SUMUTPOS.CO – Sebuah peta global perubahan kawasan hutan yang memiliki resolusi tinggi dan manfaatnya telah diciptakan dengan bantuan Google Earth.
Alat interaktif online tersebut dapat akses oleh publik dan dapat melihat lokasi secara detail dengan tingkat resolusi yang tinggi 30m.
Peta tersebut memuat grafik tentang perjalanan hutan dunia dari tahun 2000 sampai 2012, berdasarkan pada 650.000 citra satelit oleh Landsat 7.
Selama itu, Bumi kehilangan “hutan” dengan luas sama dengan Mongolia, pohon-pohon tersebut digambarkan dapat menutupi enam kali wilayah Inggris.
Perkembangan upaya pengurangan penggundulan hutan dibarengi dengan kerusakan hutan di Indonesia, Malaysia, Paraguay dan Angola, menurut penelitian yang ditulis dalam jurnal Science.
“Ini merupakan peta pertama perubahan hutan yang secara global konsisten dan memiliki relevansi secara lokal,” kata Prof Matthew Hansen dari Universitas Maryland, pemimpin tim yang menciptakan peta tersebut.
“Apa yang dapat dilakukan oleh sebuah komputer selama 15 tahun dapat diselesaikan dalam beberapa hari dengan menggunakan Google Earth Engine.”
Penelitian tersebut menyebutkan angka penting dalam perubahan hutan dari 2000-2012 – berdasarkan citra satelit.
Dunia kehilangan 2,3 juta kilometer persegi dari hutan di periode tersebut, akibat penebangan, kebakaran, penyakit atau bencana.
Tetapi planet juga mendapatkan tambahan kawasan hutan baru seluas 800.000 kilometer persegi, dengan jumlah total kerusakan 1,5 kilometer persegi.
Dibandingkan negara lain, kondisi hutan Brasil menunjukan perbaikan, dengan menurunkan tingkat kerusakan hutan antara 2003-04 dan 2010-2011.
Sementara, kerusakan hutan di Indonesia meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah penggundulan hutan per tahun yang mencapai 20.000 kilometer pada 2011-12.
Paraguay, Malaysia dan Kamboja memiliki tingkat kerusakan hutan tertinggi.
Secara keseluruhan, hutan tropis meningkat hingga 2.100 kilometer persegi per tahun, menurut penelitian tersebut.
Peta tersebut akan secara rutin diperbaharui dan dapat digunakan mengkaji efektivitas program manajemen hutan.
Hal itu juga dapat membantu kelompok pemerhati lingkungan terhadap dampak deforestasi – termasuk ancaman terhadap keberagaman hayati, penyimpanan karbon dan perubahan iklim. (NET)