JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Serangan Israel ke Jalur Gaza Palestina, terus menambah korban. Tak hanya warga setempat, seorang warga Indonesia juga tak luput jadi sasaran kekerasan para serdadu Israel.
Benedictus Siregar yang sedang menjalankan misi kemanusiaan di Palestina turut menjadi korban serangan rudal Israel. Hal itu disampaikan Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia, Yose Rizal Jurnalis.
Yose Rizal menambahkan, Benedictus yang mengalami luka akibat serangan Israel saat ini telah dirujuk ke Perancis untuk mendapat perawatan intensif.
Namun belum diketahui berasal dari lembaga mana pria berdarah Batak tersebut. Yose Rizal hanya mengatakan yang bersangkutan merupakan relawan, namun bukan merupakan relawan MER-C.
“Bukan relawan MER-C mas. Dia (Benedictus,red) relawan, saya nggak tahu lembaganya. Beliau terluka, lalu dievakuasi ke Perancis,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (11/7) malam.
Saat ditanya seperti apa kondisinya saat ini, Yose Rizal mengaku belum dapat merinci lebih jauh. Demikian juga terkait data-data diri yang bersangkutan, dan karena apa Benediktus bisa terluka, Yose menyatakan belum tahu perkembangan lebih lanjut. “Saya belum jelas persis mas,” katanya.
Yose Rizal hanya menjelaskan, bahwa saat ini Mer-C masih terus menggalang bantuan dana guna memenuhi peralatan kesehatan rumah sakit Indonesia yang berada di sana. Karena itu ia berharap masyarakat Indonesia maupun pemerintah, dapat memberi perhatian khusus terhadap tragedi kemanusiaan yang terjadi.
Dihubungi terpisah, seorang relawan MER-C lainnya, Ita, mengatakan seluruh relawan MER-C kini masih dalam kondisi aman dalam menjalankan misi kemanusiaan di Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza. Karena itu tidak benar jika dikatakan ada relawan MER-C yang terluka.
Menurutnya, saat ini setidaknya terdapat 19 relawan MER-C di Jalur Gaza yang tetap menjalankan misi kemanusiaan, meski kondisi keamanan sangat tidak memungkinkan.
“Sampai saat ini dari informasi yang saya terima seluruh relawan kita masih dalam kondisi aman dan tetap menjalankan misi kemanusiaan di Jalur Gaza. Jumlahnya ada sekitar 19 orang. Mungkin kalau ada terluka itu bukan relawan MER-C,” katanya.
Sementara itu, Pejabat Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan Israel menggunakan senjata terlarang dalam serangan yang menewaskan 84 orang dan melukai 600 lainnya.
“Tidak sulit mengidentifikasinya. Lihat saja kondisi korban yang tewas terbakar,” ujar Ashraf al-Qadra kepada Anadolu Agency. “Senjata serupa juga digunakan dalam serangan terakhir.”
Hampir semua korban tewas terbakar atau terkoyak. Beberapa aktivis memposting foto-foto korban untuk memperlihatkan kepada dunia tentang apa yang dilakukan Israel. Ada korban dengan seluruh anggota tubuh terkoyak. Ada pula korban dengan tubuh seolah terkena bahan kimia.
Serangan Israel terhadap Gaza adalah respon serangan roket Hamas. Namun tidak ada korban di pihak Israel. Ban Ki Moon, Sekretaris Jenderal PBB, mengatakan Gaza berada di ujung pedang. Situasi terus memburuk, dan Israel berada di luar kendali siapa pun.
“Risiko kekerasan berkembang lebih jauh dan nyata. Gaza, dan wilayah Palestina keseluruhan, tidak akan mampu menghadapi serangan seperti itu,” ujar Ban Ki Moon. Mahmoud Abbas, presiden Palestina yang berbasis di Tepi Barat, juga mengecam serangan itu.
“Perang ini tidak melawan Hamas atau faksi apa pun, tapi terhadap rakyat Palestina,” ujar Abbas. Sementara itu, Mesir membuka perbatasan Rafah menuju Gaza untuk menerima warga Palestina yang terluka.
Situs Al Arabiya melaporkan rumah sakit di utara Sinai, yang berbatasan dengan Gaza dan Israel, berada dalam posisi siaga untuk menerima anak-anak Palestina yang terluka.
Mena, kantor berita Mesir, memberitakan biasanya perbatasan itu ditutup untuk mencegah pejuang Hamas lalu-lalang dari dan ke Mesir.
Rafah adalah satu-satunya perbatasan Gaza yang tidak melewati wilayah Israel. Wilayah ini juga terhindar dari serangan udara Israel, dan tidak terkena roket Hamas. Jumlah korban serangan udara Israel terus bertambah. (gir/bd)