Presiden Afghanista Hamid Karzai dua hari lalu menuduh Amerika Serikat menewaskan tujuh anak-anak dan seorang wanita dalam serangan udara di Afghanistan tengah, yang diduga semakin merusak hubungan kedua sekutu.
Hubungan Washington dengan Kabul tegang selama bertahun-tahun dan perundingan atas kesepakatan untuk memungkinkan pasukan Amerika tetap berada di negara bergolak itu sesudah tahun ini berubah menjadi sengketa berkepanjangan, seperti dilansir surat kabar Arab News, Jumat (17/1).
“Sebagai hasil pemboman pasukan Amerika kemarin malam di Distrik Siahgird, Propinsi Parwan, seorang perempuan dan tujuh anak-anak tewas, sementara satu warga terluka,” kata pernyataan dari kantor Karzai.
“Pemerintah Afghanistan selama bertahun-tahun meminta penghentian tuntas gerakan di pedesaan, tapi pasukan Amerika, melawan semua kesepakatan, dan sekali lagi membomi daerah perumahan dan membunuh warga,” lanjut pernyataan itu.
Korban di kalangan rakyat menjadi salah satu masalah paling peka dari 13 tahun campur tangan tentara Amerika di Afghanistan dan Karzai kerap menggunakan penembakan ‘tak sengaja’ dan serangan udara ‘tak terarah’ untuk mencaci negara asing dan memicu kemarahan rakyat.
Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF ) NATO sebelumnya menyatakan mengetahui laporan bahwa sedikit-dikitnya dua warga secara ‘tidak sengaja’ tewas pada hari itu dalam gerakan gabungan pimpinan Afghanistan di Distrik Ghorband (Siahgird).
“Pasukan musuh menyerang pasukan Afghanistan dan pasukan gabungan dari beberapa arah. Pasukan Afghanistan dan gabungan balas menembak dan memanggil dukungan pertahanan udara untuk mengatasi tembakan musuh itu,” kata pernytaan ISAF. Mereka menambahkan bahwa salah satu tentaranya tewas dalam pertempuran itu, dan sedikit-dikitnya dari sepuluh pejuang.
Juru bicara Taliban menyatakan 12 tentara Afghanistan tewas, tapi para gerilyawan dituding sering membesar-besarkan jumlah korban meninggal.
Distrik Siahgird, sekitar 40 kilometer utara Kabul, berada di jalan utama dari ibu kota itu ke Bamiyan.
Jalur itu dianggap aman, tapi wilayah tersebut semakin dilanda kekerasan dengan bentrokan besar pasukan keamanan Afghanistan dengan Taliban sejak Oktober.
Pada akhir tahun lalu, Karzai membuat keputusan mengejutkan dengan tidak menandatangani perjanjian keamanan dwipihak (BSA) dengan Amerika Serikat, yang mengancam penarikan tuntas pasukan NATO pada akhir 2014.
BSA akan membuat beberapa ribu tentara Amerika tetap di Afghanistan untuk memberikan pelatihan dan bantuan dalam pertempuran melawan Taliban sesudah tugas tempur NATO berakhir pada Desember.
Penandatanganan perjanjian itu juga prasyarat bagi pengiriman miliaran dolar bantuan Barat untuk Afghanistan, yang akan mengadakan pemilihan umum untuk memilih pengganti Karzai pada April mendatang.
Tentara dan polisi Afghanistan berkembang pesat dalam empat tahun belakangan. Tapi negara itu terancam terjebak dalam kekacauan tanpa bantuan asing jika pejuang dan panglima perang berebut kekuasaan.
Hubungan Amerika dengan Afghanistan juga memburuk ketika Kabul pada pekan lalu menyatakan akan membebaskan puluhan tersangka pejuang Taliban dari penjara karena tidak ada bukti.
Presiden Amerika Barack Obama pada Senin lalu bersikeras percaya pada siasat perangnya di Afghan sesudah mantan Menteri Pertahanan Robert Gates menyatakan presiden salah dalam keputusannya pada 2009 untuk mengirimkan 30.000 tentara tambahan.
[fas]