25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Oposisi Kalah di Brega

BENGHAZI – Pasukan pro pemerintah terus memukul mundur kelompok oposisi bersenjata dari kota-kota yang sebelumnya dikuasainya. Kemarin (13/3) tentara loyalis Muammar Kadhafi berhasil mengambil alih Kota Brega, tempat sejumlah kilang minyak utama negeri itu.

Kelompok pemberontak, dari wilayah kekuasaan mereka di Benghazi, kepada Associated Press menyatakan bahwa Brega telah dikepung pasukan pemerintah kemarin.

Sementara Televisi Nasional Libya melaporkan bahwa pasukan pemerintah telah menguasai kota tersebut, meski kabar itu belum bisa dikonfirmasi. Sebelumnya televisi Libya pernah salah memberitakan tentang status penguasaan wilayah Brega.

Lepasnya Brega dari kekuasaan pasukan pemberontak merupakan kemunduran bagi oposisi, yang pada pekan lalu telah berhasil menguasai seluruh wilayah timur. Atau setengah dari seluruh wilayah Libya. Namun pasukan Kadhafi membalik keadaan dengan meningkatkan serangan udara untuk memukul mundur pemberontak.
Pasukan pemberontak berjuang melengserkan Kadhafi setelah 41 tahun berkuasa. Aksi mereka terinspirasi gerakan revolusi di negara tetangga Mesir dan Tunisia. Meski demikian, perlawanan rakyat di Libya menjadi semakin berdarah dan semakin menunjukkan tanda-tanda mengarah ke perang sipil.

Sabtu (12/3) pasukan Kadhafi terus menekan garis depan pasukan musuh di Brega. Hingga sore hari, mereka masih berada di 40 kilometer di luar kota tersebut.
Namun kemarin pagi (13/3), televisi nasional menyiarkan bahwa kota tersebut telah dinyatakan “bersih dari kelompok bersenjata?.

Saat pemerintah Libya berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Liga Arab meminta Dewan Keamanan PBB memberlakukan zona larangan terbang, di wilayah tersebut. Secara mengejutkan, 22 anggota Liga Arab menyatakan bahwa pemerintah Libya telah kehilangan kedaulatannya dan mendesak PBB menggunakan wewenangnya untuk memberlakukan larangan tersebut.

Permintaan serupa juga didesakkan oleh kelompok pemberontak. Mereka menyatakan, kekuatan oposisi tidak sebanding dengan armada pesawat jet rezim Kadhafi.

Amerika Serikat sejumlah negara sekutu meragukan efektivitas pemberlakuan zona larang terbang . Diplomat barat menyatakan, perlunya persetujuan negara Arab dan Afrika sebelum DK PBB melakukan voting terkait pemberlakuan zona larangan terbang  yang akan dikawal negara-negara NATO untuk melindungi warga sipil dari serangan udara tentang Kadhafi.

Masih di hari yang sama, kontak senjata terjadi antara kelompok pemberontak dan pasukan pemerintah di Misrata, kota terbesar ketiga di Libya, 200 kilometer tenggara Tripoli. Seorang saksi yang enggan disebutkan identitasnya bersaksi bahwa dia mendengar suara tank, roket anti pesawat, dan senapan mesin.

Sehari sebelumnya, Sabtu (12/3), pemerintah Libya membawa wartawan dari Tripoli menuju Kota Bin Jawwad, 375 mil dari ibu kota. Mereka ingin menunjukkan kontrol pasukan pemerintah terhadap kota yang sebelumnya dikuasai pemberontak. Bin Jawwad adalah kota tempat peperangan sengit terjadi selama enam hari. Perang dahsyat tersebut, melibatkan roket, helikopter, dan peralatan berat lainnya.

Sebuah kantor polisi rusak total, semua jendela pecah, dindingnya terbakar, dan perabotannya hancur. Sebuah sekolah di dekatnya mengalami lubang besar di atap dan temboknya. Rumah-rumah di sekitarnya ditinggalkan begitu saja. Sementara puluhan kendaraan berserakan di jalanan. (cak/dos/jpnn)

BENGHAZI – Pasukan pro pemerintah terus memukul mundur kelompok oposisi bersenjata dari kota-kota yang sebelumnya dikuasainya. Kemarin (13/3) tentara loyalis Muammar Kadhafi berhasil mengambil alih Kota Brega, tempat sejumlah kilang minyak utama negeri itu.

Kelompok pemberontak, dari wilayah kekuasaan mereka di Benghazi, kepada Associated Press menyatakan bahwa Brega telah dikepung pasukan pemerintah kemarin.

Sementara Televisi Nasional Libya melaporkan bahwa pasukan pemerintah telah menguasai kota tersebut, meski kabar itu belum bisa dikonfirmasi. Sebelumnya televisi Libya pernah salah memberitakan tentang status penguasaan wilayah Brega.

Lepasnya Brega dari kekuasaan pasukan pemberontak merupakan kemunduran bagi oposisi, yang pada pekan lalu telah berhasil menguasai seluruh wilayah timur. Atau setengah dari seluruh wilayah Libya. Namun pasukan Kadhafi membalik keadaan dengan meningkatkan serangan udara untuk memukul mundur pemberontak.
Pasukan pemberontak berjuang melengserkan Kadhafi setelah 41 tahun berkuasa. Aksi mereka terinspirasi gerakan revolusi di negara tetangga Mesir dan Tunisia. Meski demikian, perlawanan rakyat di Libya menjadi semakin berdarah dan semakin menunjukkan tanda-tanda mengarah ke perang sipil.

Sabtu (12/3) pasukan Kadhafi terus menekan garis depan pasukan musuh di Brega. Hingga sore hari, mereka masih berada di 40 kilometer di luar kota tersebut.
Namun kemarin pagi (13/3), televisi nasional menyiarkan bahwa kota tersebut telah dinyatakan “bersih dari kelompok bersenjata?.

Saat pemerintah Libya berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Liga Arab meminta Dewan Keamanan PBB memberlakukan zona larangan terbang, di wilayah tersebut. Secara mengejutkan, 22 anggota Liga Arab menyatakan bahwa pemerintah Libya telah kehilangan kedaulatannya dan mendesak PBB menggunakan wewenangnya untuk memberlakukan larangan tersebut.

Permintaan serupa juga didesakkan oleh kelompok pemberontak. Mereka menyatakan, kekuatan oposisi tidak sebanding dengan armada pesawat jet rezim Kadhafi.

Amerika Serikat sejumlah negara sekutu meragukan efektivitas pemberlakuan zona larang terbang . Diplomat barat menyatakan, perlunya persetujuan negara Arab dan Afrika sebelum DK PBB melakukan voting terkait pemberlakuan zona larangan terbang  yang akan dikawal negara-negara NATO untuk melindungi warga sipil dari serangan udara tentang Kadhafi.

Masih di hari yang sama, kontak senjata terjadi antara kelompok pemberontak dan pasukan pemerintah di Misrata, kota terbesar ketiga di Libya, 200 kilometer tenggara Tripoli. Seorang saksi yang enggan disebutkan identitasnya bersaksi bahwa dia mendengar suara tank, roket anti pesawat, dan senapan mesin.

Sehari sebelumnya, Sabtu (12/3), pemerintah Libya membawa wartawan dari Tripoli menuju Kota Bin Jawwad, 375 mil dari ibu kota. Mereka ingin menunjukkan kontrol pasukan pemerintah terhadap kota yang sebelumnya dikuasai pemberontak. Bin Jawwad adalah kota tempat peperangan sengit terjadi selama enam hari. Perang dahsyat tersebut, melibatkan roket, helikopter, dan peralatan berat lainnya.

Sebuah kantor polisi rusak total, semua jendela pecah, dindingnya terbakar, dan perabotannya hancur. Sebuah sekolah di dekatnya mengalami lubang besar di atap dan temboknya. Rumah-rumah di sekitarnya ditinggalkan begitu saja. Sementara puluhan kendaraan berserakan di jalanan. (cak/dos/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/