31 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

200 Warga Sudan Tenggelam saat Melintasi Nil

Pengungsi Sudan.
Pengungsi Sudan.

JUBA, SUMUTPOS.CO – Konflik Sudan Selatan melahirkan krisis kemanusiaan. Kemarin (15/1) sedikitnya 200 orang tewas setelah feri yang mereka tumpangi celaka saat menyeberangi Sungai Nil. Ironisnya, mereka menemui ajal saat berusaha menyelamatkan diri dari pertempuran tanpa ujung di Sudan Selatan.

“Sebagian besar penumpang feri tersebut adalah perempuan dan anak-anak,” kata Kolonel Philip Aguer. Sejak pertempuran pemberontak dan pasukan pemerintah semakin sengit, puluhan ribu penduduk Sudan Selatan memang mengungsi. Terutama perempuan dan anak-anak. Mereka menyeberang Sungai Nil dengan kapal-kapal kayu dan feri untuk mencari keselamatan.

Insiden tenggelamnya feri yang mengangkut ratusan penumpang tersebut baru dilaporkan kemarin. Tapi, kabarnya, peristiwa itu terjadi pada Minggu malam (12/1) atau Senin (13/1). Kini aparat sedang berfokus untuk menyelidiki penyebab tenggelamnya kapal yang memicu kematian 200 penumpang tersebut. Berdasar dugaan awal, feri yang biasa beroperasi di Sungai Nil itu kelebihan muatan.

Hingga kemarin, bentrok di Kota Bor yang memang menjadi salah satu basis pemberontak masih berkecamuk. “Ibu kota sudah relatif aman. Banyak petugas yang berjaga. Tapi, bentrokan memang masih berlangsung di lokasi yang berjarak sekitar 70 kilometer di sebelah utara Kota Juba,” ungkap Aguer. Kendati demikian, dia optimistis konflik bakal segera berakhir.

Sementara itu, perundingan damai di Ethiopia berlangsung alot. Lul Ruai Kong, mantan petinggi militer Sudan Selatan berpangkat Brigjen, memprotes standar ganda pemerintah. Sebab, saat perundingan berlangsung, helikopter dan jet-jet tempur militer Uganda tidak berhenti membombardir sarang-sarang pemberontak. Pemerintah Sudan Selatan memang meminta bantuan militer negara tetangga dalam aksinya.

“Para pejuang kami menjadi sasaran tembak senjata asap yang meninggalkan efek terbakar pada kulit,” protes Gideon Gatpan Thaor, salah seorang pejabat Sudan Selatan yang pro pemberontak. Dia curiga pemerintahan Presiden Salva Kiir menggunakan senjata kimia untuk melibas pemberontak yang mendukung mantan wakilnya, Riek Machar. (AP/AFP/hep/c16/tia)

Pengungsi Sudan.
Pengungsi Sudan.

JUBA, SUMUTPOS.CO – Konflik Sudan Selatan melahirkan krisis kemanusiaan. Kemarin (15/1) sedikitnya 200 orang tewas setelah feri yang mereka tumpangi celaka saat menyeberangi Sungai Nil. Ironisnya, mereka menemui ajal saat berusaha menyelamatkan diri dari pertempuran tanpa ujung di Sudan Selatan.

“Sebagian besar penumpang feri tersebut adalah perempuan dan anak-anak,” kata Kolonel Philip Aguer. Sejak pertempuran pemberontak dan pasukan pemerintah semakin sengit, puluhan ribu penduduk Sudan Selatan memang mengungsi. Terutama perempuan dan anak-anak. Mereka menyeberang Sungai Nil dengan kapal-kapal kayu dan feri untuk mencari keselamatan.

Insiden tenggelamnya feri yang mengangkut ratusan penumpang tersebut baru dilaporkan kemarin. Tapi, kabarnya, peristiwa itu terjadi pada Minggu malam (12/1) atau Senin (13/1). Kini aparat sedang berfokus untuk menyelidiki penyebab tenggelamnya kapal yang memicu kematian 200 penumpang tersebut. Berdasar dugaan awal, feri yang biasa beroperasi di Sungai Nil itu kelebihan muatan.

Hingga kemarin, bentrok di Kota Bor yang memang menjadi salah satu basis pemberontak masih berkecamuk. “Ibu kota sudah relatif aman. Banyak petugas yang berjaga. Tapi, bentrokan memang masih berlangsung di lokasi yang berjarak sekitar 70 kilometer di sebelah utara Kota Juba,” ungkap Aguer. Kendati demikian, dia optimistis konflik bakal segera berakhir.

Sementara itu, perundingan damai di Ethiopia berlangsung alot. Lul Ruai Kong, mantan petinggi militer Sudan Selatan berpangkat Brigjen, memprotes standar ganda pemerintah. Sebab, saat perundingan berlangsung, helikopter dan jet-jet tempur militer Uganda tidak berhenti membombardir sarang-sarang pemberontak. Pemerintah Sudan Selatan memang meminta bantuan militer negara tetangga dalam aksinya.

“Para pejuang kami menjadi sasaran tembak senjata asap yang meninggalkan efek terbakar pada kulit,” protes Gideon Gatpan Thaor, salah seorang pejabat Sudan Selatan yang pro pemberontak. Dia curiga pemerintahan Presiden Salva Kiir menggunakan senjata kimia untuk melibas pemberontak yang mendukung mantan wakilnya, Riek Machar. (AP/AFP/hep/c16/tia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/