24 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Industri Otomotif Jepang Ditutup

Indonesia Bakal jadi Industri Manufaktur Sementara

TOKYO- Pasca gempa dan tsunami yang melanda Jepang, industri otomotif lumpuh. Setelah Nissan Motor Company mengumumkan penghentian seluruh kegiatan operasionalnya, kini giliran Toyota, Mitsubishi, Honda, Hino, Daihatsu dan Suzuki serta Sony Corp dan Panasonic melakukan hal yang sama.

Pengumuman penghentian operasional kegiatan dimulai, Sabtu (12/3) lalu. Ketika itu, Toyota langsung mengumumkan, mulai hari ini memutuskan menghentikan untuk sementara kegiatan produksi di seluruh pabrik, termasuk anak perusahaan, seperti Central Motors dan Kanto Auto yang berada di daerah yang paling parah dilanda gempa dan tsunami, yaitu Sendai dan Iwate.

Penghentian ini lantaran pihak Toyota lebih mengutamakan keselamatan seluruh karyawan dan keluarganya, termasuk perusahaan pemasok komponen. Toyota juga langsung memutuskan memberikan sumbangan 300 juta yen (Rp30 miliar lebih) kepada masyarakat yang menjadi korban gempa. Akibat penghentian sementara tersebut, sekitar 45 persen produksi Toyota hilang. Termasuk yang diekspor  ke Amerika Serikat (AS).

Fuji Heavy Industries, Subaru juga menutup lima pabrik dan belum ada informasi sampai kapan dilakukan. Sedangkan Mazda dan Suzuki mengaku aman karena lokasi pabriknya jauh dari titik kejadian. Demikian dilaporkan wallsreetjournal, Senin (14/3).

Menteri Keuangan Jepang, Yoshihiko Noda menilai saat ini terlalu dini membuat penilaian jumlah kerugian. Walaupun sudah ada yang mengumumkan kerugian mencapai dolar US 171 miliar atau setara Rp1500 triliun. “Memang industri kami banyak yang rusak,” tambahnya.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Perindustrian dan Perdagangan, Edy Putra Irawady mengaku berada di Jepang untuk membicarakan kerjasama perekonomian. Dalam pembicaraan itu, industri manufaktur Jepang kemungkinan pindah sementara ke luar Jepang.  “Osamu Mizui, director information management office dari biro kepabeanan dan tarif, bilang bisa saja perusahaan-perusahaan Jepang memindahkan sementara produksinya ke luar Jepang, termasuk Indonesia seperti komponen dan bahan baku,” paparnya melalui pesan singkatnya kepada wartawan.

Edy yang langsung melakukan pertemuan di Tokyo untuk kerjasama pemerintah mengatakan, terkait dengan adanya beberapa kerusakan yang ditimbulkan tsunami, proses produksi perusahaan-perusahaan manufaktur Jepang berpotensi untuk dipindahkan sementara ke luar negara matahari terbit tersebut. “Osamu Mizui, director information management office dari biro kepabeanan dan tarif, bilang bisa saja perusahaan-perusahaan Jepang memindahkan sementara produksinya ke luar Jepang, termasuk Indonesia seperti komponen dan bahan baku,” paparnya melalui pesan singkatnya kepada wartawan.

Ia bersama tim National Single Window (NSW) Indonesia melalukan pertemuan dengan pihak Kementrian Keuangan Jepang dan Wakil Menteri Perekonomian, Perdagangan, dan Industri atau METI Jepang, Tadahiro Matsushita untuk mengetahui langsung kondisi ekonomi Jepang. “Saya ke Jepang melakukan pembahasan cargo release,” ujarnya.
Akibat bencana itu, mata uang yen masih relatif stabil di 82,09 dolar setelah mencapai titik tertingginya pada 4 bulan terakhir. Sedangkan di bursa saham Jepang, Pada perdagangan Senin (14/3), indeks Nikkei ditutup merosot 633,94 poin (6,18 persen) ke level 9.620,49. Indeks Topix merosot 68,55 poin (7,49%) ke level 846,96. Ini adalah kejatuhan terbesar di bursa Jepang sejak Oktober 2008. Saham operator PLTN, Tokyo Electric Power Co ambles hingga 23,57 persen akibat rusaknya fasilitas nuklir di Fukushima. Demikian pula saham-saham produsen otomotif seperti Toyota anjlik 7,92 persen, Honda anjlok 6,49 persen, dan Nissan merosot 9,52 persen. (bbs/jpnn)

Indonesia Bakal jadi Industri Manufaktur Sementara

TOKYO- Pasca gempa dan tsunami yang melanda Jepang, industri otomotif lumpuh. Setelah Nissan Motor Company mengumumkan penghentian seluruh kegiatan operasionalnya, kini giliran Toyota, Mitsubishi, Honda, Hino, Daihatsu dan Suzuki serta Sony Corp dan Panasonic melakukan hal yang sama.

Pengumuman penghentian operasional kegiatan dimulai, Sabtu (12/3) lalu. Ketika itu, Toyota langsung mengumumkan, mulai hari ini memutuskan menghentikan untuk sementara kegiatan produksi di seluruh pabrik, termasuk anak perusahaan, seperti Central Motors dan Kanto Auto yang berada di daerah yang paling parah dilanda gempa dan tsunami, yaitu Sendai dan Iwate.

Penghentian ini lantaran pihak Toyota lebih mengutamakan keselamatan seluruh karyawan dan keluarganya, termasuk perusahaan pemasok komponen. Toyota juga langsung memutuskan memberikan sumbangan 300 juta yen (Rp30 miliar lebih) kepada masyarakat yang menjadi korban gempa. Akibat penghentian sementara tersebut, sekitar 45 persen produksi Toyota hilang. Termasuk yang diekspor  ke Amerika Serikat (AS).

Fuji Heavy Industries, Subaru juga menutup lima pabrik dan belum ada informasi sampai kapan dilakukan. Sedangkan Mazda dan Suzuki mengaku aman karena lokasi pabriknya jauh dari titik kejadian. Demikian dilaporkan wallsreetjournal, Senin (14/3).

Menteri Keuangan Jepang, Yoshihiko Noda menilai saat ini terlalu dini membuat penilaian jumlah kerugian. Walaupun sudah ada yang mengumumkan kerugian mencapai dolar US 171 miliar atau setara Rp1500 triliun. “Memang industri kami banyak yang rusak,” tambahnya.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Perindustrian dan Perdagangan, Edy Putra Irawady mengaku berada di Jepang untuk membicarakan kerjasama perekonomian. Dalam pembicaraan itu, industri manufaktur Jepang kemungkinan pindah sementara ke luar Jepang.  “Osamu Mizui, director information management office dari biro kepabeanan dan tarif, bilang bisa saja perusahaan-perusahaan Jepang memindahkan sementara produksinya ke luar Jepang, termasuk Indonesia seperti komponen dan bahan baku,” paparnya melalui pesan singkatnya kepada wartawan.

Edy yang langsung melakukan pertemuan di Tokyo untuk kerjasama pemerintah mengatakan, terkait dengan adanya beberapa kerusakan yang ditimbulkan tsunami, proses produksi perusahaan-perusahaan manufaktur Jepang berpotensi untuk dipindahkan sementara ke luar negara matahari terbit tersebut. “Osamu Mizui, director information management office dari biro kepabeanan dan tarif, bilang bisa saja perusahaan-perusahaan Jepang memindahkan sementara produksinya ke luar Jepang, termasuk Indonesia seperti komponen dan bahan baku,” paparnya melalui pesan singkatnya kepada wartawan.

Ia bersama tim National Single Window (NSW) Indonesia melalukan pertemuan dengan pihak Kementrian Keuangan Jepang dan Wakil Menteri Perekonomian, Perdagangan, dan Industri atau METI Jepang, Tadahiro Matsushita untuk mengetahui langsung kondisi ekonomi Jepang. “Saya ke Jepang melakukan pembahasan cargo release,” ujarnya.
Akibat bencana itu, mata uang yen masih relatif stabil di 82,09 dolar setelah mencapai titik tertingginya pada 4 bulan terakhir. Sedangkan di bursa saham Jepang, Pada perdagangan Senin (14/3), indeks Nikkei ditutup merosot 633,94 poin (6,18 persen) ke level 9.620,49. Indeks Topix merosot 68,55 poin (7,49%) ke level 846,96. Ini adalah kejatuhan terbesar di bursa Jepang sejak Oktober 2008. Saham operator PLTN, Tokyo Electric Power Co ambles hingga 23,57 persen akibat rusaknya fasilitas nuklir di Fukushima. Demikian pula saham-saham produsen otomotif seperti Toyota anjlik 7,92 persen, Honda anjlok 6,49 persen, dan Nissan merosot 9,52 persen. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/