26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Mulai Kubur Jasad Busuk

AFP PHOTO / NOEL CELIS   Waega berjalan di antara puing-puing rumah yang rusak akibat badai Haiyan di Palo, Filippina.
AFP PHOTO / NOEL CELIS
Waega berjalan di antara puing-puing rumah yang rusak akibat badai Haiyan di Palo, Filippina.

SUMUTPOS.CO – Kondisi korban Topan Yolanda (Haiyan) di Kota Tacloban, Provinsi Leyte, semakin memprihatinkan. Mereka yang luput dari maut kini tidak hanya harus melawan rasa lapar, tapi juga bertahan hidup di tengah ancaman penyakit. Sebab, puluhan bahkan ratusan mayat yang bergelimpangan di jalan mulai membusuk.

Kamis (14/11) Wali Kota Tacloban Alfred Romualdez memerintah petugas untuk menguburkan mayat-mayat yang berserakan tersebut secara masal. Menjelang siang kemarin, tidak kurang dari 200 mayat telah dijejer berdampingan di dekat kompleks pemerintahan. Mayat-mayat itu lantas disusun bertumpuk pada sebuah lubang yang dipersiapkan sebagai kuburan. Petugas kemudian menimbunnya dengan tanah.

’’Masih ada begitu banyak mayat di berbagai wilayah terpisah. Ini mengerikan,’’ ujar Romualdez. Setelah memakamkan sekitar 200 mayat pertama kemarin, pemerintah kota mengerahkan petugas ke titik-titik yang mengalami kerusakan parah. Tujuannya adalah mengevakuasi mayat yang mulai membusuk, kemudian memakamkan mereka secara masal.

’’Ada begitu banyak permintaan yang masuk ke kantor kami untuk mengevakuasi mayat. Laporan awal menyebutkan lima atau sepuluh mayat. Tapi, begitu kami tiba di lokasi tersebut, ternyata kami harus mengevakuasi 40 mayat,’’ jelas politikus yang juga keponakan Imelda Marcos itu. Dia mengakui respons tim evakuasi mayat memang tidak secepat yang diharapkan.

Ketika pemerintah kota mulai membersihkan Tacloban dari tumpukan mayat yang mulai membusuk, para korban yang selamat juga harus berjuang melawan rasa lapar dan haus. Sebab, hingga hari ke-6 setelah amukan Yolanda, nyaris belum ada bantuan pangan yang sampai ke tangan para korban. Mereka yang sehat pun terpaksa keluyuran mencari pengganjal perut. Baik dengan cara menjarah atau mengais sampah.

’’Kami membutuhkan lebih banyak tenaga manusia (sukarelawan) dan lebih banyak peralatan untuk melakukan pemulihan,’’ ujar Romualdez. Dia berharap organisasi-organisasi internasional dan pemerintah pusat bisa lebih tanggap dan sigap dalam membantu warganya. Sebab, pemerintah setempat tidak memiliki sarana yang cukup untuk mendukung misi penyelamatan maupun evakuasi mayat.

Romualdez menyatakan bahwa proses evakuasi mayat terkendala kendaraan. Padahal, evakuasi mayat merupakan prioritas pemerintah setempat untuk menghapus kesan horor. ’’Saya tidak mungkin mengizinkan tim pencari mayat menggunakan truk logistik untuk mengangkut jasad para korban. Sebab, kami memerlukannya untuk mendistribusikan bantuan kepada warga,’’ ungkapnya.

Kemarin USS George Washington tiba di Filipina. Kapal induk Amerika Serikat (AS) itu mengangkut 5.000 personel Angkatan Laut (AL) yang siap membantu proses pemulihan di Tacloban. Selain itu, mereka membawa bantuan pangan, obat-obatan, dan air bersih untuk para korban. Bersamaan dengan itu, militer gabungan akhirnya berhasil membuka satu akses jalur darat yang bakal digunakan sebagai rute distribusi bantuan. (AP/AFP/hep/c16/dos)

AFP PHOTO / NOEL CELIS   Waega berjalan di antara puing-puing rumah yang rusak akibat badai Haiyan di Palo, Filippina.
AFP PHOTO / NOEL CELIS
Waega berjalan di antara puing-puing rumah yang rusak akibat badai Haiyan di Palo, Filippina.

SUMUTPOS.CO – Kondisi korban Topan Yolanda (Haiyan) di Kota Tacloban, Provinsi Leyte, semakin memprihatinkan. Mereka yang luput dari maut kini tidak hanya harus melawan rasa lapar, tapi juga bertahan hidup di tengah ancaman penyakit. Sebab, puluhan bahkan ratusan mayat yang bergelimpangan di jalan mulai membusuk.

Kamis (14/11) Wali Kota Tacloban Alfred Romualdez memerintah petugas untuk menguburkan mayat-mayat yang berserakan tersebut secara masal. Menjelang siang kemarin, tidak kurang dari 200 mayat telah dijejer berdampingan di dekat kompleks pemerintahan. Mayat-mayat itu lantas disusun bertumpuk pada sebuah lubang yang dipersiapkan sebagai kuburan. Petugas kemudian menimbunnya dengan tanah.

’’Masih ada begitu banyak mayat di berbagai wilayah terpisah. Ini mengerikan,’’ ujar Romualdez. Setelah memakamkan sekitar 200 mayat pertama kemarin, pemerintah kota mengerahkan petugas ke titik-titik yang mengalami kerusakan parah. Tujuannya adalah mengevakuasi mayat yang mulai membusuk, kemudian memakamkan mereka secara masal.

’’Ada begitu banyak permintaan yang masuk ke kantor kami untuk mengevakuasi mayat. Laporan awal menyebutkan lima atau sepuluh mayat. Tapi, begitu kami tiba di lokasi tersebut, ternyata kami harus mengevakuasi 40 mayat,’’ jelas politikus yang juga keponakan Imelda Marcos itu. Dia mengakui respons tim evakuasi mayat memang tidak secepat yang diharapkan.

Ketika pemerintah kota mulai membersihkan Tacloban dari tumpukan mayat yang mulai membusuk, para korban yang selamat juga harus berjuang melawan rasa lapar dan haus. Sebab, hingga hari ke-6 setelah amukan Yolanda, nyaris belum ada bantuan pangan yang sampai ke tangan para korban. Mereka yang sehat pun terpaksa keluyuran mencari pengganjal perut. Baik dengan cara menjarah atau mengais sampah.

’’Kami membutuhkan lebih banyak tenaga manusia (sukarelawan) dan lebih banyak peralatan untuk melakukan pemulihan,’’ ujar Romualdez. Dia berharap organisasi-organisasi internasional dan pemerintah pusat bisa lebih tanggap dan sigap dalam membantu warganya. Sebab, pemerintah setempat tidak memiliki sarana yang cukup untuk mendukung misi penyelamatan maupun evakuasi mayat.

Romualdez menyatakan bahwa proses evakuasi mayat terkendala kendaraan. Padahal, evakuasi mayat merupakan prioritas pemerintah setempat untuk menghapus kesan horor. ’’Saya tidak mungkin mengizinkan tim pencari mayat menggunakan truk logistik untuk mengangkut jasad para korban. Sebab, kami memerlukannya untuk mendistribusikan bantuan kepada warga,’’ ungkapnya.

Kemarin USS George Washington tiba di Filipina. Kapal induk Amerika Serikat (AS) itu mengangkut 5.000 personel Angkatan Laut (AL) yang siap membantu proses pemulihan di Tacloban. Selain itu, mereka membawa bantuan pangan, obat-obatan, dan air bersih untuk para korban. Bersamaan dengan itu, militer gabungan akhirnya berhasil membuka satu akses jalur darat yang bakal digunakan sebagai rute distribusi bantuan. (AP/AFP/hep/c16/dos)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/