29 C
Medan
Thursday, June 27, 2024

Merasa Tua, Presiden Italia Mundur

Presiden Italia, Giorgio Napolitano.
Presiden Italia, Giorgio Napolitano.

ROMA, SUMUTPOS.CO – Penduduk Italia harus bersiap memilih presiden baru. Sebab, presiden mereka, Giorgio Napolitano, 89, kemarin (14/1) resmi mengundurkan diri. Padahal, masa jabatannya berakhir pada 2020. Pada Desember tahun lalu, Napolitano yang memimpin Italia sejak 15 Mei 2006 mengumumkan bakal mundur karena faktor usia dan kesehatan yang terus menurun.

‘Saya ingin kita memberikan penghormatan pada Napolitano, seorang warga Eropa yang berkomitmen dalam beberapa jam ke depan akan meninggalkan jabatannya. Dia telah menghadapi kesulitan di (dalam memimpin) Italia dengan kecerdasan dan kebijakannya,’ ujar Perdana Menteri Italia Matteo Renzi Selasa (13/1) dalam rapat parlemen Uni Eropa.

Selama ini, peranan presiden di Italia itu lebih banyak ke acara-acara seremonial saja. Urusan pemerintahan lebih banyak dilakukan perdana menteri. Meski begitu, presiden memiliki kewenangan untuk memilih perdana menteri dan membubarkan parlemen. Napolitano terpilih kembali sebagai presiden untuk periode kedua pada April 2013. Saat itu parlemen Italia gagal memilih presiden hingga terjadi kebuntuan kekuasaan selama dua bulan. Napolitano akhirnya menawarkan diri untuk menjabat lagi dan hasil pemungutan suara di parlemen pun banyak mendukungnya.

Parlemen Italia memiliki waktu 15 hari untuk memilih presiden baru dengan pemungutan suara bersama di 58 perwakilan wilayah. Sejauh ini, ada dua orang yang digadang-gadang menggantikan Napolitano. Yaitu, Mantan Perdana Menteri Italia Romano Prodi dan Giuliano Amato. Keduanya pernah mencalonkan diri sebagai kandidat presiden. Menteri Perekonomian Pier Carlo Padoan serta Menteri Pertahanan Roberta Pinotti juga disebut-sebut layak menjadi kandidat.

Renzi sejauh ini belum memutuskan partainya akan mendukung siapa. Dia hanya menyatakan ingin melakukan kesepakatan secepatnya dengan partainya dan oposisi untuk memilih pengganti Napolitano dan diajukan ke parlemen.

‘Pemilihan Presiden Republik (Italia) hampir sama seperti pemilihan Paus, benar-benar tidak bisa diprediksi. Namun, tidak seperti pemilihan Paus, pemilihan presiden tidak dibantu roh kudus,’ tulis Luigi La Spina, editor harian La Stampa. (AFP/Reuters/BBC/The Guardian/sha/c23/ami)

Presiden Italia, Giorgio Napolitano.
Presiden Italia, Giorgio Napolitano.

ROMA, SUMUTPOS.CO – Penduduk Italia harus bersiap memilih presiden baru. Sebab, presiden mereka, Giorgio Napolitano, 89, kemarin (14/1) resmi mengundurkan diri. Padahal, masa jabatannya berakhir pada 2020. Pada Desember tahun lalu, Napolitano yang memimpin Italia sejak 15 Mei 2006 mengumumkan bakal mundur karena faktor usia dan kesehatan yang terus menurun.

‘Saya ingin kita memberikan penghormatan pada Napolitano, seorang warga Eropa yang berkomitmen dalam beberapa jam ke depan akan meninggalkan jabatannya. Dia telah menghadapi kesulitan di (dalam memimpin) Italia dengan kecerdasan dan kebijakannya,’ ujar Perdana Menteri Italia Matteo Renzi Selasa (13/1) dalam rapat parlemen Uni Eropa.

Selama ini, peranan presiden di Italia itu lebih banyak ke acara-acara seremonial saja. Urusan pemerintahan lebih banyak dilakukan perdana menteri. Meski begitu, presiden memiliki kewenangan untuk memilih perdana menteri dan membubarkan parlemen. Napolitano terpilih kembali sebagai presiden untuk periode kedua pada April 2013. Saat itu parlemen Italia gagal memilih presiden hingga terjadi kebuntuan kekuasaan selama dua bulan. Napolitano akhirnya menawarkan diri untuk menjabat lagi dan hasil pemungutan suara di parlemen pun banyak mendukungnya.

Parlemen Italia memiliki waktu 15 hari untuk memilih presiden baru dengan pemungutan suara bersama di 58 perwakilan wilayah. Sejauh ini, ada dua orang yang digadang-gadang menggantikan Napolitano. Yaitu, Mantan Perdana Menteri Italia Romano Prodi dan Giuliano Amato. Keduanya pernah mencalonkan diri sebagai kandidat presiden. Menteri Perekonomian Pier Carlo Padoan serta Menteri Pertahanan Roberta Pinotti juga disebut-sebut layak menjadi kandidat.

Renzi sejauh ini belum memutuskan partainya akan mendukung siapa. Dia hanya menyatakan ingin melakukan kesepakatan secepatnya dengan partainya dan oposisi untuk memilih pengganti Napolitano dan diajukan ke parlemen.

‘Pemilihan Presiden Republik (Italia) hampir sama seperti pemilihan Paus, benar-benar tidak bisa diprediksi. Namun, tidak seperti pemilihan Paus, pemilihan presiden tidak dibantu roh kudus,’ tulis Luigi La Spina, editor harian La Stampa. (AFP/Reuters/BBC/The Guardian/sha/c23/ami)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/