Sementara itu, kebanyakan bakal calon presiden dari Partai Republik tampak berhati-hati menanggapi Trump saat ini. Namun Jeb Bush menyebut Trump mengusung “retorika yang memecah-belah” dan ia tidak ingin “dikaitkan dengan pernyataan penuh kebencian yang dilontarkan Trump akhir-akhir ini.”
Para tokoh partai tampak khawatir perkataan-perkataan dari Trump mengenai imigrasi ilegal dapat merugikan partai bulan November tahun depat saat Partai Republik berharap dapat memenangkan suara dari kelompok Hispanik, yang biasanya mendukung Partai Demokrat.
“Ia punya waktu dari sekarang hingga mungkin [pemilihan pendahuluan] di New Hampshire di mana ia akan jadi pusat perhatian dan ia seseorang yang suka jadi pusat perhatian dan ia akan mengatakan hal-hal yang mengguncang semua orang, dalam bisa berarti baik maupun buruk,” ujar Scot Faulkner.
Walaupun begitu, kebanyakan pengamat memperkirakan popularitas Trump tidak akan bertahan lama. “Ia tentunya kandidat yang dikenal orang banyak, terkenal sering berkata-kata yang kontroversial. Ia akan dapat meraih perhatian, terutama dalam isu seperti imigrasi. Tapi pada akhirnya, ia tidak akan memenangkan nominasi ataupun punya kemungkinan memenangkan nominasi,” ujar John Fortier dari Bipartisan Policy Center di Washington.
Apakah Trump mampu mempertahankan popularitasnya dalam jajak pendapat akan diuji saat 10 bakal calon presiden dari Partai Republik bertarung dalam debat pertama untuk pemilihan presiden 2016 pada tanggal  6 Agustus di Cleveland, Ohio. (VOA)