165 WNI Selamat, 331 Masih Dicari
Tokyo-Sebuah ledakan terdengar dari reaktor nuklir Fukushima yang mengalami kebocoran ‘kecil’. Asap terlihat mengepul keluar dari reaktor tersebut.
Demikian diberitakan oleh kantor berita Jiji Press yang mengutip pernyataan petugas kepolisian setempat dan dilansir Reuters, Sabtu (12/3).
Reaktor yang dikelola oleh Tokyo Electric Power Co (Tepco) tersebut sebelumnya dikabarkan mengalami kerusakan akibat gempa 8,9 SR yang mengguncang Jepang, kemarin (11/3).
Sementara AFP menyebutkan, tayangan televisi lokal menayangkan gambar asap yang mengepul keluar dari reaktor nomor satu di Jepang tersebut. Bahkan media Jepang lainnya NHK menyebutkan bahwa beberapa pekerja yang ada di lokasi mengalami luka-luka akibat ledakan ini. Namun, belum diketahui pasti jumlahnya serta luka yang diderita.
Radioaktivitas dilaporkan meningkat sebesar 20 kali dari level normal. Atap dan dinding gedung yang ada di lingkungan reaktor milik Tepco ini juga dikabarkan hancur akibat ledakan.
Sebelumnya diberitakan bahwa akibat kebocoran ‘kecil’ tersebut, zat caesium radioaktif mulai terdeteksi di lingkungan sekitar reaktor Fukushima. Semua warga yang berada pada radius 10 km dari Fukushima telah dievakuasi ke tempat yang aman.
Media Jepang, Kyodo dan Jiji Press juga menyebutkan kemungkinan melelehnya nuklir yang ada di Fukushima itu. Dimana batang bahan bakar nuklir sempat terkena udara di saat kadar air berkurang. Namun truk pemadam kebakaran segera memompakan air ke dalam reaktor untuk menambah kadar air sebagai pendingin.
Pendingin reaktor nuklir ini mengalami kerusakan akibat gempa 8,9 SR yang melanda Jepang kemarin. Tanpa adanya pendingin, tekanan di dalam reaktor pun meningkat dan nuklir dikhawatirkan akan meledak.
Pasca meledaknya reaktor nuklir nomor 1 di Fukushima, bahaya radiasi mengancam warga Jepang. Meskipun warga dengan radius 10 km telah dievakuasi, namun otoritas setempat tetap mengimbau semua warga untuk tetap di dalam rumah dan menghindari keluar tanpa menutupi kulit.
Seperti dilansir oleh AFP, Sabtu (12/3), ledakan pada reaktor nuklir dan asap yang mengepul keluar dari reaktor dikhawatirkan menyebarkan bahaya radioaktif melalui udara.
Melalui stasiun televisi setempat, masyarakat Jepang diminta untuk tetap di rumah, mematikan AC dan tidak meminum air langsung dari keran. Hal ini untuk menghindari ancaman kontaminasi radioaktif.
Bagi warga yang hendak keluar rumah, pemerintah mengimbau mereka untuk mengenakan jaket dan baju yang menutupi seluruh tubuh, termasuk juga mengenakan masker dan handuk basah.
Zona evakuasi pun diperluas dari sebelumnya 10 km dari reaktor menjadi 20 km. Warga-warga yang masuk dalam zona itu akan dievakuasi.
Diketahui bahwa ledakan pada salah satu reaktor nuklir di Fukushima terjadi pada sekitar pukul 15.30 waktu setempat. Reaktor terbakar hebat dan asap pekat pun langsung membumbung tinggi ke angkasa. Bangunan reaktor dilaporkan hancur akibat ledakan.
Pihak operator Tokyo Electric Power Co (Tepco) membenarkan ledakan ini. Mereka juga menyatakan bahwa atap bangunan reaktor nuklir telah runtuh.
Tepco juga membenarkan bahwa 4 orang pekerjanya menjadi korban ledakan ini. Namun, disebutkan bahwa luka yang dialami tidak begitu parah. Keempatnya masih berhasil selamat.
Sementara itu, tangan kanan Perdana Menteri Naoto Kan, Sekretaris Kabinet Jepang, Yukio Edano dalam sebuah konferensi pers menyatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan tim penyelamat hiper dari Pemadam Kebakaran Tokyo langsung ke lokasi ledakan.
Edano mengatakan, pemerintah tengah mengambil langkah-langkah darurat terkait hal ini. Di samping, juga mengumpulkan yodium, yang bisa digunakan untuk melawan penyakit radiasi.
Edano menambahkan, pemerintah tengah melakukan upaya investigasi untuk mengatasi dampak ledakan ini. “Kami tengah menyelidiki penyebab dan juga situasinya, kami akan mengungkapkannya kepada publik setelah ada informasi lebih lanjut,” ujar Edano seperti dilansir Reuters.
Pejabat Jepang mengaku, ledakan di pusat reaktor nuklir Fukushima, Jepang, bukan disebabkan oleh kerusakan pada reaktor nuklir, tetapi oleh sebuah sistem pompa yang gagal bekerja dalam kondisi panas.
Sekretaris Kabinet Jepang, Yukio Edano, seperti dikutip detikcom dari CNN, Sabtu (12/3 mengatakan, level radiasi nuklir turun setelah ledakan dan tidak mengakibatkan bahaya. Namun pihak berwenang tetap memperluas evakuasi sejauh 20 kilometer dari pusat reaktor nuklir. Lebih dari 83.000 orang tinggal dalam jarak 10 kilometer dari reaktor nuklir Fukushima.
Pengungsi Kedinginan
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, Jepang, mengumumkan keberhasilan tim evakuasi KBRI menyelamatkan 165 WNI. Tim evakuasi mulai mencari 331 WNI yang tinggal di tiga propinsi dengan kondisi rusak terparah yakni Miyagi, Iwate, dan Fukushima.
“Total WNI yang berhasil diselamatkan berjumlah 165 orang sejak terjadinya gempa, menyisakan 331 orang WNI yang masih dicari. Dari yang sudah terdata, seluruh pelajar Indonesia dikonfirmasi selamat,” kata Duta Besar RI untuk Kerajaan Jepang, Muhammad Lutfi, dalam siaran pers, Sabtu (12/3).
Menurut Dubes RI, tantangan yang harus dihadapi tim evakuasi tidak bertambah enteng. Tim evakuasi masih harus berjuang keras karena masih ada 331 WNI yang harus ditemukan di tengah cuaca yang sangat dingin.
“Sebelum berangkat subuh tadi, kami berjanji untuk menemukan setiap WNI yang ada di daerah gempa. Tanpa terkecuali, semuanya harus ditemukan. Alhamdullilah saat ini semua pelajar Indonesia sudah dinyatakan selamat,” kata Lutfi.
Saat ini tim evakuasi sudah sampai di pusat gempa di Sendai. Tim akan menyisir semua wilayah yang terkena imbas tsunami.
“Kami sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa tim evakuasi akhirnya berhasil mencapai Sendai, yang merupakan pusat gempa, untuk kemudian menjangkau tiga propinsi yaitu Miyagi, Iwate dan Fukushima, serta berhasil menemukan sejumlah WNI,” tandasnya.
WNI di Jepang kini tengah menunggu evakuasi yang dilakukan oleh KBRI di Jepang. Mereka bersama-sama mendirikan posko dan dapur umum untuk tetap bertahan di tengah bencana menanti bantuan datang.
“Malam ini keadaan di Oarai mulai agak tenang karena gempa mulai jarang terjadi. WNI yang mengungsi di Gereja GIII Oarai mendirikan posko dan dapur umum untuk melayani sekitar 50-an orang dewasa dan 20-an anak-anak yang mengungsi,” kata salah seorang warga negara Indonesia yang berada di Kota Oarai, Sterly Makalew, lewat surat elektronik.
Menurut Sterly, hubungan dengan KBRI baru bisa dilakukan beberapa saat lalu. Sebab jaringan telekomunikasi di Jepang terputus paska tsunami.
“Kontak dengan KBRI baru sekali terjadi karena sulitnya komunikasi lewat telepon. Pihak KBRI bekerja sama dengan pihak Gereja GIII Tokyo tengah mengupayakan mengirimkan bantuan walaupun agak kesulitan karena akses jalan banyak yang putus dan jalan tol ditutup,” tutur Sterly.
Sementara itu WNI yang bisa memasak membuat stok makanan untuk WNI yang mengungsi. Mereka tampak akrab seperti berada di kampung halaman Indonesia.
“Dengan peralatan dan stock makanan seadanya kami bahu membahu menyiapkan makanan untuk seluruh WNI yang mengungsi,” katanya.
Ikut Hantam Jayapura
Di Jayapura gempa menyebabkan jembatan Kali Buaya di Holtekam, Jayapura putus. Akibatnya akses jalan menuju Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pun terputus.
Menurut Sekertaris Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kota Jayapura, Yohanes Wemben, jembatan sepanjang 30 meter tersebut putus karena diterjang pecahan tsunami sehingga akses jalan menjadi putus dan terisolasi.
Selain itu, kata Yohanes, sekitar 40 meter jalan aspal di wilayah Holtekam, Jayapura juga ikut rusak karena aspal jalan ikut terangkat akibat diterjang pecahan tsunami.
Selain itu satu warga di pinggiran pantai Jayapura meninggal dunia akibat tsunami kecil yang melanda Jayapura kemarin malam. Darwanto Oddang (35), warga kampung Holtekamp asal Makasar, ditemukan meninggal dunia tak jauh dari bibir pantai Holtekamp Kota Jayapura. Oddang ditemukan siang tadi oleh keluarga sendiri dan saat ini telah dievakuasi ke rumah duka.
Gelombang laut dahsyat setinggi 10 meter yang menerjang Jepang juga terasa hingga ke pantai barat AS maupun Hawaii. Meskipun tidak mengakibatkan kerusakan, tsunami di pantai AS membawa korban. Sedikitnya, seorang tewas. Bahkan, dampak tsunami itu juga memicu evakuasi masal di Benua Amerika, termasuk Amerika Latin.
Tsunami setinggi delapan kaki (2,4 meter) telah menghantam pantai California dan Oregon, AS, pada Jumat lalu atau kemarin pagi (12/3). Hal itu terjadi sekitar 12 jam setelah gempa 8,9 skala Richer (SR) memicu gelombang laut setinggi 10 meter di Jepang dan siaga tsunami di sekitar kawasan Pasifik.
Di Del Norte County, California, seorang pria 25 tahun tewas setelah disapu tsunami Samudera Pasifik di dekat mulut Sungai Klamath. Saat itu, pria tersebut dan dua koleganya sedang mengabadikan datangnya gelombang tsunami dengan kamera.
Joey Young, juru bicara pusat layanan darurat Del Norte County, menyatakan bahwa pihaknya belum bisa memastikan apakah korban merupakan warga setempat. Dia bersama dua rekannya dilaporkan telah berada di lokasi itu selama dua pekan. Meski begitu, dia memastikan bahwa tidak ada korban hilang atau terluka di kawasan tersebut.
“Sedikitnya, 35 kapal juga hancur akibat dihantam tsunami. Beberapa kapal bertengger di atas kapal yang lain,” tutur Cindy Henderson, manajer layanan darurat di Crescent City, sekitar 350 mil utara San Francisco.
Pasukan Penjaga Pantai AS atau The US Coast Guard menambahkan bahwa terjadi pula kerusakan pada sekitar enam kapal di sebuah pantai di Santa Cruz, selatan California. Kapal-kapal tersebut sempat saling bertabrakan setelah diombang-ambingkan oleh tsunami. Stasiun televisi CNN mengutip keterangan Direktur Pelabuhan Santa Cruz Lisa Ekers bahwa kerugian akibat tsunami di wilayah itu ditaksir lebih dari USD 10 juta (sekitar Rp 90 miliar).
Meski tidak ada kerusakan yang parah, Gubernur California Jerry Brown mengumumkan keadaan darurat di empat kota pantai negara bagian tersebut. Langkah itu merupakan prosedur untuk mendapatkan dana federal bagi pemulihan yang terkena tsunami.
Sebelum mencapai daratan AS, gelombang laut menghantam Kepulauan Hawaii. Itu terjadi hanya empat jam setelah evakuasi warga di wilayah rendah di kepulauan tersebut. Kebanyakan warga mengungsi setelah the Pacific Tsunami Warning Center (PTWC) mengeluarkan peringatan atau siaga di sepanjang pantai barat AS hingga Amerika Tengah dan Selatan serta Antartika. Beberapa jam kemudian, Gubernur Hawaii Neil Abercrombie menyatakan, peringatan tsunami telah diturunkan menjadi imbauan tsunami.
Kanada juga mengeluarkan peringatan di pantai utara British Columbia soal kemungkinan datangnya gelombang laut tinggi.
Gelombang tsunami tertinggi menghantam pantai Hawaii, sekitar 4 ribu mil atau 6.500 km dari titik pusat gempa dekat Sendai, timur Jepang. Gelombang setinggi hampir dua meter menghantam Kahului di Pulau Maui, Hawaii.
Tsunami memicu badai di Kepulauan Galapagos. Tetapi, tak sampai ada kerusakan besar di Amerika Latin. Presiden Ekuador Rafael Correa menyebut bahwa peningkatan gelombang dan badai tak sampai membahayakan nyawa manusia di wilayahnya.
Cile, Ekuador, dan Peru telah memerintahkan evakuasi besar-besaran warga di kawasan pantainya. Ekuador juga menghentikan pengapalan minyak di tengah kekhawatiran atas tingginya gelombang.
Para pejabat Peru menuturkan, gelombang tsunami 40 cm kali pertama menerjang wilayah mereka pada pukul 00.50 GMT kemarin (sekitar pukul 07.50 WIB) setelah dilakukan evakuasi atas penduduk di pantai. Sebelumnya, Presiden Alan Garcia optimistis bahwa tsunami tidak akan membahayakan warga Peru.
Di Meksiko, juga tidak ada korban atau kerusakan setelah gelombang setinggi hampir semeter melanda kawasan pantai Baja California.
Di Amerika Tengah, gelombang pasang tak sekuat seperti perkiraan. Guatemala dan Panama akhirnya mencabut peringatan tsunami. Begitu pula halnya dengan El Salvador.
Sementara itu, sebanyak 55 ribu warga Filipina kembali ke rumah masing-masing setelah semalam mengungsi di tempat penampungan sementara. Hal ini menyusul tsunami yang menerjang Jepang kemarin turut menyentuh wilayah Filipina.
(afp/rtr/dwi/net/bbs/jpnn)