31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

100 Pengantin Vietnam Hilang Bersamaan

 

Pengantin Vietnam
Pengantin Vietnam

BEIJING, SUMUTPOS.CO – Lebih dari seratus lelaki di Quzhou, Provinsi Hebei, Tiongkok, kelimpungan. Sebab, istri mereka menghilang begitu saja. Padahal, mereka baru saja menikah beberapa minggu. Seluruh perempuan yang hilang itu adalah pengantin yang dibeli dari Vietnam. Mereka menghilang secara bersamaan pada 20 November lalu. Kini kepolisian Tiongkok mencari para pengantin perempuan tersebut.

‘Dengan semakin majunya teknik komunikasi saat ini, sangat mudah untuk membuat semua perempuan tersebut pergi dalam waktu yang sama,’ ujar salah seorang pejabat setempat sebagaimana dilansir China Daily.

Dia menceritakan, para pria tersebut menyewa jasa Wu Meiyu untuk dicarikan istri asal Vietnam. Wu adalah perempuan Vietnam yang menikah dengan lelaki setempat dan telah tinggal di Tiongkok selama 20 tahun. Sejak awal tahun ini, Wu berkeliling ke desa-desa di pinggiran untuk menawarkan jasa mencarikan pengantin dari Vietnam.

Wu menerima bayaran sekitar CNY 118 ribu (Rp 235,8 juta) jika perjodohan mereka sukses. Pada 20 November lalu, para perempuan tersebut berpamitan kepada suami-suami mereka untuk menghadiri jamuan makan bersama dengan pengantin asal Vietnam yang lain. Namun, mereka tidak pernah kembali lagi. Wu ikut menghilang bersama para pengantin perempuan tersebut.

Salah seorang pengantin yang berhasil kembali ke rumahnya baru-baru ini mengungkapkan, setelah makan-makan, dirinya tiba-tiba tidak sadar diri. Begitu terbangun, dia berada di sebuah pondok kecil yang jauh dari desa suaminya. Seseorang di pondok tersebut menyatakan bahwa dirinya akan dinikahkan dengan pria Tiongkok yang lain lagi.

Aparat kepolisian menengarai kemungkinan adanya jaringan organisasi hitam di balik hilangnya para pengantin perempuan asal Vietnam tersebut dan Wu terlibat di dalamnya.

Selama ini, perdagangan manusia dalam rangka mencari calon pengantin perempuan memang marak di Tiongkok. Para lelaki miskin yang biasanya berada di pelosok Tiongkok memang kerap sulit mendapat jodoh. Pembatasan satu anak di Tiongkok membuat populasi perempuan sangat sedikit jika dibandingkan dengan laki-laki. Berdasar statistik dari pemerintah Tiongkok, setiap 100 kelahiran perempuan, ada 118 laki-laki yang lahir. Artinya, jumlah lelaki 18 persen lebih banyak.

Para perempuan tersebut juga jual mahal jika ingin dinikahi. Si lelaki yang ingin melamar harus sudah memiliki rumah, mobil, dan harta yang mumpuni. Pria Tiongkok yang ingin menikahi perempuan Tiongkok juga harus merogoh kocek hingga CNY 400 ribu atau setara Rp 799,6 juta.

Itu untuk daerah-daerah di pedesaan yang terbilang miskin seperti Quzhou, Provinsi Hebei, tersebut. Karena itulah, para lelaki Tiongkok memilih membeli pengantin perempuan dari negara-negara Asia Tenggara karena lebih murah. (AFP/Reuters/BBC/sha/c5/ami)

 

Pengantin Vietnam
Pengantin Vietnam

BEIJING, SUMUTPOS.CO – Lebih dari seratus lelaki di Quzhou, Provinsi Hebei, Tiongkok, kelimpungan. Sebab, istri mereka menghilang begitu saja. Padahal, mereka baru saja menikah beberapa minggu. Seluruh perempuan yang hilang itu adalah pengantin yang dibeli dari Vietnam. Mereka menghilang secara bersamaan pada 20 November lalu. Kini kepolisian Tiongkok mencari para pengantin perempuan tersebut.

‘Dengan semakin majunya teknik komunikasi saat ini, sangat mudah untuk membuat semua perempuan tersebut pergi dalam waktu yang sama,’ ujar salah seorang pejabat setempat sebagaimana dilansir China Daily.

Dia menceritakan, para pria tersebut menyewa jasa Wu Meiyu untuk dicarikan istri asal Vietnam. Wu adalah perempuan Vietnam yang menikah dengan lelaki setempat dan telah tinggal di Tiongkok selama 20 tahun. Sejak awal tahun ini, Wu berkeliling ke desa-desa di pinggiran untuk menawarkan jasa mencarikan pengantin dari Vietnam.

Wu menerima bayaran sekitar CNY 118 ribu (Rp 235,8 juta) jika perjodohan mereka sukses. Pada 20 November lalu, para perempuan tersebut berpamitan kepada suami-suami mereka untuk menghadiri jamuan makan bersama dengan pengantin asal Vietnam yang lain. Namun, mereka tidak pernah kembali lagi. Wu ikut menghilang bersama para pengantin perempuan tersebut.

Salah seorang pengantin yang berhasil kembali ke rumahnya baru-baru ini mengungkapkan, setelah makan-makan, dirinya tiba-tiba tidak sadar diri. Begitu terbangun, dia berada di sebuah pondok kecil yang jauh dari desa suaminya. Seseorang di pondok tersebut menyatakan bahwa dirinya akan dinikahkan dengan pria Tiongkok yang lain lagi.

Aparat kepolisian menengarai kemungkinan adanya jaringan organisasi hitam di balik hilangnya para pengantin perempuan asal Vietnam tersebut dan Wu terlibat di dalamnya.

Selama ini, perdagangan manusia dalam rangka mencari calon pengantin perempuan memang marak di Tiongkok. Para lelaki miskin yang biasanya berada di pelosok Tiongkok memang kerap sulit mendapat jodoh. Pembatasan satu anak di Tiongkok membuat populasi perempuan sangat sedikit jika dibandingkan dengan laki-laki. Berdasar statistik dari pemerintah Tiongkok, setiap 100 kelahiran perempuan, ada 118 laki-laki yang lahir. Artinya, jumlah lelaki 18 persen lebih banyak.

Para perempuan tersebut juga jual mahal jika ingin dinikahi. Si lelaki yang ingin melamar harus sudah memiliki rumah, mobil, dan harta yang mumpuni. Pria Tiongkok yang ingin menikahi perempuan Tiongkok juga harus merogoh kocek hingga CNY 400 ribu atau setara Rp 799,6 juta.

Itu untuk daerah-daerah di pedesaan yang terbilang miskin seperti Quzhou, Provinsi Hebei, tersebut. Karena itulah, para lelaki Tiongkok memilih membeli pengantin perempuan dari negara-negara Asia Tenggara karena lebih murah. (AFP/Reuters/BBC/sha/c5/ami)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/