 orang tewas dalam rangkaian serangan pada Jumat lalu. Sebagian besar korban adalah warga kota Homs. Data berbeda diungkapkan Organisasi Pemantau HAM Syria yang menyebutkan korban tewas mencapai 24 orang.

Perbedaan data korban lazim terjadi karena pemerintah melarang wartawan asing meliput demonstrasi anti-rezim di Syria. Data korban didapat wartawan dari para aktivis lokal dan sejumlah organisasi independen.(afp/ap/cak/dwi/jpnn)

DAMASKUS- Jatuhnya para diktator di dunia Arab lewat revolusi sipil ternyata belum mampu membuka mata dan mengetuk hati Presiden Bashar al-Assad dari Syria. Buktinya, tokoh yang mewarisi kekuasaan dari almarhum ayahnya, mantan Presiden Hafez al-Assad, tersebut tetap memberangus unjuk rasa terhadap pemerintahannya.

Bahkan, kemarin (10/12) menjadi satu hari paling buruk bagi perjuangan rakyat Syria dalam menumbangkan rezim berkuasa. Sedikitnya, 41 warga sipil tewas, termasuk tujuh bocah, setelah tertembak oleh serangan militer pro pemerintah di Kota Damaskus dan Homs.

Organisasi Pemantau HAM Syria, dalam pernyataan resmi, menyatakan bahwa 12 orang tewas di Kota Homs, termasuk dua anak-anak berusia 10 dan 12 tahun. Selain itu, seorang bocah berusia 14 tahun tewas di Desa Aqrab, di wilayah Homs. Oposisi menuduh pasukan pemerintah berencana melakukan pembantaian di kota itu.

Di utara Syria, organisasi HAM Syria yang berpusat di Inggris tersebut menyatakan bahwa lima orang warga sipil ditembak mati tentara pemerintah di Kota Hama. Kota ini merupakan titik atau pusat perlawanan rakyat paling awal terhadap rezim Assad.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan lebih dari 4.600 warga sipil telah tewas di Syria selama sembilan bulan terakhir. Sebelumnya, Jumat lalu (9/12) kelompok oposisi Dewan Nasional Syria memperingatkan adanya serangan berdarah di Kota Homs. Serangan iktu mencederai banyak warga.

Menurut dia, pemerintah mengklaim serangan tersebut sebagai balasan atas aksi para teroris yang menarget dan menyerang saluran distribusi pipa gas di wilayah Homs pada Kamis lalu (8/12).

“Rezim Assad melapangkan jalan untuk melakukan pembantaian warga demi memusnahkan api revolusi di Kota Homs,”terang SNC, salah satu koalisi anti-Assad.

Homs adalah kota persimpangan penting berpenduduk 1,6 juta jiwa. Kota tersebut terbelah oleh garis perbedaan keyakinan warganya. Di sana seringkali terjadi ketegangan sektarian. Menurut SNC, rezim Assad terus berupaya untuk mengeksploitasi kondisi itu untuk memecah perlawanan rakyat.

Sejumlah kekerasan berdarah terburuk dilaporkan terjadi di Kota Homs. Termasuk, serangkaian pembantaian yang terjadi dalam kurun waktu sehari pada Jumat dan Sabtu (9-10/12). “Rasanya tanah bergetar hebat,’’ cerita seorang warga Homs mengatakan kepada Associated Press melalui telepon. Dia mengungkapkan, ledakan dan rentetan suara tembakan terus terdengar sejak dini hari.

“Sejumlah kendaraan lapis baja pengangkut personel militer bergerak di jalan. Lantas, para tentara melepaskan tembakan secara membabi buta dengan menggunakan senjata mesin,” tambah pria yang tidak mau disebutkan identitasnya itu.

Koalisi aktivis oposisi setempat, Komite Koordinasi Lokal, menyatakan bahwa 35 orang tewas dalam rangkaian serangan pada Jumat lalu. Sebagian besar korban adalah warga kota Homs. Data berbeda diungkapkan Organisasi Pemantau HAM Syria yang menyebutkan korban tewas mencapai 24 orang.

Perbedaan data korban lazim terjadi karena pemerintah melarang wartawan asing meliput demonstrasi anti-rezim di Syria. Data korban didapat wartawan dari para aktivis lokal dan sejumlah organisasi independen.(afp/ap/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/