30.6 C
Medan
Monday, May 20, 2024

50 Ribu Warga Rusia Tuntut Pemilu Ulang

Tolak Putin Jadi Presiden

MOSKOW- Puluhan ribu warga menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran di ibukota Rusia, Moskow. Aksi yang dianggap sebagai aksi demonstrasi terbesar sejak runtuhnya Uni Soviet, diikuti lintas kelompok seperti komunis, nasionalis dan liberal pro barat. Dalam tuntutannya, massa menuntut digelarnya pemilu ulang karena ada kecurangan pemilu parlemen.

Demikian dilansir BBC, Minggu (11/12). Menurut laporannya, di Moskow ada sebanyak 50 ribu orang berkumpul di dekat Kremlin, satu tempat penetapan Partai Rusia Bersatu pimpinan Vladimir Putin sebagai pemenang pemilu.

Resolusi untuk menolak pengumuman pemenang pemilu yang dijadwalkan pada Minggu (11/12) waktu setempat, sudah dicanangkan para pengunjuk rasa. Selain itu, para demonstran menuntut dilaksanakannya pemungutan suara ulang, pengunduran diri ketua komisi pemilu Vladimir Churov dan menyelidiki dugaan kecurangan serta membebaskan para pengunjuk rasa yang ditahan.  Tapi, ketika digelarnya aksi itu, polisi menahan menahan sedikitnya 1.000 pengunjuk rasa yang menggelar aksi tak lama setelah hasil pemungutan suara diumumkan, Jumat (9/12), salah satunya adalah aktivis anti korupsi Alexei Navalny. Para aktivis itu ditahan lantaran tak mengantongi izin.

Amarah rakyat mulai muncul ketika melihat Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mulai membawa Rusia berubah. Niat Vladimir Putin kembali menjadi presiden mendapat banyak tentangan.

Namun, sikap pemerintah Rusia tetap bersikukuh tidak akan memenuhi tuntutan para demonstran.  “Dengan segala hormat kepada rakyat yang berunjuk rasa, mereka bukanlah partai politik,” kata anggota parlemen Partai Rusia Bersatu, Konstantin Kosachyov mewakili Kremlin.

Pemerintah mengizinkan rakyat menggelar unjuk rasa asalkan aksi itu dipindah dari Lapangan Revolusi ke Lapangan Bolotnaya, sebuah pulau di tengah Sungai Moskow di sebelah selatan Kremlin yang mudah dikendalikan aparat keamanan.

Dalam aksi tersebut sejumlah nama terkenal dalam politik Rusia terlihat mulai dari aktivis muda seperti Yevgenia Chirikova hingga mantan PM Mikhail Kasyanov dan mantan deputi PM, Boris Nemtsov.

Aksi yang sama terjadi Kurgan, Novosibirsk, Vladivostok, dan Yekaterinburg, tempat ratusan hingga ribuan orang meneriakkan yel-yel kebebasan untuk para tahanan politik dan inginkan Rusia tanpa Putin.

Ketua Komisi Pemilu Rusia Konstantin Kosachyov didesak mundur karena membiarkan terjadinya kecurangan pemilu. (bbc/bbs/jpnn)

Tolak Putin Jadi Presiden

MOSKOW- Puluhan ribu warga menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran di ibukota Rusia, Moskow. Aksi yang dianggap sebagai aksi demonstrasi terbesar sejak runtuhnya Uni Soviet, diikuti lintas kelompok seperti komunis, nasionalis dan liberal pro barat. Dalam tuntutannya, massa menuntut digelarnya pemilu ulang karena ada kecurangan pemilu parlemen.

Demikian dilansir BBC, Minggu (11/12). Menurut laporannya, di Moskow ada sebanyak 50 ribu orang berkumpul di dekat Kremlin, satu tempat penetapan Partai Rusia Bersatu pimpinan Vladimir Putin sebagai pemenang pemilu.

Resolusi untuk menolak pengumuman pemenang pemilu yang dijadwalkan pada Minggu (11/12) waktu setempat, sudah dicanangkan para pengunjuk rasa. Selain itu, para demonstran menuntut dilaksanakannya pemungutan suara ulang, pengunduran diri ketua komisi pemilu Vladimir Churov dan menyelidiki dugaan kecurangan serta membebaskan para pengunjuk rasa yang ditahan.  Tapi, ketika digelarnya aksi itu, polisi menahan menahan sedikitnya 1.000 pengunjuk rasa yang menggelar aksi tak lama setelah hasil pemungutan suara diumumkan, Jumat (9/12), salah satunya adalah aktivis anti korupsi Alexei Navalny. Para aktivis itu ditahan lantaran tak mengantongi izin.

Amarah rakyat mulai muncul ketika melihat Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mulai membawa Rusia berubah. Niat Vladimir Putin kembali menjadi presiden mendapat banyak tentangan.

Namun, sikap pemerintah Rusia tetap bersikukuh tidak akan memenuhi tuntutan para demonstran.  “Dengan segala hormat kepada rakyat yang berunjuk rasa, mereka bukanlah partai politik,” kata anggota parlemen Partai Rusia Bersatu, Konstantin Kosachyov mewakili Kremlin.

Pemerintah mengizinkan rakyat menggelar unjuk rasa asalkan aksi itu dipindah dari Lapangan Revolusi ke Lapangan Bolotnaya, sebuah pulau di tengah Sungai Moskow di sebelah selatan Kremlin yang mudah dikendalikan aparat keamanan.

Dalam aksi tersebut sejumlah nama terkenal dalam politik Rusia terlihat mulai dari aktivis muda seperti Yevgenia Chirikova hingga mantan PM Mikhail Kasyanov dan mantan deputi PM, Boris Nemtsov.

Aksi yang sama terjadi Kurgan, Novosibirsk, Vladivostok, dan Yekaterinburg, tempat ratusan hingga ribuan orang meneriakkan yel-yel kebebasan untuk para tahanan politik dan inginkan Rusia tanpa Putin.

Ketua Komisi Pemilu Rusia Konstantin Kosachyov didesak mundur karena membiarkan terjadinya kecurangan pemilu. (bbc/bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/