BEIRUT – Darah terus mengalir di Syria. Sanksi penangguhan keanggotaan dari Liga Arab, tak membuat rezim Syria menghentikan kekerasan. Aktivis lokal mengungkapkan, lebih dari 70 orang tewas dalam satu hari akibat pertempuran antara militer Syria dan tentara pembelot pro demonstran.
Sebagian dari korban tewas adalah tentara loyalis Presiden Assad. Kekerasan yang meluas di seluruh negeri seiring semakin kuatnya tekanan dari Barat dan negara-negara Arab.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi sedikitnya 3.500 orang tewas sejak pecahnya demonstrasi antipemerintah delapan bulan lalu. November menjadi bulan paling berdarah, dengan jumlah korban sipil mencapai 250 orang. Meski para pegiat kemanusiaan menyatakan gerakan mereka tetap berjalan damai dengan demonstrasi jalanan menuntut lengsernya rezim, perlawanan senjata juga terus berkembang dalam beberapa bulan terakhir. Serangan menarget militer dan polisi loyalis Assad.
Seorang penduduk dekat Kota Khirbet Ghazaleh, Provinsi Daraa mengaku, mendengar suara kontak senjata lebih dari empat jam. Sementara saksi lain yang menjadi aktivis di wilayah tersebut mengatakan, ada 12 jenazah warga sipil yang dibunuh tentara pemerintah.
“Saya melihat dua kendaraan lapis baja pengangkut personel (militer), terbakar habis,” ungkapnya kepada Associated Press, melalui telepon. Saksi enggan disebutkan identitasnya demi alasan keselamatan. Koalisi aktivis, Komite Koordinasi Lokal, mengidentifikasi setidaknya 50 orang tewas Senin (14/11). Lembaga Observasi Hak Asasi Manusia Syria, di Inggris mendokumentasikan ada 69 orang tewas, 34 diantaranya tentara. (cak/ami/jpnn)